Aezar merasa jika tubuhnya semakin pulih. Menjelang sore hari, ia bahkan sudah mulai bisa berjalan meski rasa nyeri terkadang masih menyengat lengannya yang dibungkus kain. Rupanya obat di era ini cukup mujarab, padahal kemarin Aezar merasa jika ia sedang berada di ambang kematian. Dengan mata yang menyorot penasaran, Aezar memandangi interior kamar yang ia tempati. Ternyata untuk ukuran kamar tamu istana, ruangan ini tampak seperti gubuk derita. Bahkan lantainya hanya berlapis batu bata merah. Semua bahan yang digunakan terbuat dari kayu. Mata Aezar kemudian turun dan melihat kain katun lusuh yang ia pakai. Ini pertama kalinya dalam hidup Aezar memakai barang murahan. Beruntung kulit Aezar tidak alergi atau gatal-gatal. Sebelum Aezar datang ke era ini, ia yakin sekali tidak bisa hidup