Memulai dari Awal Kembali

2163 Kata
Kutatap ayah dengan marah, “Berani ayah melukai Jessica akan kubuat Tania lebih menderita,” ancamku balik. Aku pun pergi dari rumah sakit, tak kuperdulikan panggilan ayah yang memerintahkanku untuk tidak kemana-mana. Aku hanya ingin menjauh dari rumah sakit untuk menangkan pikiranku. Disinilah diriku sekarang, di kantor sahabatku David. Tanpa mengetuk pintu aku langsung masuk, kulihat David sedang sibuk dengan berkas ditangannya. Ia tampak terkejut melihat kedatanganku yang tiba-tiba. Kuhempaskan pantatku di sofa yang ada di ruangan tersebut. “wow....Tampangmu berantakkan bro, ada apa?.” Tanyanya kepadaku sambil menuangkan segelas wine lalu memberikannya kepadaku. “Tania, sudah sadar dari komanya, dan ia sepertinya mengalami trauma. Ia ketakutan melihatku. Parahnya, daddyku juga mengetahui, kalau aku masih berhubungan dengan Jessica. Ia mengancamku kalau aku tetap berhubungan dengan Jessica, ia akan melakukan hal yang buruk apabila kepada Jessica.” “Wow, bukankah itu kabar bahagia, kalau istrimu telah sadar dari komanya. Seharusnya kamu merasa senang, bukannya kusut seperti ini.” “Dan mengapa istrimu itu ketakutan melihatmu?,” memangnya apa yang telah kau lakukan hingga membuatnya menjadi seperti itu?.” “Mengapa kau tidak mencoba untuk memberikan kesempatan pada pernikahan kalian, lupakanlah Jessica, cobalah untuk mencintai Tania.” Kata Dave beruntun kepada Drake. “Tania takut melihatku, pada saat malam pertama kami aku melakukan kekerasan seksual kepadanya. Aku tidak menyangka kalau ia masih perawan.” “b******k kau Drake, aku tidak menyangka mempunyai sahabat seorang penjahat kelamin.” lalu David meninju bahu Drake dengan keras. Aku sangat membenci pria yang berlaku kasar kepada wanita Drake.” “Kau pasti tahu bukan alasan aku membenci tindakanmu yang berlaku kasar kepada Tania.” “Yeah, aku juga menyesalinya. Sungguh, aku benar-benar menyesal. Namun, apalah daya semua sudah terjadi dan tidak dapat ditarik kembali.” “Kurasa kau memang benar, aku harus memberikan kesempatan pada pernikahan kami. Untuk melupakan Jessica?, entahlah, apakah aku bisa. Aku sangat mencintai Jessica.” “Kau tau, Drake kau hanya tidak mau membuka hatimu untuk Tania, kurasa ia wanita yang baik, sementara Jessica aku kurang menyukai kekasihmu itu.” “Sudah sana pergi!, penjahat kelamin aku harus bekerja, aku tidak ingin uang jutaan dolar ku hilang hanya gara-gara kedatangan mu.” Usir David dengan bercanda kepada Drake. “Sialan, kau David, jangan panggil aku penjahat kelamin. Ok, aku pergi, karena aku juga tidak ingin melihatmu bangkrut dan menjadi gembel.” Ucap Drake sambil melangkah keluar dari kantor David. Pukul 13.00 Rumah sakit Aku terbangun dari tidurku, kulihat ayah dan ibu, serta orangt tua Drake duduk di sofa. Ku panggil ibu dengan suara lirih. “Bu, aku haus.” Kataku lirih kepada ibu yang dengan setia menemaniku di rumah sakit. Ibu lalu beranjak dari duduknya, untuk mengambilkan air minum. Kuhabiskan air minum di gelas hingga tandas, karena tenggorokkanku terasa kering. sambil mengusap kepalaku dengan lembut, ibu berkata “Kamu harus cepat sembuh sayang, kami menyayangimu, kita akan menghadapi ini bersama-sama. Jangan pernah kamu merasa putus asa dan sendirian lagi.” “Ibu minta, jangan pernah kamu untuk melakukan hal bodoh lagi, dengan mencoba membunuh dirimu sendiri. Kamu terlalu berharga untuk meninggal sia-sia hanya karena seorang pria.” “Kamu akan masuk neraka apabila kamu meninggal dalam keadaan bunuh diri, sementara suamimu akan bersenang-senang dengan kekasihnya di atas penderitaanmu.” “Jangan menjadi wanita yang lemah, hidup ini terlalu berharga, untuk dihabiskan menangisi seorang pria.” “Maafkan aku bu, yang sudah banyak mengecewakan kalian semua. Aku tau perbuatanku itu salah, dan aku sangat menyesalinya.” “Aku berjanji akan menjadi wanita yang kuat, dan tidak akan lemah lagi. Cukup sekali bu, akau tidak akan mengulangi lagi perbuatanku yang mencoba bunuh diri.” Kemudian kuraih tangan ibuku, kucium kedua tangannya dengan air mata yang meleleh. Aku merasa sangat bersyukur masih diberikan Allah kesempatan untuk hidup.” Ibu benar, seandainya saat itu aku langsung mati, setan-setan akan tertawa dan senang hati menyambut kedatanganku di neraka, sementara Drake dan kekasihnya akan bersuka cita di atas kuburku. Ibu meraih jemariku, digenggamnya erat kedua tanganku. “Yang sudah terjadi biarlah berlalu, sekarang saatnya kita semua saling menguatkan, ayah dan ibu akan selalu mendukungmu. Keputusan apapun yang akan kamu ambil, kami akan mengikuti.” “Apakah kamu mau menuruti saran dokter, agar kamu menjalani terapi bersama dengan seorang psikiater.” Tanya ayah kepadaku, “Kamu bersediakan, nak?.” Tanya ayah sekali lagi meyakinkan. “Iya, yah aku bersedia untuk menjalani terapi bersama dengan psikiater.” “Aku juga tidak ingin berlaru dalam keadaan seperti ini, aku ingin menjalani kehidupan yang normal lagi.” “Mengenai kelanjutan pernikahanku dengan Drake, entahlah yah. Aku tidak tahu, apakah aku akan bertahan dengan pernikahan kami, ataukah aku akan mengakhiri pernikahan kami.” “Kamu tidak usah memikirkan tentang pernikahanmu, kamu cukup memikirkan tentang kesehatanmu saja saat ini.” Arsyandi, ayah Tania, kemudian memeluk anak semata wayangnya itu. Anak yang sangat disayanginya, yang tidak disangka akan mengalami kemalangan akibat pernikahan perjodohan. Keesokkan harinya aku pun diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Aku juga sudah membuat janji temu dengan seorang psikiater ternama, di ibu kota. Kedua orangtuaku sangat berharap dengan sesi terapi yang akan kujalani nanti aku akan kembali seperti semula. Setelah beberapa kali menjalani sesi terapi dengan psikiater, aku pun akhirnya dengan perlahan sudah dapat mengatasi rasa takutku untuk bertemu dan berbicara dengan drake. Meski pada awal-awal pertemuanku dengan Drake harus ada orang lain yang mendampingi kami. Seiring dengan semakin seringnya intensitas pertemuanku dengan Drake, aku sudah mulai merasa nyaman untuk bertemu berdua saja dengan Drake. Drake berjanji kepadaku kalau ia akan berubah, ia akan berusaha untuk menjadi seorang suami yang baik. Ia berjanji akan belajar untuk mencintaiku dan melupakan kekasihnya. Apakah aku dapat mempercayainya, entahlah. Aku masih merasa ragu dengan perkataan Drake. Aku takut, ia akan membuatku terluka lagi. Hari ini, aku sendiri saja di rumah, kedua orangtuaku sedang berada di luar daerah untuk mengecek usaha mereka yang sedang mengalami masalah. Aku tidak tahu masalah apa yang sedang dialami perusahaan. Ayah tidak mau bercerita kepadaku, kata ayah aku cukup membuat diriku menjadi Tania seperti yang dahulu, itu sudah membuat mereka senang. Sementara bi Ira asisten rumah tangga di rumah ayahku sedang pergi ke pasar untuk berbelanja keperluan dapur, jadilah aku seorang diri di rumah. Bel pintu rumahku berbunyi, aku yang sedang duduk menonton drama Korea pun bergegas bangkit dari dudukku menuju ke pintu. Ceklek, pintu pun kubuka. Dan betapa terkejutnya diriku, karena yang berdiri didepan pintu adalah suamiku, Drake. Selama ini, kedatangan Drake selalu ada orang lain di rumah, meski kami hanya duduk berdua. Namun, aku merasa aman karena ada orang lain yang keberadaannya tidak jauh dariku. Seketika badanku menjadi terasa panas dingin, keringat mulai bercucuran di keningku. Badanku bergetar ketakutan, dalam hatiku berucap, “Ayo Tania, jangan takut. Kamu pasti berhasil mengalahkan rasa takutmu.” Aku hanya diam tertegun di tempatku berdiri, tidak tau apa yang harus kulakukan. Drake yang melihat kegugupanku, berusaha untuk menenangkanku. “Hai, apakah kamu baik-baik saja. Kamu percayakan sama aku, kalau aku tidak akan menyakitimu lagi.” Aku seakan tersadar dari kegugupanku, kuanggukkan kepalaku, “iya, silahkan masuk,” kataku kepada Drake. Drake mengikutiku melangkah masuk ke dalam rumah. Kami kemudian duduk di ruang tamu. “Aku ingin mengajak kamu untuk pindah ke rumah kita. Kurasa sudah waktunya kita menempati rumah kita bersama, dan mencoba untuk membangun rumah tangga kita bersama-sama.” “Baiklah, aku akan mencoba untuk menjadi seorang istri yang baik. Aku berharap pernikahan kita dapat berhasil Drake.” “Kita akan mengusahakan agar pernikahan kita berhasil.” Ucap Drake dengan bersungguh-sungguh kepadaku. Drake kemudian mambantuku untuk mengemas barang-barang milikku, ke dalam koper. Begitu selesai berkemas, Drake langsung membawaku berangkat menuju ke rumah kami dengan menaiki mobil yang dikemudikan oleh Drake. Aku berpamitan dengan ayah dan ibuku melalui gawai, Kukatakan kepada mereka kalau aku pindah mengikuti suamiku untuk pindah ke rumah kami. Aku sudah memberitahukan kepada Drake kalau kedua orang tuaku sedang melakukan kunjungan bisnis ke luar daerah. Tak lama kemudian, tibalah kami di sebuah rumah mewah, dengan arsitektur modern. Rumah dengan tembok tinggi, dan pintu pagar dari besi. Halaman rumahnya dihiasi dengan taman dan ada kolam ikan dengan air mancur kecil ditengahnya. Masuk ke dalam rumah, kami disambut seorang asisten rumah tangga, namanya mbok Darmi. Drake kemudian memperkenalkan aku dengan asisten rumah tangga kami. “Mbok Darmi, ini istri saya Tania. Semua urusan rumah, mulai sekarang dapat bibi konsultasikan dengan istri saya.” “Baik, den. Selamat datang nyonya, senang melihat akhirnya tuan Drake menikah juga. Semoga pernikahan tuan Drake dan Nyonya Tania langgeng dan menjadi keluarga yang Sakinah Mawadah warohmah…amiiin. Dan juga semoga cepat diberi momongan biar rumah ini tidak sepi.” Tambah mbok Darmi. Aku pun tersenyum, “Amiiin, terimakasih, mbok atas doanya.” ucapku. Drake kemudian mengajakku menuju ke kamar kami yang berada di lantai dua. Kamar ini dihiasi dinding berwarna coklat dilengkapi dengan fasilitas yang berkesan maskulin. Barang-barang milikku telah diantar asisten laki-laki di rumah ini, yang bernama pak Joko ke kamar kami. “Maaf, kalau kamu tidak suka dengan barang-barang yang ada di kamar kita kamu bebas untuk menggantinya.” “Tidak mengapa, aku menyukainya kok,” ucapku. “Meskipun barang-barang yang ada di kamar ini berkesan maskulin. Namun, aku menyukainya.” “SYukurlah kalau kamu menyukainya, tapi kalau kamu mau menggantinya aku sama sekali tidak keberatan. Kamu sekarang adalah istriku, nyonya di rumahku. Jadi kamu bebas untuk mengubah apa saja di rumah kita.” “Baiklah, mungkin aku akan melihat-lihat terlebih dahulu. Apabila ada yang perlu diganti aku akan mengatakannya terlebih dahulu kepadamu.” Drake kemudian mengajakku menuju ke balkon kamar kami. Kami duduk di balkon yang menghadap ke arah taman bunga, sungguh pemandangan yang indah untuk dilihat saat bersantai, pikirku. Drake meraih jemariku, kemudian digenggamnya tanganku, “Aku ingin kita memulainya dari awal lagi, aku benar-benar menyesal dengan apa yang telah kulakukan padamu.” Kata Drake kepadaku. “ Maukah kau memaafkanku?.” Kupandangi wajah Drake, kulihat kejujuran di matanya. Akupun menganggukkan kepalaku. ‘Iya, aku memaafkanmu.” “Aku ingin menghapus semua kenangan buruk yang telah kulakukan padamu, aku ingin kau tidak takut lagi denganku. Aku berjanji akan membahagiakanmu.” Ucap Drake dengan bersungguh-sungguh. Hari-hari selanjutnya ku lalui dengan penuh kebahagiaan, Drake berlaku lembut kepadaku. Dia mengajakku makan malam romantis di restoran mewah, ia juga mengajakku nonton film di bioskop. Drake selalu memberikan kabar kepadaku, agar aku tidak perlu khawatir begitu kata Drake kepadaku. Ia juga sering membawakan buket bunga untukku sepulang kerja. Aku dibuatnya jatuh cinta, dengan sikapnya yang romantic kepadaku. “Bersiaplah, aku ingin mengajakmu jalan-jalan kep pantai. Kita akan bersenang-senang di sana, nyonya.” Kata Drake, sambil mengedipkan mata menggodaku. Aku tersipu malu melihat tingkahnya. Akupun segera menuju kamar kami, kuganti pakaianku dengan tshirt berwarna merah dengan bawahan celana jeans selutut, dilengkapi dengan flatshoes. Cantik kata Drake, “bolehkah aku menciummu? tanya Drake dengan ragu. Karena selama ini Drake tidak berani menciumku, ia hanya memegang tanganku. Ia takut kalau aku akan menjerit ketakutan lagi, kalau menerima sentuhan lebih dari pegangan tangan. Namun kini seiring dengan seringnya kebersamaan kami, rasa takutku telah hilang. Kuanggukkan kepalaku dengan wajah yang memerah, kalau aku bersedia menerima ciuman darinya. Drake tersenyum, diciumnya bibirku sekilas, kamipun kemudian menuju mobil. Drake melajukan mobilnya menuju ke pantai. Di perjalanan kami bercanda dan tertawa bersama. Tiba di pantai kami berjalan bergandengan tangan. Jemari kami saling bertautan, sesekali Drake akan mengecup pelipisku. Lelah berjalan-jalan dan bermain air, kamipun duduk dibibir pantai. Drake merebahkan kepalanya dipahaku. Kuelus dengan lembut kepalanya. Netra kami saling bertatapan. “Ya, Tuhan, kurasa aku benar-benar telah jatuh cinta dengan suamiku sendiri, aku takut dengan rasa ini, aku takut untuk terluka. Akankah Drake membalas perasaanku?.” Sementara itu, di Singapura, Jessica sedang bersenang-senang dengan kekasih tampannya. Pria dengan lesung pipit di wajahnya. Dimana mereka tinggal di kamar hotel yang sama. Jessica mengeluskan jari-jarinya yang lentik di d**a bidang pria dengan lesung pipit tersebut. Tempat tidur yang acak-acakan menjadi saksi pergumulan panas mereka berdua. “Sayang, besok kita harus kembali ke Indonesia, aku ada jadwal pemotretan. Kau jangan menemuiku di apartemen ya, aku yang akan datang ke apartemenmu. Aku tidak ingin Drake mengetahui dan memergoki kita berdua.” “Tidak masalah kita bertemu dimana, kau hanya takut kehilangan sumber uang tunai bukan?, meski tidak sekaya Drake aku sanggup membiayaimu. Mengapa tidak kau tinggalkan saja Drake?. Ayolah Jess, apakah kau tidak ingin menikah denganku?.” “Jangan mengejekku, untuk saat ini aku tidak dapat meninggalkan Drake, aku terlalu cinta dengan uang dan hartanya.” Lalu mereka berdua tertawa bersama. “Aku mencintaimu, tentu saja aku ingin menikah denganmu. Lanjut Jessica.” Hari ini Jessica akan pulang dari liburannya di Singapura, ia telah memberitahukan kepadaku jadwal kedatangannya. Aku ingin memberi kejutan kepada Jessica dengan mengatakan kepadanya kalau aku tidak dapat menjemput, karena ada meeting penting. Namun, sebenarnya aku ingin memberikan kejutan kepada Jessica. Drake mengendarai mobilnya menuju bandara Soekarno Hatta, untuk menjemput Jessica. Setibanya di bandara soekarno Hatta, Drake bergegas menuju pintu kedatangan internasional. Di depan di pintu kedatangan internasional, Drake menjadi emosi. karena ia melihat seorang wanita yang sedang berjalan dengan berpelukan mesra. “Sial, bukankah itu Jessica beraninya ia menghianatiku.” Umpat Drake dalam hatinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN