Akhirnya Ezra bertemu juga dengan Rudi Hartanto. Mantan polisi yang juga sahabat karib mendiang papanya. Sekaligus orang yang telah berjasa menyelamatkan nyawanya di malam pembantaian keluarganya dua puluh tahun lalu itu. Pertemuan mengharukan sampai Ezra mencium tangan pria tua itu dan memeluknya dengan mata basah. Sama seperti Rudi Hartanto yang menangis memeluk Ezra seperti anaknya yang sudah lama menghilang. Rasa bersalahnya ke sang sahabat membuat pria itu tergugu pilu, karena tidak bisa memenuhi permintaan terakhir papa Ezra yang menitipkan anaknya sebelum terbunuh. “Maafkan Om, Ezra! Maaf tidak bisa terbuat apa-apa untuk membantumu saat itu.” Rudi yang duduk berdampingan dengan istrinya menunduk banjir air mata. “Nggak. Tanpa Om Rudi, aku bahkan sudah mati malam itu. Dengan bant