Mewujudkan Mimpi

3058 Kata
Pagi yang cerah, hari ini adalah hari yang indah untuk Dinda, karna hari ini dia akan berangkat ke Jakarta untuk mulai bekerja disalah satu perusahaan yang bergerak dibidang komunikasi. Ini adalah impian Dinda, menjadi wanita karir mandiri yang bisa dibanggakan keluarganya. Putri tunggal dari keluarga sederhana, tinggal dikota kecil yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai peternak dan petani. "selamat pagi dunia" Dinda tersenyum membuka perlahan matanya yang beberapa saat lalu masih terpejam menikmati pulau mimpi. Dia bangun dengan semangat tinggi karena siang ini dia akan berangkat ke Jakarta. tok.. tok...tok... "Dinda sayang,,, bangun nak sudah pagi.." suara bunda Dinda dari luar kamar Dinda. "iyaa bunda... aku sudah bangun..." bergegas membukakan pintu kamarnya. "pagi.. bunda.." memberikan sapa dengan senyum manisnya. "pagi sayang... kamu hari ini jadi berangkat ke Jakarta? sudah disiapkan semuanya?" "sudah Dinda siapkan semuanya bunda..." "ya sudah, mau sarapan dulu apa mandi dulu?" "emm.. sarapan dulu aja deh bun, nantu biar ngga gosok gigi dua kali..." sambil nyengir menunjukkan barisan gigunya yang rapi. Dimeja makan sudah ada ayahnya duduk membaca koran sambil menikmati kopinya. "pagi ayah..." menyapa ayahnya dan mendaratkan kecupan dipipi ayahnya. "pagi putriku... hari ini kamu ceria sekali.." "hmm.. iya dong yah... hari ini kan aku mau memulai perjalanan hidupku yang baru dengan label wanita karir, bukan mahasiswi lagi.." sambil mendaratlan bokongnya dikursi. "ingat pesan ayah bunda, kamu akan tinggal dikota besar, ingat jaga sikap dan perilakumu, pintar-pintar dalam memilih teman, jangan sampai terjerumus ke arah yang tidak baik..." "siapp komandan" sambil mengangkat tangannya, sikap hormat kepada ayahnya. Setelah selesai sarapan, Dinda kembali kekamarnya untuk mandi dan besiap-siap untuk menuju ke bandara. Perjalanan dari rumah Dinda ke bandara membutuhkan waktu dua jam dengan mengendarai mobil. "Dinda... sudah belum nak.. ayo berangkat... nanti kamu ketinggalan pesawat lho..." suara bunda Dinda sedikit berteriak dari luar kamar Dinda. "iya bunda.. sebentar..." Dinda bergegas mengambil tas ranselnya, dan menarik koper yang akan dia bawa. Dihalaman rumah sudah ada ayah Dinda yang sudah siap didalam mobil mengantar putrinya. "Barang kamu sudah semuanya nak? sudah dicek? jangan sampai ada yang ketinggalan..." tegur sang ayah. "sudah Dinda cek semua yah, ngga ada yang ketinggalan. ayooo kita berangkat...." Dinda dan bundanya memasuki mobil, setelah menata koper dan barang bawaan Dinda dibagasi mobil. Diperjalanan menuju bandara "Dinda, kamu yakin selama di Jakarta kamu ngga tinggal sama tantemu aja? kan bunda jadi lebih lega kamu ada yang ngawasin.." jujur bunda Dinda ngga tega membiarkan Dinda tinggal sendiri di kost. "Bunda... percaya deh sama Dinda, Dinda bisa jaga diri kok bun, Dinda bakal hati-hati. Dinda ngga mau kalau Dinda tinggal dirumah tante nanti malah ngrepotin atau jadi beban mereka. Lagian bunda kan tau sendiri, Dunda kurang suka sama Dion yang urakan itu. Dinda ngga mau tiap hari harus ketemu dia, yang ada Dinda malah cek cok mulu..." Dinda berusaha meyakinkan orangtuanya untuk melepaskan Dinda ngekost sendiri. "yaa sudah kalau mau kamu begitu, tapi ingat yaa setiap hari kamu harus kasih kabar ke bunda. Pokoknya wajib! biar bunda sama ayah tenang dirumah.." pinta bundanya. "pasti bun..." sambil memeluk bundanya erat. Setelah menempuh dua jam perjalan, akhirnya sampailah Dinda di bandara. Dinda memeluk orangtuanya sebelum memasuki area tunggu pesawat. Ada rasa haru disana, karna ini pertama kalinya Dinda pergi jauh dari orangtuanya. ************************* Jakarta, 5 Desember 2015 15.30 WIB "waahh akhirnya sampai juga.. " Dinda yang baru keluar dari pintu kedatangan bandara, merasa senang telah sampai di Jakarta. "oh iyaa aku harus nyari dimana yaa supir yang menjemputku.." bergumam sendiri sambil melihat sekeliling karna bingung melihat banyaknya orang yang menunggu diluar pintu kedatangan. Setelah melihat-lihat, ada satu kertas besar yang dibentangkan oleh seorang bapak-bapak bertuliskan -Adinda Ayasha- Dinda segera menghampiri orang itu. "Permisi, dari kantor TCsel yaa..?" "iya.. dengan mbak Dinda ya..." "iya pak, saya Dinda..." "mari mbak, langsung ke mobil, karna mbak sudah ditunggu dikantor." Dinda mengekor dibelakang supir yang menjemputnya. Hari ini bukan hari pertama Dinda bekerja, tapi hari ini Dinda diwajibkan ke kantor barunya dulu guna untuk menandatangani kontrak kerja, dan bertemu dengan HRD tempat Dinda bekerja. Dinda telah sampai dikantor barunya tempat dia akan memulai karirnya. Ini adalah pengalaman baru Dinda untuk bekerja. Dinda sangat bersyukur bisa diterima kerja disini, mengingat Dinda belum ada pengalaman kerja sama sekali. Sampai dikantor, Dinda menghampiri meja receptionis. "permisi mbak, saya Adinda pegawai baru, eeh maksudnya calon pegawai baru yang sore ini ada janji temu dengan HRD..." "oh sebentar ya mbak, saya hubungi bagian HRD dulu..." Setelah beberapa detik, "mbak Dinda bisa langsung ke ruang Kepala HRD di lantai 5, sudah ditunggu." "oh iya, makasih ya mbak.." Setelah tau kemana tujuannya, Dinda segera menuju lift. Didalam lift, Dinda sempat mengaca untuk memastikan penampulannya rapi. Tak menunggu lama, lift sudah mengantarkan Dinda ke tujuannya. Sedikit gugup karna ini kali pertamanya akan bekerja. "ayok Dinda, kamu bisa..!!" menyemangati dirinya sendiri untuk menghilangkan rasa gugupnya. Didepan pintu ruang HRD, Dibda menarik nafas dalam, dan mengeluarkannya dengan pelan. tok... tok.. tok... "masuk..." suara dari dalam ruangan. "permisi, selamat sore, saya Dinda pegawai baru disini." "ohh kamu Dinda ya, silahkan duduk. Saya langsung jelaskan saja ya, kenapa hari ini kamu diminta langsung ke kantor, ini kontrak kerja kam, kamu baca dulu, kalau ada yang belum paham silahkan ditanyakan, kalau sudah bisa langsung ditandatangani." Dinda menerima berkas kontrak kerjanya dan membaca dengan seksama. Dirasa tidak ada yang janggal dengan kontrak kerjanya, Dinda langsung menandatangani kontrak itu. "sudah bu.." Dinda menyerahkan kontrak kerjanya. "kamu sudah tau kan berapa gaji yang kamu terima, dan fasilitas dan tunjangan apa yang kamu dapat. Memang untuk pegawai baru seperti kamu belum banyak fasilitas yang kamu dapat, tapi jika kamu berperan besar dalam perusahaan, kamu bisa naik jabatan dengan mudah, dan menerima fasilitas yang lain. Sampai disini mengerti." "Mengerti bu..." Dinda mengangguk paham. "Mulai besok kamu sudah bisa masuk kerja ya, untuk hari ini cukup sampai disini." "Baik bu, terima kasih." Dinda berdiri dari duduknya dan bergegas keluar meninggalkan ruangan. Alangkah senangnya Dinda yang tak sabar untuk menyambut hari esok. Setelah meninggalkan ruang HRD, dinda menuju ke lift. ting... Pintu lift terbuka, Dinda segera masuk. Didalam lift ada laki-laki yang menatapnya sekilas. kring...kring...kring... Bunyi ponsel laki-laki itu, segera laki-laki itu merogoh saku celananya, dan melihat layar ponselnya. "aku masih dikantor..kenapa vidcall?" "aku ingin tau kamu dimana.." "aku masih di kantor, ini lagi didalam lift." laki-laki itu memposisikan kamera ponselnya agar wanita itu melihat keadaannya. "kok itu ada cewek, kamu selingkuh yaa..? siapa dia?" rengek wanita itu. "jangan nglantur deh, aku capek.. ini lagi di dalam lift, banyak yang pakai lift ini bukan cuma aku aja.." "aku tunggu kamu dikostku sekarang" suara wanita itu mengakiri panggilan videonya. Mendengar semua pembicaraan laki-laki itu dengan lawan bicaranya, membuat Dinda canggung. Dia mulai tidak nyaman karna sedari tadi didalam lift cuma berdua dengan laki-laki itu. "Kenapa liftnya lama sekali sih..." Dinda bergumam pelan, tapi masih bisa didengar laki-laki itu. Mendengar gumaman Dinda, laki-laki itu menoleh, melihat Dinda yang ada dibelakangnya sekilas. Beberapa detik kemudian. Lift sampai dilobby ting... Laki-laki itu langsung keluar dengan langkah lebarnya. Disusul Dinda dari belakang yang juga keluar. Dinda ke Lobby mengambil koper yang tadi dititipkannya ke receptionis, segera Dinda buka ponselnya, membuka aplikasi taksi online yang akan mengantarkannya ke kost. Setelah menunggu beberapa menit, taksi yang dipesannya datang. "mbak Dinda ya..." tanya supir taksi. "iya pak saya Dinda..." "mari mbak silahkan masuk, kopernya biar saya aja yang masukin ke bagasi." sapa supir taksi ramah. "terima kasih pak..." Setelah memasukkan koper Dinda kedalam bagasi, sopir itu langsung masuk ke mobil dan mengendarai mobilnya. "Pak alamatnya sesuai aplikasi ya..." "Baik mbak..." setelah 15 menit perjalanan, Dinda sampai di tujuannya. "kok beda yaa sama yang difoto.. ini terlihat seperti rumah biasa, bukan kost-kost an" Dinda membuka HPnya dan menghubungi pemilik kost yang sebelumnya kontaknya sudah Dinda simpan. "Hallo pak... ini benar dengan pak Tono ya pemilik kost melati? saya Dinda pak yang kemarin sewa kost bapak.." "oh mbak Dinda ya... sudah sampai didepan mbak.. sebentar ya..." Telepon langsung dimatikan sepihak. Tak lama keluar seorang bapak-bapak dari dalam rumah tempat Dinda berdiri. "Mari mbak saya antar, kostnya ngga jauh dari sini..." ajak pak Tono. Dinda hanya tersenyum dan mengangguk menerima ajakan pak Tono. Dirinya sudah sangat lelah, ia ingin segera sampai dikost dan segera beristirahat. Jarak kost Dinda dari rumah pak Tono selaku pemilik tidak jauh. Hanya melewati dua rumah dari rumah pak Tono sudah sampai. "ini kostnya mbak Dinda, kemarin sudah saya bersihkan, jadi hari ini bisa langsung ditempati." "terima kasih pak,," Dinda masuk melihat-lihat isi dalam kostnya. Lumayan lengkap untuk Dinda sendiri tinggali, meskipun hanya satu kamar, tapi kost Dinda ada ruang tamu kecil, dan dapur minimalis. "bagus pak... saya suka... terima kasih pak sudah repot-repot dibersihkan.." "udah jadi kewajiban saya mbak sebagai pemilik kost untuk menyiapkan.. Ini kuncinya mbak, yang satu kunci pagar. Kalau gitu saya tinggal dulu, silahkan beriatirahat." "terima kasih pak, sekali lagi.." Setelah kepergian pak Tono, Dinda langsung menutup pintu depan. Dia ingin mandi membersihkan dirinya yang sudah terasa lengket karna keringat. Setelah 15menit mandi, Dinda lanjut merapikan barang-barangnya. "oh iya aku belum ngabarin ayah bunda.." Dinda mengambil HPnya yang tadi dia simpan didalam tasnya. Dan segera mendial nomor bundanya. "Hallo bunda... bunda lagi apa.." "akhirnya kamu telpon nak... gimana sudah sampai mana sekarang? kamu baik-baik aja kan..?" "bundaaaa.... satu-satu dong pertanyaannya. Dinda sudah sampai di kost bun, tadi dari bandara Dinda langsung ke kantor untuk tandatangan kontrak. Besok dinda sudah mulai masuk kerja." Dinda menjelaskan apa saja yang ia lakukan hari ini. "oh ya sudah kalau gitu kamu istirahat dulu, besok kan kamu mulai kerja, pasti kamu lelah karna perjalanan." "iyaa bun... ayah kemana bun? kok ngga ada suaranya..?" "ayah lagi ke rumah pak RW, ada berkas yang mau diurus. kamu jangan telat makan ya nak.." "iya bunda... Dinda tutup dulu telponnya ya bunda..." "iya sayang... kamu hati-hati yaa disana, kabari bunda yaa kalau ada apa-apa.." "baik bun... daa bunda..." mengakhiri panggilan telponnya. Dinda merebahkan dirinya dikasur, hari ini terasa melelahkan. Dilihatnya jam menunjukkan pukul 7 malam. Dinda memejamkan matanya, karena rasa kantuk dan rasa lelah yang datang, ia ingin beristirahat sebentar. Dinda terbangun dari tidurnya, menyadari kalau dia ketiduran. "Astagaa... aku ketiduran.. jam berapa sekarang.." bergumam sendiri sambil melihat jam dinding yang ada dikamarnya. "Sudah jam 10, aku beli makan dimana ya... masih ada ngga ya..." Setelah bimbang dan yakin ingin keluar untuk membeli makanan, Dinda akhirnya keluar kost. Dia mengenakan celana jeans gantung dan memakai hoodie. Dinda berjalan menjauh dari kostnya, berharap dia menemukan warung makan yang masih buka. Dilihatnya didepan sana ada warung makan yang masih buka. Melihat itu Dinda senang dan bergegas mempercepat langkahnya. Sampai di warung, Dinda memesan makanan untuk dibungkus pulang. Selesai membeli makan, Dinda berjalan pulang menuju kost. Ditengah perjalanan ada 2 laki-laki berboncengan motor yang mengganggu Dinda. "hai cantik, sendirian aja.. abang anterin yuk.." Merasa tidak aman Dinda terus menundukkan kepalanya dan berjalan secepat mungkin setengah berlari. Tapi karna preman itu menaiki motor, secepat apapun Dinda masih bisa dikejar. Salah satu preman yang duduk dibelakang manarik tangan Dinda. Seketika itu Dinda meronta. "ayok ikut abang, abang jamin kamu aman cantik..." sambil terus berusaha menarik Dinda. "lepas... jangan ganggu saya..." pintanya. "ayolah... sebentar lagi hujan, nanti kamu kehujanan..hahahaha..." "Lepasiin..." Dinda terus berusaha melepas cekalan preman itu. Benar saja, hujan turun dengan derasnya. Dinda masih meronta melepas cekalan preman yang mengganggunya. Sebuah mobil sedan hitam berhenti di belakang motor. "Hei... ngapain kalian..." Seorang laki-laki keluar dari mobil. "ngga usah ikut campur urusan orang, pergi aja loe..!!" Bentak preman itu. "Kasian cewek itu ketakutan..." "Aah banyak omong loe..." kedua preman itu turun dari motor dan langsung menyerang laki-laki itu. Laki-laki itu dengan sigap menangkis pukulan yang dilayangkan preman itu. Justru preman-preman itu yang menerima pukulan dari laki-laki itu. Dirasa yang dilawan adalah orang yang jago beladiri, preman itu kabur meninggalkan Dinda dan laki-laki itu. Dinda masih kaget dengan apa yang baru saja ia alami. Air matanya lolos dari kelopak matanya. mengalir bersama air hujan yang membasahi tubuhnya. "Kamu ngga papa...?" tanya laki-laku itu mendekati Dinda. Dinda kaget karna bahunya ditepuk laki-laki itu. "eh... gak pa- pa.." menjawab sambil terbata. Laki-laki yang kini berdiri di depan Dinda, menyadari bahwa wanita ini yang tadi ia temui di lift kantor. "Kamu bukannya cewek yang tadi di lift TCsell ya.." Mendengar nama TCsell kantor barunya, Dinda mendongakkan kepala, melihat wajah laki-laki yang sudah menolongnya. hah... dia laki-laki yang tadi didalam lift. Dinda hanya mengangguk menjawab pertanyaan laki-laki itu. "masuklah, biar saya antar.." laki-laki itu membukakan pintu mobilnya untuk Dinda. Dinda menunduk patuh memasuki mobil. Saat ini dia masih kaget dengan kejadian yang baru saja terjadi. Lelaki itu pun masuk mobilnya dan kiri duduk dikursi kemudi disamping Dinda. "Kamu ngapain malam-malan begini keluyuran jalan kaki lewat jalanan sepi...?". tanya laki-laki itu. "a..aku.. aku... pergi membeli makan... a..aku baru disini jadi belum tau lokasi sini.." Dinda menunduk. Hanya terdengar helaan nafas dari laki-laki itu setelah mendengar jawaban Dinda. "rumah kamu dimana? biar saya antar.." Dinda menyerahkan HPnya kepada laki-laki itu. Setelah melihat layar HP Dinda yang ternyata menunjukkan maps ke tempat kostnya laki-laki itu paham. Dia melajukan mobilnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, mobil yang ditumpangi Dinda sampai di depan kostnya. Dinda melepas seat beltnya. "Terima kasih sudah menolong saya, dan terima kasih sudah mengantar saya.." Dinda menunduk, takut memandang laki-laki itu. "Lain kali jangan keluar malam sendirian, apalagi melewati jalanan yang sepi." "iyaa..." Dinda hendak membuka pintu, dia baru menyadari kantong kresek yang tadi dibawanya sudah tidak ada ditangannya. Dia menoleh kekanan dan kekiri kursi mobil, mencari di bawah kursi mobil. Namun nihil, dia tidak menemukan apa-apa. "Kamu nyari apa??" tanya laki-laki itu. "Tadi liat kan aku bawa kantong kresek..aku baru sadar kantong kreseknya ngga ada.." dengan mimik muka panik. "Kantong kresek?" "i-iyaa..." Dinda mulai panik tidak menemukan kantong kresek itu. "Emang isi kantong kresek itu apa? Barang yang penting atau berharga..?" "iya penting banget buat aku.." "Apa memangnya isinya?" "Makanan..." jawabnya polos. "Apaaaa..!!!" mendengar jawaban Dinda laki-laki itu terkejut. Unik cewek ini, kantong kresek isi makanan aja dicariin gitu. Apa dia ngga makan satu minggu? Gumam laki-laki itu. "ck.. sepertinya terjatuh tadi saat aku ditarik preman." Dinda menampakkan wajahnya yang lesu. "Hello... isinya cuma makanan, kenapa kamu sampai seperti ini, kaya orang baru kehilangan emas batangan aja." "Dari tadi siang aku belum makan. Hari ini tadi aku baru sampai Jakarta, belum sempat nasi sebutirpun masuk kedalam perutku." "Astagaa..." laki-laki itu menatap Dinda sekilas, lalu menyalakan kembali mobilnya. "eh.. eh tunggu dulu.. aku kan belum turun..." "Jangan turun dulu, ikut aku..." Laki-laki itu melajukan mobilnya menembus derasnya hujan menuju restoran cepat saji. Dia mengmbil jalur drive true untuk memesan makanan. "Kamu mau makan apa?" tanya laki-laki itu. "Apa aja.." Laki-laki itu langsung memesankan dua porsi nasi dan ayam, serta dua porsi burger lengkap dengan minum. Setelah mendapatkan makanan yang dipesan, dia melajukan mobil ke taman dekat dengan restoran. Dia memarkirkan mobilnya. "Ini... makan..." laki-laki itu menyerahkan paperbag yang berisi makanan yang barusan dibeli. "Terima kasih... hari ini kamu banyak menolongku...aku tidak tau harus berterima kasih dengan cara apa lagi..." "Jangan berlebihan, aku menolong memang seharusnya begitu kan.. cepat makan..." Dinda mengangguk dan mulai membuka paperbag miliknya, tangannya bergetar hebat saat memegang burger yang mau dia makan. Laki- laki disebelah dinda melepas jas yang dari tadi dia pakai. Jas yang dipakai laki-laki itu basah karna tadi kehujanan saat menolong Dinda dari preman. Dia melempar jasnya ke kursi belakang. Tatapannya tertuju kearah Dinda yang sedang makan burger dengan tubuh bergetar. "Kamu kenapa gemeteran? Sakit?" tanya laki-laki itu. "ah, ti-tidak... ha-hanya sedi-kit di-ngin..." Dinda menjawab dengan tergagap. "Astaga... hoodie kamu pasti basa kehujanan tadi. Kamu lepas saja hoodie kamu biar tidak kedinginan..." perintah laki-laki itu. Mendengar itu, Dinda melotot dengan yang diucapkan laki-laki itu. Bagaimana tidak, jika dia melepas hoodienya berarti dia hanya memakai bra. "Ah.. tidak perlu..." jawab Dinda. "Kamu bisa sakit kalau memakai baju yang basah." "Masalahnya, aku... aku..." jawabnya terbata-bata. "Jangan bilang kamu tidak pakai baju selain hoodie itu." Dinda tersenyum malu. Benar dugaan laki-laki itu. ck... benarr... sepertinya dia bisa membaca pikiran orang, atau jangan-jangan dia paranormal? Batin Dinda "Ini... pakai ini..." menyerahkan jas kering yang dia gantung didalam mobil. "ah... tapi.. tetap saja tidak mungkin aku membuka hoodieku disini.." "Aku akan tutup mataku, dan ku hitung sampai sepuluh. Satu... dua... tiga..." Dinda langsung meraih jas itu, dan buru2 melepas hoodienya. Secepat mungkin Dinda memakai jas itu. "Delapan...sembilan... sepuluh... sudah kan..." Laki-laki itu membuka matanya. Saat dia menoleh ke arah Dinda, dia sudah melihat Dinda memakai jasnya. "Aku, benar-benar tidak tau harus bagaimana aku berterima kasih. Hari ini kamu benar-benar banyak menolongku." "Mungkin suatu hari nanti jika aku memerlukan, kamu harus membalasnya." ucap laki-laki itu. Selesai makan, mobil melaju ke kost Dinda. Saat sudah sampai di kost Dinda, kring...kring...kring... Suara ponsel laki-laki itu berbunyi. "ya hallo..." "hallo... ini aku temannya Siska, Siska mabuk, bisakah kamu menjemputnya?" "tunggulah, aku akan segera kesana.." Setelah gelpon ditutup. "Terima kasih untuk hari ini..." ucap Dinda tulus. "hmm.." menjawab Dinda dengan anggukan dan deheman. Setelah keluar dari mobil, Dinda langsung masuk ke kostnya. Segera dia membersihkan diri dengan air hangat. Dilain tempat, Siska sedang merencanakan sesuatu untuk pacarnya. "Rio mau kesini?" tanya Siska pada temannya yang tadi menelpon Rio. Ya, laki-laki yang bersama Dinda tadi adalah Rio Hidayat, calon Direktur Utama TCsell. Wanita mana yang tidak akan tertarik dengan Rio, wajah tampan, dan memiliki jabatan sungguh menjadi incaran para gadis. "iya tadi dia bilang disuruh nunggu.." jawab Wulan teman Siska. "lagian kamu tuh kenapa harus pura-pura mabuk gini, padahal biasanya kamu juga mabuk beneran." "Aku harus melakukan sesuatu.." jawab Siska. Kini mobil yang ditunggupun datang. Siska memulai aktingnya dengan berdiri sempoyongan. Melihat itu, Rio bergegas membopong Siska untuk dibawa masuk ke mobilnya. Siska sudah didudukkan disamping kursi kemudi. Rio berlari kecil ke pintu kemudi. Melihat teman Siska yang masih bengong Rio menegurnya. "Kamu ngapain berdiri disitu? ayo cepat masuk." "i-iyaa.." Wulan langsung masuk ke mobil duduk dikursi belakang. Mobil melaju ke rumah Siska. Sampai dirumah Siska. "Aku cuma bantu bawa Siska kedalam ya, kamu tolong urus dia..." Perintah Rio ke teman Siska. "iyaaa.... ck.." Mengetahui Rio hanya mengantarkan saja, Siska berniat menahan Rio. Dia bergelayut pada Rio. "Rio... jangan pergi... Rio jangan tinggalin aku..." rintih Siska, yang kini sudah Rio bawa ke kamarnya. "Aku harus pergi, aku sudah ditunggu kakakku." Setelah membaringkan Siska pada tempat tidurnya, Rio melangkah keluar meninggalkan rumah Siska. Siska jengkel karna Rio meninggalkannya. "aah... gagal rencanaku. Harusnya aku bisa menahan Rio." Rio sudah didalam mobilnya, melajukan mobilnya menuju apartemennya. Dia ingin segera beristirahat karna seharian ini cukup melelahkan. Selamat membaca, semoga menghibur yaa... Maaf bila ada typo.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN