bc

Distraction Man

book_age18+
227
IKUTI
1.4K
BACA
HE
independent
drama
bxg
city
secrets
affair
like
intro-logo
Uraian

Trevor Aryeswara, seorang pengusaha muda, jatuh hati pada Jewel Jessany Narapati, tunangan rekan bisnisnya, Marcellino Sanjaya. Trevor melakukan berbagai cara untuk mendapatkan Jewel, hingga melakukan tindakan tidak terpuji, yang mengakibatkan Jewel hamil. Jewel yang merasa malu akan kondisinya memutuskan kabur. Namun, Trevor berhasil menemukannya dan terus melamarnya meskipun sudah ditolak puluhan kali. Akankah Trevor mampu menaklukkan hati Jewel?

chap-preview
Pratinjau gratis
So Sexy
01 "Je, kenapa kamu nggak bilang kalau sekarang Trevor Aryeswara adalah klien kita?" tanya Febiola Kanissa dengan nada suara pelan. "Siapa?" Jewel Jessany yang akrab dipanggil Je, balas bertanya sambil mengerutkan dahi karena bingung dengan maksud perkataan sahabat sekaligus rekan bisnisnya di perusahaan event organizer. "Trevor Aryeswara, anak pemilik real estate terbesar di Indonesia. Ayahnya, Peter Aryeswara juga memiliki banyak perusahaan lain," jelas Febiola. Jewel tertegun sejenak untuk mengingat-ingat kembali nama yang rasanya tidak asing. Gadis berusia dua puluh enam tahun memaksa otaknya bekerja cepat dan lebih keras. Sepasang mata beriris cokelat muda milik Jewel membulat sempurna, ketika akhirnya menyadari bila orang yang dimaksud Febiola adalah direktur utama di Aryeswara Grup, salah satu rekan bisnis penting perusahaan milik tunangannya, Marcellino Sanjaya. "Ahh, ternyata dia. Ehm, tapi seingatku dia belum menjadi klien kita," ungkap Jewel sambil mengerutkan dahi. "Iyakah? Tapi katanya ... aih, udahlah. Pokoknya sekarang kamu secepatnya temui dia," tukas Febiola. "Di mana?" "Kantormu, Sayang. Dia udah nungguin dari tadi!" Selama sekian detik Jewel terdiam, kemudian mengangguk mengerti dan segera jalan menuju kantor pribadinya yang berada di lantai dua bangunan. Perempuan muda bergaun biru muda yang dilapisi bolero putih, menaiki tangga sambil bertanya-tanya dalam hati tentang maksud kehadiran pria yang diingatnya turut hadir dalam acara pertunangannya tiga minggu silam. Jewel memejamkan mata dan mengatur napas saat berada di depan pintu yang tertutup. Entah kenapa dia merasa gugup kali itu, padahal bila menghadapi klien lainnya dia akan sangat percaya diri. Setelah dirasa cukup tenang, Jewel membuka mata dan merapikan setelannya. Kemudian dia memutar gagang pintu dan mendorong benda besar hingga terbuka lebar. "Selamat pagi. Maaf sudah menunggu," tutur Jewel saat memasuki ruangan dan beradu pandang dengan sepasang mata beriris hitam milik Trevor Aryeswara yang menatapnya saksama. "Selamat pagi. Nggak apa-apa, mungkin saya yang salah memperkirakan waktu," sahut pria bertubuh tinggi seraya mengulaskan senyuman, tetapi bagi Jewel hal itu malah membuatnya bergidik. "Silakan duduk, Pak Trevor." Gadis berambut panjang jalan mendekat dan duduk di kursi seberang sofa merah tua yang ditempati sang tamu. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya. "Wow, to the point sekali," jawab Trevor. "Tapi saya suka, berarti kamu profesional," lanjutnya. "Saya memang tidak suka berbasa-basi terkait pekerjaan, Pak." "Mas." "Pardon me?" "Panggil saya, Mas. Bukan Bapak." "Oh, oke, Mas Trevor." "Good. Sekarang mari kita bahas tentang pekerjaan." Jewel mengangguk paham. Dia menegakkan tubuh dan memandangi pria berjas hitam serta kemeja krem di hadapan dengan serius. Jewel betul-betul penasaran akan apa yang dikatakan tamu berparas manis yang balas menatapnya lekat-lekat. "Saya ingin menyelenggarakan pesta wedding anniversary untuk orang tua. Apa kamu bisa melakukannya?" tanya Trevor. "Kira-kira kapan acaranya, Pak, ehh, Mas?" Jewel balas bertanya. "Dua minggu lagi." "Mepet juga, ya." "Ya. Saya baru kepikiran untuk mengadakan acara itu sebagai hadiah kejutan buat mereka." "Sudah punya konsep acaranya?" Kembali Jewel bertanya. "Untuk hal ini saya serahkan sepenuhnya padamu. Pokoknya saya hanya menyediakan dana, selebihnya kamu yang atur semua." Jewel berpikir sesaat, sebelum akhirnya mengangguk menyetujui. Meskipun terselip rasa ragu dalam hati, tetapi gadis beralis tebal tahu bahwa bila dia berhasil kali itu maka perusahaannya akan maju pesat. Mengesampingkan sejumput keraguan dalam hati, Jewel akhirnya mengambil keputusan untuk menerima tawaran sang CEO. "Baik, Mas. Saya bersedia," cakap Jewel seraya mengulaskan senyuman. "Good. Saya percaya bila kamu akan sanggup memuaskan saya. Baik dalam pekerjaan maupun hal lainnya," sahut Trevor sembari tersenyum tipis. Kendatipun bingung dengan maksud ucapan pria berkumis tipis, tetapi Jewel tetap mengangguk mengiakan. Dia sedikit terkejut ketika Trevor tiba-tiba meletakkan sebuah amplop di atas meja dan mendorong benda itu ke depannya. "Kalau masih kurang, jangan sungkan untuk menghubungi saya. Kartu nama saya ada di situ. Saya tunggu kabar darimu." Trevor berdiri dan memasang kancing jasnya. Kemudian dia mengulurkan tangan kanan seraya memamerkan senyuman memikat. "Baik, Mas. Terima kasih atas kunjungannya." Jewel menjabat tangan pria tersebut dengan sedikit takut karena tatapan tajam Trevor membuatnya terintimidasi. Pria berhidung mancung melepaskan tangannya dan jalan menjauh. Saat berada di depan pintu dia berbalik, kemudian berkata, "Saya suka penampilanmu hari ini. So sexy!" Trevor kembali tersenyum, sebelum dia membuka pintu dan melangkah ke luar. Meninggalkan Jewel yang mematung di tempatnya. Perempuan berbibir penuh sempat tertegun sekian detik berikutnya. Dia sama sekali tidak menduga bila penampilannya dianggap seksi oleh seorang Don Juan, julukan buat Trevor karena kerap berganti-ganti pasangan. Hal yang pernah didengarnya dari Marcellino, beberapa hari sebelum tunangannya kembali berangkat ke Sydney. *** "Sayang, aku merindukanmu," bisik Jewel sambil mengusap foto pertunangan dirinya dan Marcellino. Gadis bersetelan kaus abu-abu menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Berharap hal tersebut bisa membuatnya lebih tenang dan damai. Sudah lewat tiga minggu Jewel dan Marcellino berpisah. Setiap harinya lelaki berparas manis tidak akan pernah absen meneleponnya. Namun, tidak dengan malam itu. Sejak tadi Jewel sudah menunggu calon suaminya menelepon. Dia bahkan sudah mengirimkan banyak pesan melalui aplikasi hijau berlogo gagang telepon putih, tetapi semua hanya centang abu-abu. Dering ponsel mengalihkan perhatian sang gadis. Jewel bergegas meraih telepon genggam yang tadi diletakkannya di bantal. Perempuan berleher jenjang, mengerutkan dahi ketika melihat nomor telepon yang tidak dikenal. Pada awalnya Jewel hendak mengabaikan panggilan, tetapi kemudian dibatalkan karena dia berpikir mungkin saja itu adalah calon klien. "Hai, Jewel, ini, Trevor," sapa sang penelepon. "Ma-malam, Mas," balas Jewel dengan sedikit terbata-bata. "Malam, lagi sibuk?" "Nggak." "Good, keluarlah." "Hmm?" "Saya ada di depan unitmu." Seketika Jewel terkesiap. Dia berdiri dan jalan menuju pintu untuk mengintip melalui lubang kecil di benda besar bercat putih. Walaupun masih bingung bagaimana Trevor bisa mengetahui tempatnya tinggal, bahkan bisa memasuki apartemen yang penjagaannya ketat, tetapi akhirnya Jewel tetap membukakan pintu. Seulas senyuman terbit di wajah Trevor dan membuat Jewel sempat terpukau selama beberapa saat, sebelum kemudian memaksakan senyuman untuk menyambut kedatangan sang tamu. "Kamu lagi sibuk nggak?" Trevor kembali mengulangi pertanyaannya. "Ehm, enggak, Mas," jawab Jewel. "Boleh tahu, bagaimana caranya Mas bisa naik ke lantai ini?" tanyanya tanpa bisa menutupi rasa keingintahuan. "Saya akan jelaskan, asalkan kamu mau menemani saya." "Ke mana?" "Suatu tempat. Saya malas pergi sendirian." "Apakah ini acara formal?" "Bukan, tapi tetap harus berpenampilan memukau." Jewel menimbang-nimbang dalam hati selama beberapa saat, kemudian berkata, "Oke, silakan tunggu di situ." Dia menunjuk ke kursi tunggu di dekat lift. "Sebentar lagi saya menyusul," sambungnya. "Kenapa saya tidak diajak masuk ke unitmu?" "Karena ... Anda adalah orang yang baru saya kenal. Jadi saya harus waspada." "Jadi kamu mencurigai saya?" Sudut bibir Trevor berkedut, tak lama kemudian muncullah senyuman lebarnya. Pria berkemeja hitam pas badan merasa lucu dengan tingkah perempuan di hadapan. "Saya ini rekan bisnis tunanganmu. Masih belum bisa dipercaya?" desaknya. "Meskipun begitu, bagi saya, Anda tetap orang asing dan bukan bagian keluarga saya." Trevor mengangkat alis mendengar ucapan Jewel. Pria bertubuh tinggi mendengkus pelan, kemudian jalan menjauh. Entah kenapa dia seperti kehilangan kata-kata untuk mendebat perempuan berparas cantik yang sering berkelebatan di benaknya belakangan hari. Jewel segera menutup dan mengunci pintu. Dia mengusap d**a yang berdebar-debar. Niatnya untuk menolak ajakan Trevor harus ditangguhkan, karena Jewel tidak mau bila hal itu berimbas pada bisnis tunangannya. Perempuan yang mencepol rambutnya tinggi-tinggi berpindah ke depan lemari. Dia membuka benda besar bercat putih dan mengecek koleksi gaunnya. Jewel mengingat-ingat perkataan Trevor yang memintanya tetap tampil memukau. Seusai memilih gaun hitam kesukaannya, Jewel meletakkan benda berbahan sifon ke kasur. Dia jalan menuju toilet dan bergegas menuntaskan hajat. Selanjutnya Jewel keluar dan berganti pakaian. Belasan menit berlalu, gadis yang mengikat separuh rambutnya keluar dari unit. Trevor mengamati penampilan Jewel sambil berdecak kagum dalam hati. Dia kian yakin untuk melancarkan rencana memikat perempuan bergaun hitam yang membuatnya penasaran.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook