BAB 6 - Kekuatan Dari Dalam

1021 Kata
Jari telunjuk Danu mulai menyentuh ujung kepala Jelita dan perlahan turun meyusur hingga menyentuh pundak. Di bagian itu, telapak tangan berotot sang lelaki mengelus dengan kasar sambil meremas untuk semakin mengintidasi. Sang gadis tak mengelak, malah  menatap mata laki-laki kekar itu dengan mata menggoda sambil tetap tersenyum. Meski sedikit heran menemukan kenyataan yang berbeda dengan apa yang ia lihat sebelumnya, akal sehat Danu tak juga mengatakan jika hal tersebut adalah aneh dan tak sewajarnya. Nafsu telah menutup logika sang laki-laki seiiring birahi yang semakin bergejolak. Pikiran jalangnya telah mendahului melayang jauh membayangkan betapa nikmat “santapan” baru itu. Tubuh Jelita kembali di dorong jatuh ke atas tempat tidur. Dengan kasar Danu merobek pakaian yang dikenakan jelita dengan hanya menyisakan baju bagian dalamnya saja. Kini hanya tersisa Tank Top dan Hotpants kain serba hitam yang masih melekat ditubuh. Namun bibir sang gadis masih tetap tersenyum dengan tatapan liar yang tak disadari Danu. Sang lelaki meludah sinis karena telah salah mengira bisa segera melihat tubuh polos Jelita langsung dalam robekan pertama. Namun ternyata yang diharapkan belum juga terlihat nyata.   Jelita yang kini semakin terbakar api amarah karena Danu telah merobek bajunya, kembali merasakan dengungan yang hebat ditelinga hingga membuatnya kembali memejamkan mata. Napasnya sedikit tercekat, lalu perlahan ia menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan tanpa disadari juga oleh laki-laki itu. Mata sang gadis kembali terbuka dan mendapati Danu sudah berada di depannya dengan seringai khas yang sangat menjijikan bagi Jelita. Mata laki-laki itu merah karena birahi yang begitu menggelegak. Mulutnya yang kejam terlihat layaknya seekor serigala siap menerkam  dihadapan mangsa yang tak berdaya. Perasaan marah, terluka, terhina, dan menolak akan hal tersebut kembali berkumpul menjadi satu didalam pikirannya. Lagi-lagi ... tanpa dimengerti, tiba-tiba ia kembali tersenyum manis.  Dan hal itu dianggap sebagai sebuah undangan hangat oleh si Danu sang pemangsa.   Sang gadis yang semakin didera perasaan asing dalam dirinya, kini mengangkat sepasang tangannya yang terikat. Keduanya lalu diletakkan dalam posisi sedemikian rupa ke atas kepala, sehingga membuat bagian dadanya membusung dan semakin terlihat menggairahkan di mata Danu. Spontan tatapanan sang j*****m menjadi berkilat-kilat penuh nafsu, dan berniat untuk segera melumat habis surga dunia yang ada di depannya. Sementara di luar ruangan tempat Jelita dikurung bersama Danu, Jhonas tengah duduk di sebuah kursi yang disediakan. Nafsu dua bodyguard yang menyertai, kini juga telah berkobar membara sementara menunggu giliran mereka untuk ‘mengerjai’ Jelita setelah Danu. Mereka tersenyum menyeringai dan saling berpandangan ketika mendengar suara gaduh dan teriakan dari dalam ruangan kamar. Dalam pikiran kotor penuh nafsu, keduanya juga membayangkan betapa nikmatnya tak lama lagi bersenang-senang dengan gadis itu sampai benar-benar puas. Jhonas yang tak kalah puas juga tersenyum penuh kemenangan, ia semakin tidak sabar untuk melihat perempuan itu bersujud di depannya memohon ampun setelah merasakan hukumannya. Dan pada akhirnya, ia menjadi b***k seks dan penghasil pundi-pundi kekayaannya. Ia demikian murka saat mengetahui jika gadis itu benar-benar keras kepala. Juga tak termaafkan lagi  karena pertama kali dalam hidupnya, seorang wanita telah berani meludahi wajahnya.   “Ughh ... ughh ...” Napas Danu mulai tersengal-sengal tak beraturan. Ia meringis dan mendesis merasakan sensasi yang menyakitkan membakar dadanya. Ia berusaha untuk bangkit setelah tiba-tiba saja dalam sekejap mendapatkan sesuatu hantaman tepat di bagian ulu hati yang membuatnya tersungkur dan tengkurap di lantai ruangan itu. Dengan susah payah ia bangkit. Namun na’as, karena dalam setiap gerakan yang ia lakukan malah mendatangkan rasa nyeri hebat  menusuk-nusuk sekujur tubuhnya. Duk ... Duk ... Duk ... Jelita mengetuk-ngetuk ujung telapak kakinya ke lantai sehingga menimbulkan bunyi yang konstan. Kedua tangannya masih terikat namun sudah tidak sekencang tadi, tali itu sudah sedikit mengendur. Ia lantas mengusap ujung bibirnya yang robek dan bercak darahpun menempel dipunggung tangannya. Kembali dengungan tinggi memekakan telinga ia rasakan, dan sontak membuatnya memejamkan mata, lalu menunduk. Saking kerasnya suara itu, ia sampai harus memegangi kepala sambil menghirup kembali napasnya yang seperti hilang. Sesaat setelah dengung itu memuncak, Ia menyentakkan belenggu tangannya. Dan ajaibnya, benda tersebut langsung putus berkeping. Ia merasakan sengatan itu lagi dan membuatnya tersentak. Dengungan itu telah menghilang dan berubah jadi hening. Tidak sepenuhnya hening karena ia mendengar deru napas milik orang lain. Telinganya begitu tajam menangkap suara-suara di sekitarnya, dan masih saja Jelita tak menyadari keanehan yang terjadi pada tubuhnya. Perlahan ia membuka mata, Danu sudah berhasil bangkit walau napasnya masih terengah-engah dan sesekali meringis menahan sakit. Saat menatap laki-laki itu, yang ada dalam pikiran Jelita saat adalah bagaimana cara harus keluar dari tempat ini secepatnya. Pandangannya begitu jelas, bahkan sangat jelas tanpa ada gangguan sedikitpun. Ia tahu Danu berjalan mendekat, akan tetapi langkah laki-laki itu terlihat sangat pelan dalam penglihatannya. Telinganya juga semakin tajam mendengar gerakan apapun di sekeliling. Bahkan kemana selanjutnya laki-laki itu akan melangkah, ia sudah lebih dahulu tahu.   Di luar ruangan, Jhonas melirik jam tangan mewah yang tersemat di pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah berlalu lebih dari 45 menit dan ia sudah menjadi tidak sabar untuk menunggu Danu keluar dengan menyeret gadis itu di kakinya.. “Danu memang luar biasa ya,” ucap Jhonas kepada dua bodyguard yang standby disampingnya. “Ya, Bos. Tuan Danu memang luar biasa dalam hal “mengerjai” wanita akan tetapi tidak ada yang mengalahkan kekuatan dan kharisma dari Jhonas Miller, Your Majesty.” Begitu kata salah seorang pria tersebut, yang diikuti anggukan setuju dari rekannya. Jhonas yang gila pujian tersenyum penuh kepuasan mendengar orang-orang memujanya. “Oke, aku akan menunggu sampai pertarungannya selesai karena sudah sangat tidak sabar lagi untuk melihat gadis itu mengemis kepadaku, hahaha.”   Bruk! Danu kembali tersungkur di lantai dan kini ia sudah tak sadarkan diri sepenuhnya. Tubuh laki-laki kekar itu diam tak bergerak bagai seonggok bangkai kerbau. Jelita memandang laki-laki itu penuh dengan rasa benci dan jijik, apalagi darah kotornya juga telah memercik pada tangan dan sebagian baju yang ia kenakan. Kebas pada pergelangan ia rasakan sesaat, lalu perhatianya tertuju pada gesper yang dikenakan Danu. Jelita mengambil begitu saja gesper yang masih melekat pada pinggang laki-laki itu dan melilitkannya pada telapak tangan kanan layaknya seorang petinju. Ia bangkit, lalu didengarnya kembali jerit suara dalam kepala berteriak untuk meminta Jelita segera keluar dari tempat ini. Rasa itu semakin berkobar panas dalam dirinya dan memaksa untuk bergegas. Spontan, ia menyambar kunci yang berada di atas nakas.   Di luar, semua terdiam. Mereka memasang telinga ... Hening, tak ada suara sedikitpun dari dalam kamar setelah kegaduhan yang terdengar tadi. Tiga orang yang berada diluar saling menahan napas untuk menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Klik!  ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN