Wajah putus asa terlihat jelas pada wanita yang kini menggoyangkan kakinya begitu pelan, wanita itu tak lain tak bukan adalah Adrena, wanita yang dua bulan lalu menikah dengan pria yang tinggal satu atap dengannya, wanita itu juga memiliki kehidupan yang amat menyedihkan, kehilangan dan seluruh kesedihan sudah ia rasakan, karena bertubi-tubi datang dan pergi secara bergantian. Adrena duduk diteras apartemen, berharap ia mendapatkan telepon dari suaminya yang entah sampai kapan akan berada di Bandung, tidak ada telepon maupun sekedar kabar yang seharusnya ia dapatkan sebagai seorang istri. Adrena meraih jus jeruk didepannya dan menyesapnya hampir tandas, rasa haus menyerangnya apalagi harus memikirkan tentang pria yang pergi dan hanya meninggalkan sebuah kertas. Adrena bingung, ia tidak