Arsenio menunggu Raka memeriksa keadaan Berlian, Berlian terlihat sangat pucat dan tak berdaya, rasa bersalah pun membuat Arsenio berpikir, terlaku kuat mungkin ia menyiksa istrinya. Mengapa harus dengan menyiksa wanita yang kini berbaring di atas ranjang, semua pun percuma. Enggar dan Mufta masih sering bertemu diluar sana.
Mufta dan Enggar berselingkuh itu lah kenyataannya, perselingkuhan terjadi sejak satu tahun lalu, jauh lebih awal dari usia pernikahannya dengan Berlian yang kini baru menginjak usia 6 bulan.
Sakit? Tentu saja sakit. Seorang suami harus melihat dan menerima kenyataan bahwa istrinya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Sahabat yang ia percaya dan sahabat yang selalu tahu seluruh rahasia pribadinya.
Raka menoleh dan mendongak menatap Arsenio.
“Lo utang penjelasan ke gua,” kata Raka.
“Iya. Gua akan jelasin,” jawab Arsenio. “Selesai? Gimana keadaannya?”
“Dia hamil,” jawab Raka.
Mendengar jawaban Raka, kupu-kupu seakan terbang di atas kepalanya, ini bukan berita buruk, istrinya itu tengah hamil anaknya, dan sudah lama Arsenio menginginkan anak lagi, tapi siapa sangka anak yang ia inginkan di kandung istri keduanya itu.
Sudut bibir Arsenio terangkat hingga membentuk senyum yang sangat indah dan tampan sekali.
Raka bangkit dari duduknya dan menepuk punggung Arsenio.
“Gua tunggu lo diluar,” kata Raka. “Kehamilan wanita ini … baru memasuki 7 minggu.” Raka lalu melangkah meninggalkan kamar.
Arsenio lalu duduk di tepian ranjang, menatap wajah pucat tanpa dosa itu, rasa bersalah menyergapi pikirannya, ia pun mulai mengakui bahwa ia sudah menyiksa wanita yang tak tahu apa-apa tentang hubungan Enggar juga Mufta yang masih berjalan bahagia hingga sekarang.
Arsenio menggenggam lengan Berlian, wajah itu sangat cantik, bibir yang merah berubah menjadi lebih pucat, Arsenio tahu Berlian tersiksa selama ini. Saat ini … wanita yang ia nikahi 6 bulan yang lalu tengah hamil anaknya dan … Arsenio berharap anak yang dikandung Berlian adalah lelaki.
“Maafkan aku,” lirih Arsenio dan mengecup puncak kepala istrinya.
.
.
Flashback ON
Berlian melihat kerumunan di halaman kantor tempatnya bekerja, ia baru saja datang karena hari masih sangat pagi. Berlian menerobos kerumunan dan melihat beberapa computer di banting dan berhamburan didepan kantor, Berlian membulatkan matanya penuh ketika melihat preman yang dua minggu lalu sudah datang menagi hutang neneknya.
Berlian mendongak dan mendorong para preman itu.
“Kalian ngapain di sini?” tanya Berlian.
“Wah. Ratu kita sudah datang,” ucap preman tersebut. “Kami menunggumu.”
“Ngapain kalian datang kemari? Kalian nggak tahu ya ini kantor, bukan rumahku.”
“Ke rumahmu kami nggak pernah menemuimu, ternyata kamu kerja di sini? Bayar hutangmu sekarang juga!” bentak preman tersebut.
“Aku kan sudah pernah mengirim pesan, aku akan mulai mencicil setelah aku gajian.”
“Kami nggak mau tunggu kamu gajian dan kami tidak ingin di cicil lagi. Perjanjian cicil itu batal.”
“Kamu sudah merusak computer di sini dan kamu masih mau aku membayar hutang? Kalian sudah menambah hutangku dengan merusak segalanya di sini.”
“Kami melakukannya karena kamu sudah menghindari kami, bayar hutangmu sekarang, dan jangan banyak bicara atau kami hancurkan perusahaan ini?”
Terlihat Serly dan Lastri menyunggingkan senyum bahagia mereka, mereka merasa menang, siapa lagi yang mengatakan pada preman itu untuk datang mengamuk di kantor ini.
“Ada apa ini?” tanya sebuah suara yang tak lain tak bukan adalah Arsenio.
Berlian menundukkan kepala, ia tidak ingin dipecat, namun sudah begini kejadiannya.
“Kenapa computer ini bisa di rusak?” tanya Arsenio dan menoleh menatap tajam kearah Lastri dan Serly.
“Para preman ini yang melakukannya, Mr,” jawab Lastri.
“Siapa kalian?” tanya Arsenio. “Berani sekali kalian datang menghancurkan kantor saya.”
“Kami tidak ada urusannya dengan Anda. Kami berurusan dengan Berlian.”
“TAPI INI KANTOR SAYA!” bentak Arsenio.
“Pak, maafkan saya, saya tidak tahu mereka akan kemari dan saya akan bertanggung jawab penuh atas kerusakan ini.”
“Kamu punya uang untuk mengganti data-data yang ada di dalam computer itu?” tanya Arsenio penuh amarah ditatapan matanya.
“Saya—”
“Bayar hutangmu sekarang juga! Kami akan pergi jika kamu membayar hutang pada kami.”
“Oh jadi mereka rentenir?”
“MAafkan saya, Pak.”
“Kamu saya pecat!” bentak Arsenio membuat Berlian mengangguk dengan air mata yang sudah menggenang sejak tadi.
Arsenio mendapatkan ide brilian ketika sedang menatap Berlian yang kini menundukkan kepala. Arsenio menarik dompetnya dan mengambil salah satu cek yang sudah tertulis jumlah 50 juta.
“Berapa hutang wanita ini?” tanya Arsenio.
“40juta. Anda mau membayarnya?”
“Ya. Ini cek yang berisi 50 juta, anggap saja 10juta itu bonus buat kalian karena telah merusak kantor saya.”
Preman itu langsung merebut cek yang dipegang Arsenio, lalu tertawa ketika melihat jumlah yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya.
“Gitu donk, kamu harus melakukan hal yang cepat seperti bosmu, untung dapat bos yang baik kamu,” kata preman tersebut mengelus dagu Berlian dengan cek yang sudah ia terima.
“Pergi dari sini dan jangan pernah kembali apalagi mengganggu Berlian,” usir Arsenio.
Lastri dan Serly saling bertukar pandangan dan tak menyangka mengajak preman itu kemari malah membuat hutang Berlian lunas, apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Kamu ikut ke ruanganku!” bentak Arsenio membuat Berlian menganggukkan kepala.
Berlian menganggu dan sesaat menoleh menatap LAstri dan Serly bergantian, ia tahu siapa yang menyebabkan dirinya terpuruk seperti saat ini.
Sampainya di ruangan Arsenio. Berlian terus menundukkan kepala, ia tidak berani mengangkat wajahnya, Berlian bersyukur karena hutangnya sudah lunas dari para preman itu, namun hutangnya malah bertambah karena computer kantor yang di rusak preman itu.
“Apa kamu seberapa banyak data yang telah hilang di computer itu? Apa kamu berapa kerugian yang saya alami setelah kehilangan banyak data di computer itu? Paham kah kamu?” bentak Arsenio membuat Berlian terus menundukkan kepala dan tidak tahu harus berkata apa.
“Saya akan melakukan semua yang Bapak inginkan untuk membayar hutang saya.”
“Kamu akan melakukan apa pun agar dapat membayar saya? Dengan cara apa? Dengan cara mengembalikan semua data perusahaan yang hilang?”
“Pak, saya tidak tahu mereka akan kemari.”
“Kamu akan membaya hutang kamu dengan cara apa? Dengan cara apa?”
“Dengan cara … saya akan melakukan semuanya.”
“Semuanya?”
“Iya,” jawab Berlian. “Saya sudah merusak semua computer itu dan saya akan menggantinya dengan cara mengikuti semua apa yang Bapak inginkan.”
“Aku ingin kamu menikah denganku, bisa?”
Berlian membulatkan matanya penuh mendengar permintaan Arsenio padanya, bagaimana bisa ia mengkhinati apa yang sudah ia janjikan pada Enggar, ia akan menunggu Enggar apa pun yang terjadi, lalu menikah? Tidak mungkin.
Flasback OFF