Book 2 Sexretary - 5

2525 Kata
Tubuh Denisya langsung menggelinjang nikmat dan mulutnya terbuka mengeluarkan desahan seksi ketika kedua jemari Dewa membelai klirotisnya, menekannya, menjepitnya dan membelainya naik turun hingga Dewa dapat merasakan kewanitaan Denisya mulai basah karenanya. "Eumhh," Denisya menjilat bibir bawahnya ketika merasakan bibir Dewa mencium klirotisnya dan lidahnya mulai mengaduk-aduk liang kenikmatannya. Sungguh, dalam keadaan kedua tangan yang di borgol ini membuat Denisya frustasi. Berkali-kali dia refleks menarik tangannya ketika Dewa mengaduk-aduk kewanitaannya dengan cepat. Ingin rasanya Denisya mengusap rambut Dewa dengan mesra sambil makin menekannya agar Dewa makin memberi tekanan ketika menjilati klirotisnya. Atau juga Denisya ingin meremas payudaranya sendiri sembari Dewa memuaskannya. Iris mata biru Dewa melirik Denisya sembari kedua jemarinya terus menusuk nikmat kewanitaannya dan lidahnya menusuk-nusuk serta menjilati klirotis Denisya. Melihat mulut Denisya terbuka nikmat mengeluarkan desahannya, serta payudaranya yang makin mencuat itu membuat tangan kiri Dewa naik meremas p******a Denisya bergantian. Putting itu sudah memerah dan menegang, membuat bulu kuduk Denisya meremang ketika ibu jari Dewa menekannya, memutarnya dan tangan Dewa meremas kuat payudaranya bergantian. "Aaahh, Dewaaa..." Kening Denisya berkerut ketika Dewa makin menambah kecepatan kocokan jarinya di kewanitaan Denisya, menimbulkan desakan untuk orgasmenya semakin besar. Dewa makin menjilati klirotis Denisya naik turun, menusuk-nusuknya dan mengecupi klirotisnya. Hingga Dewa merasakan dinding kewanitaan Denisya makin menjepit kedua jarinya di dalam dan kemudian dia menarik jarinya ketika merasakan cairan panas Denisya mulai menyembur keluar. Denisya memekik tertahan, dia hanya bisa menyentakan kepalanya frustasi. Kedua kakinya bergetar dan tubuhnya menggelinjang ketika dia mendapatkan pelepasan. "Aaakkh," teriak Denisya disertai desahannya ketika Dewa makin cepat menjilati klirotisnya, tak membiarkan Denisya beristirahat setelah mendapatkan orgasmenya. Dewa menggigit kecil klirotis Denisya, membuat tubuh Denisya tersentak. Hingga Dewa mengakhiri memanjakan kewanitaan Denisya dengan kecupan bibirnya. Kecupan bibir Dewa naik ke paha Denisya, dia menjilatnya dan menghisapnya. Meninggalkan tanda kemerahan di paha Denisya. Kemudian mengecup perut Denisya sambil meniupnya pelan. Membuat Denisya tertawa kecil ditengah lenguhannya. Dewa tersenyum miring, kemudian meremas p******a Denisya dan memasukkan puttingnya kedalam mulut Dewa. Denisya hanya bisa mengulum bibirnya sembari menggumam nikmat saat lidah Dewa menyapu putting payudaranya dan menghisapnya kuat. Beberapa kali Denisya merasakan kejantanan Dewa yang sudah berdiri dan mengeras menekan perutnya. Menggoda Denisya hingga merasa ingin segera dimasukinya. Namun sedari tadi Dewa hanya mengulur waktu. Menggoda Denisya dan membuat Denisya memiliki desakan o*****e beberapa kali. Apalagi dengan kedua tangan yang di borgol ini membuat adrenalin s*x Denisya makin berpacu. Dewa bergantian mengulum p******a Denisya yang padat dan memiliki ukuran yang pas. Putting yang selalu menegang di dalam mulutnya dan p******a yang kenyal membuat Dewa gemas dan betah berlama-lama menyusu di p******a Denisya hingga membuat banyak bercak kemerahan di sekitar d**a Denisya. Ciuman Dewa kemudian naik ke bibir Denisya. Dia mengulum bibir ranum itu untuk kesekian kalinya dengan intens. Dewa memasukkan lidahnya ke mulut Denisya begitu Denisya membuka mulutnya. Lidah mereka saling bergulat. Dewa memperdalam ciumannya, mengabsen tiap deretan gigi Denisya, bertukar saliva dan saling mencecap. "Kau menunggu sesuatu, Taran?" Tanya Dewa di sela-sela ciuman mereka. "Eungh, menunggu," Denisya kembali membalas ciuman Dewa dan melenguh saat Dewa meremas payudaranya lagi. "Menunggu kau memasuki aku." Dewa melepas pangutan bibir mereka berdua. Tatapan matanya berkabut oleh napsu melihat bibir Denisya yang membengkak karena ciuman mereka selama bercinta malam ini. Dewa kemudian mengusap peluh disekitar dahi Denisya. "Kau harus menunggunya kalau begitu." Inilah yang dinanti Dewa. Dia kemudian turun dari kasur, membuka lemari kecil di walk in closetnya dan mengambil sebuah kotak dari dalam sana. "Dewa?" "Yes, baby." Jawab Dewa dengan suara seksinya. Kemudian naik kembali keatas kasur. Denisya menjilat bibir bawahnya ketika tangan Dewa menekuk kedua kakinya dan membuka dengan lebar. "Ini hadiahmu, Taran." Dewa mengusap klirotis Denisya kemudian napas Denisya tertahan begitu dia mendengar suara berdengung dan sedetik kemudian sebuah benda tumpul yang bergetar menyentuh klirotisnya, membuat tubuh Denisya tersentak dan dia otomatis berteriak. "Ssstt, calm down, Taran." "Is that a vibrator?" Tanya Denisya dengan cepat dan kemudian dia memekik lagi ketika vibrator itu menerjang kewanitaannya. "Ya," Dewa mengusap perut rata Denisya. "Tenanglah dan nikmati ini. Aku akan memberikanmu kenikmatan yang lebih." Denisya makin memejamkan matanya dengan erat dan dia mendesah sembari beberapa kali memekik nikmat saat berusaha rileks dan menikmati getaran hebat vibrator itu di klirotisnya. Dewa menaik turunkan vibrator itu di kewanitaan Denisya sambil sesekali menekannya lebih dalam. Tubuh Denisya menggelepar tak karuan. Beberapa kali Denisya berusaha menutup pahanya namun Dewa menahannya dan makin menekankan vibrator ke kewanitaan Denisya. "Aaahh, ouuhhahh..." Denisya sampai menaikkan punggungnya ketika getaran vibrator di kewanitaannya makin kencang. "Aakkhh, Dewaaa!" "Sebut namaku, Taran." Tubuh Dewa naik mencium bibir Denisya namun dia tetap menekankan vibrator di v****a Denisya. "Dewaa, ahh..." Jemari kaki Denisya sampai menekuk. "Oouuhh, aku tidak kuat lagiii." Dewa malah makin menekankan vibrator itu ke kewanitaan Denisya dan menambah kecepatannya. Membuat Denisya memekik dan makin berusaha menarik kedua tangannya yang di borgol. Dewa sungguh nikmat menyiksanya. Kepala Denisya pening, kulit tubuhnya meremang dan dia makin berteriak nikmat saat merasakan o*****e. "Aaahh, Dewaaa..." Denisya meneriakan nama Dewa ketika mengalami pelepasannya yang hebat hingga seluruh tubuhnya bergetar. Tulang-tulangnya serasa disiram air dingin hingga mati rasa sesaat ketika mengalami o*****e karena vibrator ini. Dewa masih berada di tubuh Denisya, menikmati teriakan dan tubuh menggelinjang Denisya dibawahnya ketika gelombang o*****e melandanya. Denisya sungguh sempurna, seksi dan menambah gairah Dewa. Melihat tubuh Denisya sedikit menukik keatas dan sampai bergetar seperti itu menambah kepuasan Dewa. Dewa kemudian menarik vibratornya menjauh untuk sesaat dan Dewa tak bisa menahannya lagi. Dia menurunkan tubuhnya, memasukan kejantannya ke kewanitaan Denisya yang basah karena cairan orgasmenya. Dewa sampai melenguh ketika merasakan kewanitaan Denisya menyambut kejantannya dengan hangat. Di dalam v****a Denisya terasa hangat dan penuh cairan karena Denisya baru saja mengalami pelepasannya. Hal itu mempermudah Dewa untuk langsung memompa tubuhnya dan memaju mundurkan kejantannya di dalam kewanitaan Denisya dengan cepat dan menekannya keras hingga terdengar bunyi penyatuan tubuh mereka. Tangan Denisya menggenggam borgol di pergelangan tangannya dengan erat dan beberapa kali refleks menariknya ketika merasakan sentakan keras kejantanan Dewa ketika memasuki kewanitaannya. Begitu keras dan menuntut. Denisya sampai tak bisa mengikuti gerakan Dewa yang memompa tubuhnya begitu cepat. Rasanya baru pertama kali Dewa menyetubuhinya sekeras ini. Dewa sampai beberapa kali terengah dan mendesis nikmat karena semakin cepat gerakannya, semakin dinding kewanitaan Denisya menjeputnya erat dan mengurut kejantannya nikmat. Denisya menggerakan pinggulnya, bergerak naik turun ikut mengejar pelepasan yang sudah memburu. Matanya yang ditutup menambah fantasi liarnya dan dia merasa bebas melakukan apapun tanpa mengetahui reaksi wajah Dewa. "Hahh," napas Dewa tersenggal ketika menggerakan pinggulnya lebih cepat. Menusuk kejantannya masuk mengocok liang kewanitaan Denisya yang makin menjepitnya. "Tarann, arghh!" Dewa menyentakan kejantannya dengan keras hingga Denisya tersentak dan bersamaan dengan itu Dewa makin menekan kejantannya ketika menyemburkan spermanya dengan kencang seperti biasa. Denisya mendesah nikmat ketika kewanitaannya berkedut dan menyemburkan cairan orgasmenya yang bercampur dengan s****a Dewa. Sungguh rasa kenikmatan ini begitu sulit diungkapkan. Denisya merasa kepalanya pening namun nikmat, terasa menyiksa namun menyegarkan. Sama seperti Dewa yang begitu lega setelah menyemburkan cairan spermanya bercampur dengan kehangatan cairan o*****e di kewanitaan Denisya. Dewa menarik kejantannya yang masih berkedut menyemburkan cairan spermanya, kemudian menekannya lagi ke kewanitaan Denisya dan berulang kali seperti itu hingga merasa kejantannya tak membesar lagi dan sudah puas. Maka Dewa menarik kejantannya hingga cairan o*****e mereka keluar dari kewanitaan Denisya dan meluber ke seprai. Dada Denisya naik turun mengatur napasnya yang menderu. Sebenarnya dia sudah merasa lelah dan mengantuk. Tapi dia tidak berani bertanya pada Dewa kapan waktu bercinta ini selesai. "Taran," Dewa mencium pipi Denisya dan kemudian mengulum kupingnya. "Aku memiliki mainan baru untuk memuaskanmu. Aku ingin bercinta sampai kau lelah, sampai suaramu habis dan kau tertidur." Denisya tertawa kecil. "Kapan kau akan melepaskan borgolku? Aku ingin segera membelaimu." "Nanti, setelah kau selesai bermain." Dewa lalu mengambil vibrator yang lain. Dia membeli seluruh alat mainan s*x ini khusus untuk bermain dengan Denisya. Karena istrinya tidak akan mau melakukan hal memuaskan Dewa seperti ini yang gairah sexnya tak tertahankan dan selalu merasa kurang. Dewa menggenggam vibrator sepanjang bolpoin ini dan berukuran seperti p***s kecil. Namun begitu lembut kulitnya dan tidak akan menyakiti Denisya, namun akan membuat wanita itu frustasi. Dewa kembali membuka lebar kaki Denisya hingga kewanitaan Denisya mekar dihadapannya, bersiap untuk dimasuki. Kemudian Dewa menekan tombol internal vibrator miliknya dan memasukan benda yang sudah bergetar hebat ini kedalam kewanitaan Denisya. Denisya langsung tersentak kaget. "A-apa ini!?" "Masih sama seperti yang tadi." Dewa makin menekan masuk internal vibrator ini ke kewanitaan Denisya, mengocoknya sebentar dan membiarkannya menancap di dalam kewanitaan Denisya. "Tapi ini lebih nikmat." "Aahhh," Denisya mendesah lagi. Kedua tangannya refleks menarik keras dari borgol dan Dewa menahan tangannya. "Tenang, Taran. Atau tanganmu akan patah." "Ahh, ehmm, ini menyiksa. Ouhh," Denisya menggelinjang tak tertahankan. Kedua kakinya berusaha menutup rapat karena geli dan tertekan karena getaran yang tak terhankan ini di dalam kewanitaannya. Namun kedua tangan Dewa menahan paha Denisya agar tetap terbuka. Tubuh Denisya bergerak tak nyaman. Desahan memenuhi kamar Dewa, membuat Dewa tersenyum puas. "Puaskan dirimu, Taran." Dewa mengecup perut rata Denisya. "Gerakan pinggulmu. Anggaplah vibrator yang berada di dalam kewanitaanmu adalah penisku." Bisik Dewa dengan sensual. Denisnya mengulum bibirnya, berusaha tenang karena belum terbiasa. "Atur napasmu." Bisik Dewa sembari mengulum kuping Denisya dan menatap kebagian bawah Denisya. "Ya, seperti itu. Gerakan pinggulmu seolah aku sedang memompa penisku di dalam milikmu." Mata Denisya yang ditutup dasi hitam ini berfantasi liar. Dia menggerakan pinggulnya, menuruti ucapan Dewa dan itu membuatnya makin mendesah nikmat. Sungguh nikmat. "Aakkhh!" Tubuh Denisya menggelinjang, perutnya serasa tertekan dan bagian bawahnya berkedut hebat ketika dia mengalami pelepasan untuk kesekian kalinya namun vibrator itu terus bergetar. "Oh my God, ohhh..." Kedua kaki Denisya yang terbuka dan terangkat sampai bergetar ketika Denisya mengalami pelepasan itu. namun vibrator di dalam vaginanya terus bergetar kencang, membuai dan menahan cairan Denisya di dalamnya. Berkali-kali Denisya mendesah frutasi, nikmat tak tertahankan. Membuat Dewa turun dari tubuh Denisya, memandang tubuh Denisya yang menggelinjang hebat dan mendengar desahan nikmatnya berkali-kali. Kejantanan Dewa kembali berdiri, membuat Dewa memegang kejantanannya dan mengocoknya sendiri ketika melihat Denisya terus mendesah dan tubuhnya bergerak tak tenang saat inside vibratornya terus memuaskan Denisya. Hingga Dewa melepas kedua borgol dan penutup mata Denisya dengan cepat. Denisya menatap Dewa dengan pandangan berkabut, dia langsung menerjang Dewa dan menciumnya dengan rakus sambil menggerakan pinggulnya ketika merasakan inside vibrator ini terus menyiksanya. Tangan Dewa menuntun tangannya ke kejantanan Dewa yang sudah menegang. Denisya langsung mengerti. Dia menurunkan tubuhnya dan mengulum kejantanan Dewa dengan cepat. Memaju mundurkan kejantannya di mulut Denisya. "Ouh, Taran." Dewa memejamkan mata dan mengerang nikmat. Denisya melepaskan kejantanan Dewa dari mulutnya. Dirinya terengah dan tak kuat menahan desahan ketika inside vibrator ini makin menyiksanya dan pelepasan mulai mendekat. Namun Denisya tetap kembali memasukkan kejantanan Dewa ke mulutnya, memasukkan dan mengeluarkannya, menjilat dengan lidahnya dan mengulumnya nikmat. Hingga Denisya kembali menatap Dewa sembari melenguh ketika dan mencengkeram pinggang Dewa ketika dia merasakan pelepasan lagi akibat vibrator ini yang membuat tubuhnya melemas. Dewa dengan cepat melepas inside vibrator Denisya yang sudah basah oleh cairan bening Denisya. Kemudian dengan cepat memasukkan kejantannya yang menegang dari bawah. Denisya yang berada diatas Dewa berusaha menaik turunkan tubuhnya. Membuat kejantanan Dewa keluar masuk kewanitaannya dengan cepat dan nikmat. Beberapa kali Denisya berhenti karena lelah, ganti Dewa yang menyentakan kejantanannya dari bawah hingga Dewa terus menusukkan kejantannya dengan cepat dan menggila. Denisya berteriak tak tertahankan sambil mencengkeram bahu Dewa ketika tubuhnya bergetar karena o*****e namun Dewa terus menusukkan kejantannya ketika menyemburkan s****a ke kewanitaan Denisya. "Aahh, ahhh..." Tubuh Denisya bergetar tak karuan diatas Dewa ketika merasakan s****a Dewa menyembur didalam dinding kewanitaannya untuk kesekian kali. Hingga kemudian Denisya menurunkan tubuhnya dengan lemas diatas pangkuan Dewa yang sudah setengah berbaring di kasur. Denisya melingkarkan lengannya di tengkuk Dewa. Mereka berdua saling bertatap mata sambil mengatur napas yang masih saling memburu. Kejantanan Dewa sudah melemas lega, namun masih berada di dalam kewanitaan Denisya yang benar-benar basah penuh cairan kehangatan. Denisya mengusap pipi Dewa, kemudian memberanikan diri mengecup Dewa terlebih dahulu. Dewa membalas ciuman bibirnya, hingga tautan bibir mereka berdua terlepas dan keduanya saling melempar senyum. "Kau menyukainya?" Tanya Dewa yang membuat Denisya cukup terkejut karena ditanya terlebih dahulu. Denisya mengulum bibirnya dan mengangguk sembari tersenyum. "Malam terpuas dalam hidupku." Dewa hanya tersenyum tanpa menjawab kata-kata Denisya lagi. Tapi dia melepaskan diri dari Denisya, dan kemudian berdiri. "Aku ingin mandi. Tolong gantilah seprei ini." Ucap Dewa yang kembali memerintah, membuat Denisya yang terduduk tanpa pakaian sehelaipun menatapnya kecewa. "Kau tidak ingin mandi bersamaku?" "Sudah tengah malam, Taran. Aku masih kuat untuk membuatmu mendesah lagi di kamar mandi. Tapi aku rasa besok selangkanganmu sudah nyeri karena dua vibrator dan karena aku malam ini." Ucap Dewa yang membuat pipi Denisya bersemu merah. "Cepat bersih-bersih dan mandilah. Aku ingin tidur dalam keadaan bersih." "Baiklah." Dewa kemudian masuk ke kamar mandi utama di dalam kamar. Sedangkan Denisya langsung mengambil bathrobe sambil mengganti seprai kasurnya ini yang sudah berantakan dan bau s****a dimana-mana. Tak lupa Denisya menyalakan lilin aroma theraphy untuk mengharumkan ruangan ini. Baru kemudian dia mandi di kamar mandi yang lainnya. Kemudian dia sudah melihat Dewa tertidur di kasur dengan bertelanjang d**a. Denisya yang baru saja selesai mandi kemudian membuka selimutnya. Pipinya bersemu merah menyadari bahwa Dewa memakai celana panjang dan tidak lagi telanjang. Namun Denisya ingin seperti di film-film yang bisa tidur mesra dengan pasangannya setelah bercinta. Maka dari itu dia memutuskan untuk membuka bathrobe-nya dan masuk kedalam selimut dengan tanpa sehelai benangpun. Setiap malam, Dewa adalah miliknya. Bukan seorang bos yang kaku dan menakutkan. Maka dari itu Denisya berani memeluk Dewa. Membiarkan p******a kenyalnya menekan d**a bidang Dewa. Dewa membuka matanya perlahan menyadari kehadiran Denisya yang kini sudah memeluknya. Dewa hanya tersenyum, balas memeluk punggung telanjang Denisya dan mengusapnya lembut. Denisya tersenyum ketika Dewa tanpa kata-kata mengecupi bahunya dengan mesra hingga mengecupi lehernya. "Tidurlah, Taran. Besok kau harus bekerja lagi." Bisik Dewa sambil terus mengusap punggung Denisya dengan mesra. "Kau juga, Dewa." "Oh iya, Taran. Aku lupa bilang." "Apa?" Dewa memejamkan matanya, kemudian mengecup dahi Denisya. "Malam ini juga malam paling terasa puas dalam hidupku. Kau lebih bisa memuaskanku daripada istriku, atau wanita-wanita lain diluar sana. Kau adalah wanita terbaik dalam hidupku, Taran." Kedua pipi Denisya bersemu merah setelah mendengarnya. Namun Denisya tidak mengatakan apapun selain memejamkan matanya, pura-pura tertidur. Namun dia tidak bisa tertidur dalam dekapan nyaman Dewa. Jantungnya berdegup kencang, matanya menjelajahi wajah tampan Dewa ketika tertidur. "Bolehkah jika aku mencintaimu Dewa?" Lirih Denisya. Dewa mendengarnya. Namun benar-benar tidak ingin menjawabnya sampai kapanpun. *** "Taran, bangun." "Hmm?" Denisya menggumam, kemudian memeluk lengan Dewa yang baru saja mengusap lengannya. "Bangunlah, Taran. Ini sudah pagi." Denisya kemudian membuka matanya, menatap wajah Dewa dan menarik tangan Dewa lalu melingkarkan lengannya di leher Dewa dan mengecup bibirnya. "Selamat pagi, Dewa. Kau mau bercinta lagi denganku, huh?" "Sadarlah, Taran!" Dewa tiba-tiba mendorong tubuh Denisya agar lepas dari tubuhnya. "Bangun dan segera pakai pakaianmu. Ini sudah pagi, saatnya bekerja dan kedekatan kita hanya sampai tadi malam." Denisya masih tertidur di kasur, tersenyum mengingat pecintaan mereka tadi malam. "Ayolah, Dewa. Apakah kau tidak ingin morning s*x denganku? Atau quick s*x?" Dewa menggeram kesal. Dia menghampiri Denisya dan membuka selimut Denisya, menampilkan tubuh polos Denisya. Namun Dewa tak ada pikiran lagi untuk menyentuhnya. Dewa menarik tubuh Denisya hingga wanita itu terduduk heran. "Bangunlah! Dan bersiap pergi dari sini!" Bentak Dewa. "Tapi kenapa?!" Tanya Denisya tak paham. "Istriku datang, Taran!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN