Aurora telah sampai dan tengah berbaring di hotel yang sama dengan hotel yang akan disewa oleh tim Sunshine. Yohan yang membooking satu kamar hotel di lantai yang sama dengan grup itu. Mereka mungkin akan sampai malam hari, namun Yohan akan berangkat lebih dahulu.
Aurora melihat ponselnya, sebuah pesan masuk dari Yohan yang mengatakan bahwa dia telah sampai di bandara. Aurora segera beranjak dan mencuci wajahnya, dia memakai sedikit make up yang sebenarnya paling jarang dikenakannya karena dia yang termasuk wanita cuek. Namun sejak dekat dengan pria itu, sedikit demi sedikit Aurora merubah penampilannya yang cuek menjadi lebih manis.
Jika biasanya dia selalu mengenakan celana dengan atasan sweater atau baju kebesaran dan kacamata bertengger di hidungnya dan terkadang dibiarkan jatuh sampai ke ujung hidung.
Kini dia lebih sering mengenakan dress atau gaun terusan sampai lututnya, blazer atau outer yang menarik, sesekali dia menggunakan soft lens jika keluar rumah karena mata minusnya yang membuatnya terkadang sukar melihat dari kejauhan.
Aurora juga mengganti jeans dan kaos hitamnya, dengan terusan selutut berwarna putih dengan pita hitam yang merupakan aksesoris di bagian kerah bajunya. Dia menyisir rambutnya dan mengikat setengah bagian rambut itu. Yang terakhir mengenakan soft lens berwarna abu di matanya yang membuatnya kian cantik.
Selesai berdandan, dia membereskan kasurnya, barang-barang yang sempat dikeluarkannya kini ditata di atas nakas, termasuk laptop yang tak pernah jauh darinya itu. Bahkan Aurora selalu berkata bahwa laptop itu adalah jiwa keduanya yang sangat berharga. Tentu bagi penulis sepertinya laptop adalah barang wajib yang harus terus berada di sisinya.
Aurora terkesiap ketika pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang dari luar sana, dia melihat jam yang melingkar di tangannya, ternyata cukup cepat Yohan sampai ke hotel itu. Dia memutuskan mengintip dari lubang pintu dan memastikan bahwa pria yang mengenakan topi dan masker berwarna hitam itu adalah lelaki idolanya. Dengan bibir tersenyum senang dia pun membuka pintu kamar hotel tersebut.
“Hai,” sapa Yohan, Aurora mempersilakan Yohan yang membawa koper itu masuk ke dalam kamar meski mata Aurora tak lepas memperhatikan Yohan yang memasukkan koper itu namun dia memutuskan menutup pintu kamar. Yohan membalikkan tubuh dan merentangkan tangannya.
“Nggak rindu?” tanyanya. Aurora menghambur memeluk Yohan, ah aroma parfum mahalnya terasa sangat harum meresap ke indera penciuman Aurora. Lama mereka berpelukan hingga Aurora melepaskannya.
“Kamu mau istirahat dahulu?” tanya Aurora.
“Sudah istirahat di pesawat, bagaimana kalau kita jalan sekaligus cari makan siang?” usul Yohan.
“Tidak lelah?”
“Tidak kok, yuk. Kita manfaatkan kesempatan di sini, wajahku nggak terlalu dikenal di negara ini,” kekeh Yohan yang memang tahu bahwa di negara ini Sunshine tak terlalu terkenal terkecuali Shane yang memang sering keluar masuk negara ini karena memang dia masih keturunan dari kakeknya yang merupakan warga Inggris.
Yohan meletakkan maskernya di saku dan menggandeng tangan Aurora yang sudah mengenakan sling bag kecilnya. Sementara koper Yohan dibiarkan berada di dekat ranjang Aurora.
“Kamu terlihat jauh lebih cantik,” puji Yohan saat mereka berjalan keluar dari kamar hotel Aurora menuju lift.
“Kamu juga, terlihat lebih cantik,” kekeh Aurora.
“Memangnya aku perempuan?” dengus Yohan.
“Hehe soalnya gantengnya itu kayak girly, cantik gitu, kulitnya juga bagus,” ucap Aurora sambil mengangkat tangannya yang menunjukkan tangan mereka berdua yang terpaut. Yohan hanya terkekeh geli.
“Malam ini aku menginap di kamar kamu, Oke?” ucap Yohan.
“Jangan pikir macam-macam, kita belum menikah!” cibir Aurora membuat Yohan gemas.
“Iyaa maaf lupa, bagaimana kalau kita menikah sekarang?”
“Jangan buat orang terbawa perasaan deh,” cebik Aurora. Yohan hanya tertawa menanggapinya.
Mereka menggunakan mobil khusus dari penyedia layanan hotel yang mengantar mereka menuju tempat yang mereka inginkan, makan siang di sebuah restoran yang sederhana namun sangat asri. Gayanya klasik dengan didominasi warna cokelat.
Ada jam besar yang berada di sudut restoran itu, juga hiasan-hiasan yang tampak sangat tua, meskipun hiasan itu nampak usang namun justru membuat restoran itu terlihat sangat mengesankan.
Seperti dugaan Yohan, wajahnya tak terlalu dikenal sehingga dia bebas berjalan-jalan di sini, orang yang melihat mereka pun mungkin hanya berpikir bahwa mereka berdua adalah turis asing, bukan idol ternama.
Yohan berkata bahwa bahasa inggrisnya kurang terlalu bagus, sehingga Aurora yang memesankan makanan untuk mereka berdua, juga bertanya beberapa hal dengan waitress yang sangat ramah.
“Kamu ngomong apa tadi?” tanya Yohan memajukan wajahnya setengah berbisik kepada Aurora.
“Aku bilang apa ada tempat bagus untuk berjalan-jalan di sekitar sini?”
“Lalu?”
“Mereka bilang ada gereja yang besar tak jauh dari restoran ini dan sangat indah karena banyak burung merpati yang bebas berkeliaran, kita bahkan bisa memberi makan burung itu,” ucap Aurora.
“Kamu mau kesana?”
“Kalau kamu mau, ya aku mau. Di jalanan tak jauh dari gereja itu juga ada seperti pasar yang menjual berbagai aksesoris dan pernak pernik khas kota ini,” ucap Aurora.
“Hmmm pilihan yang tepat, setelah makan kita kesana ya,” ucap Yohan.
“Aku setuju, ngomong-ngomong kapan member Sunshine yang lain akan tiba?” tanya Aurora.
“Malam ini, mereka mungkin akan langsung istirahat di kamar karena besok harus gladi resik dan sorenya langsung konser,” ucap Yohan.
“Kamu sudah lihat gedung tempat konsernya? Aku browsing di internet dan itu seperti gedung untuk pertunjukan balet, apakah seru nonton konser idol grup sambil duduk?” tanya Aurora yang lebih seperti pertanyaan untuk dirinya sendiri.
Sebagai fans garis keras, tentu dia pernah menghadiri konser Sunshine di Indonesia namun dia saat itu belum mempunyai pemasukan sebaik sekarang sehingga dia hanya mendapat tiket di bagian paling belakang dan termurah. Itu saja tetap membuat suaranya serak sampai tiga hari karena terus berteriak. Dan membuatnya tak pernah melupakan kesan mengesankan dari konser akbar itu.
“Gedung itu cukup besar sampai menampung seribu kursi penonton, di usia kami yang tak muda lagi, mendapat angka penjualan seperti itu cukup baik karena banyaknya idol baru yang jauh lebih terkenal dibanding kami. Tapi tidak masalah, fans kami disini benar-benar fans yang loyal. Mereka sendiri yang mengajukan permohonan untuk mengadakan konser ini. Mereka rela membayar mahal, bahkan tiketnya beberapa kali lipat lebih mahal dibandingkan saat kami konser di Asia,” ucap Yohan.
Waitress membawakan mereka makanan dan minuman sekaligus, dan Yohan mengucap terima kasih kepada waitress itu.
“Aku percaya itu, tapi mungkin karena gedungnya yang seperti itu akan lebih mendekatkan Sunshine dengan fans kan?”
“Ya, itu pointnya, ayo makan, selamat makan jangan lupa berdoa,” ucap Yohan. Aurora mengangguk lalu dia menunduk sambil menautkan tangannya juga memejamkan mata mengucap doa dengan khusyu dalam hatinya. Begitu pula dengan Yohan.
***
Setelah makan bersama, mereka berjalan kaki menuju gereja yang cukup besar dengan pemandangan yang indah. Sangat sejuk dan damai.
Benar kata waitress tersebut, di tempat itu banyak sekali burung merpati yang berjalan-jalan dengan bebas di lapangan terbuka yang telah diberi semen dan bebatuan kecil.
Di salah satu kursi yang dibuat dengan semen itu ada lelaki tua berjenggot putih dengan pakaian tebal, menjajakan biji-bijian untuk makanan burung. Aurora mengamit tangan Yohan menuju lelaki tua itu. Aurora membeli satu bungkus makanan untuk burung tersebut dan mulai menyebarkannya.
Yohan memegang makanan itu di tangannya dan membuka lebar tangannya sehingga para burung menghampiri dan memakan makanan di tangannya. Hal itu tak ayal membuat Aurora segera mengeluarkan ponselnya untuk memotret Yohan yang terlihat sangat ceria, tawanya sangat bebas tanpa beban dan dia bahkan berlarian mengejar para burung itu seperti anak kecil.
“Kamu suka?” tanya Aurora.
“Ah rasanya bebas sekali disini,” ucap Yohan menyebarkan makanan terakhir dari bungkusan itu. Aurora tersenyum lega, hal ini sepertinya yang lama dirindukan Yohan, sebuah kebebasan. Menjadi idol tak semudah yang terlihat, dia bahkan hampir tak mempunyai privasi karena selalu diikuti paparazzi atau fans.
Denting lonceng dari gereja besar tersebut berbunyi, Yohan dan Aurora saling tatap dan mengangguk. Mereka memutuskan masuk ke gereja besar tersebut. Tempatnya sangat indah dengan banyak ornamen di dindingnya. Kursi yang panjang dan besar seolah menyambut mereka. Ada beberapa orang yang tampak duduk di kursi dan berdoa dengan khusyu.
Aurora dan Yohan berjalan ke kursi paling depan dan ikut memunajatkan doa sambil memejamkan mata.
“Tuhan, yang aku inginkan saat ini, hanyalah melihat kebahagiannya. Aku rela dia dengan yang lain yang penting dia bahagia. Amin.” Bisik Aurora dalam hati, tak terasa air matanya menetes, dia memalingkan wajah agar Yohan tak melihatnya. Yohan pun sama memejamkan mata dan berdoa dengan khusyu untuk sebuah permintaan yang hanya diketahuinya.
Setelah saling memunajatkan doa, mereka saling tatap dan tersenyum. Aurora telah berhasil menyembunyikan air matanya dengan menyekanya. Yohan mengusap kepala Aurora dengan lembut.
“Ku harap Tuhan mengabulkan doa kita,” ucap Yohan.
“Amin, apa yang kamu minta kepada Tuhan?” tanya Aurora.
“Aku minta kepadanya untuk dapat selalu bersama kamu,” ucap Yohan. “Bagaimana dengan kamu?”
“Aku minta kebahagiaan untuk kamu,” jawab Aurora. Yohan cukup terkejut mendengar doa Aurora yang justru untuknya. Sehingga dia kembali menghadap ke patung Yesus di hadapan mereka dan menunduk untuk berdoa kembali kali ini dengan lebih khusyu lalu dia mengucap amin dan mengecup tangannya. Lalu menoleh ke arah Aurora dan mengajaknya keluar.
“Kamu doa apa lagi?”
“Aku juga minta kebahagiaan kamu, dan itu harus denganku,” ucap Yohan sambil tersenyum menggoda. Aurora menggeleng geli dan menggandeng tangan Yohan keluar dari gereja besar tersebut. Dia berharap doanya yang dipanjatkan dapat dikabulkan oleh Tuhan. Karena saat ini Yohanlah yang mengisi seluruh hatinya. Begitu pula Yohan yang sangat mendambakan kebersamaan dengan wanita yang disukainya dan itu adalah Aurora.
***