Chapter 2

2592 Kata
Tiga hari berlalu, sesuai perjanjian Yanah dan Abas kembali menemui dr. Boy untuk mengetahui hasil pemeriksaan Lab keduanya. Yanah bergelayut manja di lengan Abas “Mas jangan pergi tinggalin aku ya…”lirih Yanah berbicara. Abas menengok sejenak kemudian tertawa “tumben…tiba-tiba ngomong kayak gitu?? siapa juga yang mau ninggalin kamu?”Abas mencubit ujung hidung Yanah yang mancung. “Mas tuh cinta mati sama kamu sayang ku”Abas menggombal sambil terkekeh. Yanah hanya tersipu malu semakin manja mengelayut di lengan Abas, hingga keduanya memasuki ruang praktek itu. Yanah berdebar teringat kejadian sebelumnya tiba-tiba saja dia merasa gatal pada bagian m***k nya. Cairan merembes dan mulai menetes membasahi Celana Dalamnya. Yanah duduk gelisah di depan dr. Boy yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Yanah dengan seksama. Seulas senyum di ujung bibirnya tanpa diketahui siapa pun, “Silahkan duduk Mas dan Mbak nya…”sapa dr. Boy ramah, “bagaimana kabar hari ini…??”Yanah dan Abas serempak menjawab “Alhamdulillah baik dok……”Yanah menunduk malu ketika tanpa sengaja tatapan mereka beradu. Dr. Boy semakin gemas melihat kemanja-an Yanah, hampir tidak pernah dr. Boy tertarik dengan pasiennya karena bagi dia profesionalitas lebih diatas segalanya. Namun berhadapan perempuan cantik jelita serupa Yanah, pertahanan dr. Boy runtuh dibuatnya. Pesona Yanah telah membuat dr. Boy lupa akan janji profesi dan kode etik profesinya. “Baiklah Mbak dan Mas nya….secara medis hasil kalian bagus dan baik-baik saja, keduanya subur…”dr. Boy mulai menyampaikan hasil test mereka. Yanah dan Abas tersenyum bahagia artinya keduanya tidak ada masalah secara Medis untuk mempunyai keturunan. ”Namun demikian saya perlu melakukan test sekali lagi untuk memastikannya” Yanah dan Abas saling berpandangan, “Maksud dokter bagaiamana??” Abas bingung dibuatnya. “Hmmmm..begini, saya perlu memastikan bahwa saluran di dalam rahim istri Mas nya tidak terhalang kista atau apapun yang menyebabkan tidak bisa tembusnya s****a Mas nya ke dalam rahim”. “Silahkan Mbak nya berbaring disana…” dr. Boy mengagetkan Yanah yang sedari tadi sedang mereka-reka kira-kira gerangan apa yang selanjutnya terjadi. Yanah menatap Abas memohon perlindungan, Abas hanya mengangguk perlahan menenangkan Yanah, “Gak papa dek….ayooo kita periksa sekali lagi…Mas disini kok..” Abas menggenggam erat jemari Yanah. Yanah gontai melangkah menuju ruang pemeriksaan, dia menutup gorden ruangan itu perlahan kemudian melepaskan celana Panjang Lapisan gamis beserta celana dalamnya. Ragu-ragu Yanah membaringkan tubuhnya diatas ranjang yang telah memberikan kenikmatan sekaligus ketakutan. Dr. Boy terkekeh menyaksikan keraguan Yanah, dia menyeringai karena sesaat lagi dia akan kembali merasakan m***k yang begitu mempesona matanya. Dr. Boy menutup rapat gorden sehingga Abas yang sedang duduk di meja tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi dalam ruangan pemeriksaan. Tanpa sarung tangan dr. Boy mengoleskan Gel ke jari-jarinya kemudian perlahan jari itu meluncur ke arah bibir m***k yang begitu rapat tanpa bulu. “Ahhhhhh….shhhh…”Yanah menutup mulutnya rapat-rapat khawatir desahannya terdengar oleh suaminya. Tiba-tiba ponsel Abas berdering mengagetkan dr. Boy dan Yanah, keduanya saling tatap penuh arti. “Sebentar dok, saya harus mengangkat telp ini penting…”Abas berteriak memecah kesunyian sejurus kemudian dia melangkah keluar ruangan meninggalkan dr. Boy yang tersenyum penuh kemenangan. Yanah perlahan membuka pahanya lebar seakan-akan mengijinkan jari dr. Boy semakin dalam masuk menjelajahi dinding m***k yang sedari tadi mengalami kegatalan. Yanah lupa diri pantatnya terangkat manja menjemput tangan dr. Boy yang sedang keluar masuk kedalam m***k nya. Dr. Boy semakin belingsatan dengan kebinalan Yanah yang jelas terpampang didepan mata. Jarinya semakin intens memasuki rongga m***k yang begitu sempit menggigit, jarinya seperti sedang dihisap sesuatu yang begitu dahsyat. Boy berpikir seandainya jari ini digantikan oleh kelamin nya tentu akan semakin nikmat rasanya. Diluar ruangan Abas tengah sibuk dengan pembicaraan di ponselnya sejenak melupakan istri dan dr. Boy yang sedang memacu birahi. Seketika pandangan Abas menatap sosok yang pernah mengganggu tidurnya, sosok berseragam putih-putih itu melintas persis didepan matanya. Ekor mata Abas mengikuti kemana makhluk itu melangkah, perlahan di ikutinya sosok itu dari belakang. Ketika pembicaraan di ponselnya sudah selesai, Abas sedikit bergegas mengejar bayangan putih-putih yang semakin jauh, keduanya menuju kantin rumah sakit yang terletak jauh dibelakang gedung ini. Abas gementar ketika sosok itu duduk seorang diri dikantin, memilih tempat yang begitu pojok didalam. Abas gugup, pura-pura membeli segelas teh hangat, Abas membelakangi sosok itu perasaannya tak karuan. Entah perasaan apa yang hinggap dihatinya ini, Abas sendiri bingung mengartikannya. Kejadian tiga hari lalu didalam ruangan khusus untuk Abas mengeluarkan spermanya kembali berkelebat, “Ahhhhhh….”perlahan Abas mendesah, kelaminnya mengeras. Abas limbung kegugupannya membuat dia tak hati-hati hingga tanpa sengaja kakinya terantuk ujung meja dengan begitu kerasnya. Abas kesakitan gelas ditangannya jatuh kelantai, kegaduhan itu membuat sosok yang menarik perhatian Abas menengok dan kaget. “Ehhhhh…Mas…hati-hati…”perlahan sosok itu bangkit dan membantu Abas berdiri. “Ehhhh…iiyy..iiyyaa…..makasih ya Mas..”Abas semakin gugup dibuatnya. Sosok itu begitu mempesona. Harum tubuhnya menusuk hidung Abas, kulit putih, berbadan tegap dengan mata yang begitu lentik mengoda. Bibir merah tipis merona, ahhhhh kenapa makhluk itu begitu menggoda Abas. ”Silahkan duduk Mas…”sosok didepannya tersenyum dengan manisnya membuat Abas semakin belingsatan dibuatnya. “Ohhhh…iya kita bertemu tiga hari yang lalu ya??”sosok itu bertanya. “Iyy..iyaa betul…”perlahan Abas mengulurkan tangannya “Abas…”sosok itu menyambut tangannya “Yudhi Mas…”keduanya saling berjabat tangan erat, Abas sepertinya enggan melepaskan genggaman tangannya. “Eeheeemm…hem…ehem….”sosok itu berdehem menyadarkan Abas kemudian melepas genggaman tangannya. “Sendirian aja Mas nya..?”sosok itu kembali mengusik Abas, “Ouhhh..gak bersama istri saya…dia sedang ada pemeriksaan di ruang dr. Boy”Abas segera merespon. ”Ohhh…lagi proses punya momongan ya..?? Pantas……..”Yudhi sengaja menggantung kalimatnya dan tersenyum manja, Abas gelagapan bayangan-bayangan didalam ruangan itu kembali berkelebat memaksa Abas diam seribu bahasa. “Tegang amat Mas ku…”Yudhi kembali terkekeh manja, sayangnya ditelinga Abas suara Yudhi terdengar syahdu manja menggoda. “Ehhh…ehh…anu..anu…gak kok…hehehehehehe” Abas berusaha menguasai keadaan. “Anunya kenapa Mas…”kembali Yudhi menggoda Abas. Sontak Abas terperanjat, kemudian berusaha tertawa tenang, sejurus kemudian kedua sibuk terlibat pembicaraan. Abas lupa akan Yanah yang sedang berduaan dengan dr. Boy didalam ruangan kerja dr. Boy. Kembali pada dr. Boy yang sedang sibuk mengoral m***k Yanah, tirai penghalang antara bagian atas tubuh Yanah dan bagian bawah sudah terlepas. Yanah bisa menyaksikan ganasnya dokter tua itu mengerjai memeknya yang sudah begitu becek dan banjir. Tangan Yanah meremas kepala dr. Boy yang sedang asyik menikmati k******t Yanah, bibirnya sibuk menyedot, menghisap dan mengecup m***k Yanah. Aroma m***k yang begitu menggairahkan, dr. Boy semakin ganas dan lupa daratan. Dihajarnya terus menerus m***k itu dengan mulutnya, Yanah menegang, cairan memeknya semakin deras mengucur kemudian…”Ahhhh…ahhhh…..sshhhh…..shhh…serrrrrs….seerrr…serr…criiit..criiit…” Yanah o*****e hanya dengan mulut dr. Boy hal yang tidak pernah Abas lakukan. “Hmmmm….slruuupppp….ssrrruuppllppp…slluuurrrrrupp”dr. Boy dengan rakusnya menelan semua carian yang keluar dari m***k Yanah. “Hmmm…harum dan segar cairan mu….Sayang..”dr. Boy menyeringai ditatapnya Yanah yg tergolek pasrah lemas setelah mengalami puncak kenikmatan. Diusapnya m***k mungil itu perlahan, dielus-elusnya bibir m***k itu sambil sesekali jarinya masuk kedalam membelah bibir m***k mungil itu. “Hmmmm…..Ahhhh…shhh…suu…suudah…dok….ahhhh…sshhh…””plok..plok…pok…” dr. Boy menepuk-nepuk bibir m***k Yanah dengan ganas, “Nakal kamu ya…nakal….hmmm….” Perlahan dr. Boy melepaskan celananya, sejurus kemudian mencuatlah k****l hitam besar perkasa, Yanah bergidik dibuatnya, apakah muat k****l itu masuk kedalam memeknya yang kecil?. Dr. Boy merengkuh p****t Yanah di tariknya mendekat dan k****l itu tepat posisinya menempel didepan bibir m***k Yanah. Yanah menjerit, “Ahhh…..shhhh”gesekan-gesekan kepala k****l dengan labiya Mayoranya begitu nikmat menggoda. Diangkatnya tinggi-tinggi p****t itu seakan-akan berharap segera dimasukan kedalam memeknya. Tiba saatnya eksekusi, perlahan kepala k****l itu membelah bibir nan mungil, “Grmmmmm..ahh…shhh..sempit sekali m***k mu Mbak…ahhh..aahh”Yanah mengelinjang menerima sodokan itu, digigitnya bibir merasakan nikmat dan sakit bersamaan. Pintu ruangan terbuka, Abas masuk kedalam ruangan membuat suara berisik. Yanah terlonjak kaget, begitupun dr. Boy ditariknya k****l yang baru seperempat masuk, “plop” suara kelamin terpisah. Yanah kecewa namun kedatangan suaminya membuatnya sadar dan bersyukur bahwa dia tidak sampai disetubuhi dokter tua itu. Keduanya sibuk merapihkan pakaian masing-masing, dr. Boy melangkah tenang ke meja kerjanya. “Hmmm…sepertinya keadaan istri anda baik-baik saja..”setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut tidak ada tanda-tanda kista didalamnya. Selamat ya..”dr. Boy menyalami Abas, Abas menyambut dengan ramah, kemudian keduanya berpamitan keluar dari ruangan yang penuh dengan kenangan. Yanah kembali bergelayut manja di lengan Abas, segurat kekecewaan jelas nampak di wajahnya. Abas sendiri tersenyum membayangkan makhluk dikantin tadi yang sudah menarik perhatiannya. Tanpa diketahui Yanah keduanya sudah saling bertukar nomor telephone. Yanah dan Abas berlalu meninggalkan rumah sakit menuju rumah orang tua Abas, karena mereka berjanji sepulangnya dari rumah sakit akan mampir memberitahukan hasil pemeriksaan. Kembali keduanya tenggelam dalam lamunan masing-masing diatas kendaraan yang membawa mereka memasuki gerbang kehidupan berikutnya. Abas dan Yanah tertawa renyah sambil menyeruput segelas teh hangat, keduanya terlibat senda gurau dan obrolan ringan bersama orang tua Abas. Keduanya tampak bahagia mendapat kabar bahwa anak dan menantu mereka baik-baik saja secara medis. Bu Suhaenih nampak berbinar sorot matanya, perempuan paruh baya yang anggun dan masih nampak gurat kecantikan di wajah keriputnya memeluk menantu kesayangan nya erat. ”Umi bahagia banget denger hasilnya, tapi menurut Umi kalian harus coba usaha lain…iya kan Bi??”Bu Suhaenih meminta dukungan suaminya, yang sedang asyik bercengkrama dengan anaknya, Abas. “Hmmmm…gimana Mi?”Pak Muslim balik bertanya. “Ihhhhssss…si Abi di ajak ngobrol malah gak fokus…?”Bu Suahenih pura-pura merengut manja. ”Iya…iya..iya..Abi denger kok…,hmmm begini Bas, Abi punya kenalan terapis yang biasa menangani pasutri yang terkendala soal momongan””Orangnya baik dan sudah terbukti keahliannya…hanya saja memang cukup jauh didaerah Sukabumi sana” Pak Muslim panjang lebar menerangkan. Abas dan Yanah saling berpandangan, “Abas saat ini belum bisa kemana-mana Bi, Mi…pekerjaan Kantor sedang over load”susah hati Abas mencoba menjelaskan agar kedua orang tuanya tidak tersinggung. Yanah menggenggam erat tangan Abas, “Tapi nanti kami usahakan untuk kesana, minta alamat lengkapnya saja Bi, biar Abas catat dan simpan”. Pak Muslim memberikan secarik kertas yang tertera nama dan sebuah Alamat. “Ini kau simpan baik-baik…jika sudah luang waktumu hubungi Abi, Abi akan menemani kalian kesana”. Cukup lama mereka berbincang, dilanjutkan makan siang bersama. Setelah itu Abas dan Yanah berpamitan. “Jangan lupa kau coba luangkan waktumu Nak…..”parau suara Bu Suhaenih melepas anak dan menantunya. Abas dan Yanah mengangguk bersamaan, mereka sangat paham Ibunya menaruh harapan besar kepada mereka. Bu Suhaenih tampak segar dan bugar, namun sejatinya perempuan itu sedang bertaruh nyawa. Cancer serviks menyerang Bu Suhaenih 4 tahun yang lalu, sangat beruntung bahwa faktanya beliau masih bisa bertahan hingga hari ini. Padahal vonis dokter saat itu usia harapan hidup Bu Suhaenih tinggal 2 tahun saja. Meski Cancer itu sudah diangkat namun karena sudah menjalar ke bagian tubuhnya yang lain, ditambah kemoterapi yang seharusnya dijalani pasca operasi pengangkatan rahimnya, terhenti di tengah jalan karena kondisi Bu Suahenih yang tidak bisa melanjutkan sesi kemoterapi. Seluruh keluarga paham betul kondisi ini, makanya setiap individu anak, menantu, cucu dan suami sangat menjaga betul kondisi fisik dan psikis Ibu Suahenih. Malam itu, selepas sholat Isya Yanah dan Abas sudah terlibat pergumulan yang menggairahkan. Keduanya nampak syahdu menikmati saat-saat keintiman berdua, tidak begitu terburu-buru, namun juga tidak santai. Kadang keduanya bergerak liar, kadang mendesah lembut, Abas tidak pernah bosan menikmati tubuh mungil istri tercinta. Kelamin Yanah selalu memberikan kenikmatan yang luar biasa dan sulit dilupakan. Namun malam itu tanpa sepengetahuan Yanah, Abas sejati nya sedang membayangkan bergumul dengan Yudhi. Makhluk yang sudah berhasil mencuri perhatian Abas, hingga kedalam tidurnya. Bahkan saat ini ketika kelamin Yanah dan Abas menyatu, Abas mendorong pinggulnya melesak menembus m***k sempit istrinya. Begitu pun Yanah yang sedari tadi aktif memberikan goyangan terbaiknya untuk Abas, menyambut tusukan demi tusukan k****l keras suaminya kedalam rahim sucinya. Faktanya pikiran Abas melayang, melintasi malam kenangan diruang klinik ketika melepaskan s****a nya untuk kebutuhan uji klinis. Abas mendengus keras “Arrgggghhhhh….ahhhhh…..ssshhhh”Jepitan m***k Yanah membangkitkan memori saat Yudhi menghisap k*********a diruang itu. Sama kuatnya, dinding m***k Yanah yang lembut memijat kepala k****l Abas, seumpama lidah manja Yudhi yang membelit kepala k****l Abas. “Ouuuwww….ooouuuhhh….Maaassss……teruuuusssss…..lebiihhh daaalllaaammmm…Ahhhhhh”Yanah menggelepar menerima serangan Abas yang ganas. Kembali keduanya sibuk mengeluarkan kemampuan terbaik mereka demi menuntaskan birahi. Bunyi benturan dua kelamin bergema didalam kamar pengantin Yanah dan Abas. “Ceplok…ceplak…ceplok…plok…plok…Jleb…clep…jleb…clok…”begitu indah terdengar ditelinga. Keringat keduanya membasahi seprei biru muda nan harum bunga-bunga dari perancis. “Akuuuu…..mau keluar Masss….ouuhhh…Ahhh….shhh….”Yanah mendesah panjang. Tubuhnya menegang, dadanya membusung keatas, kakinya kuat menjepit pinggang suaminya. Mengunci seakan-akan enggan untuk melepaskan. “Serrrrrr….srrrrrrrhhh…criiittt…..serrrrr” cairan itu mengalir deras menyirami batang k****l Abas yang masih aktif keluar masuk didalam m***k Yanah. Batang k****l Abas begitu mengkilat oleh cairan cinta Yanah, Abas pun sudah di ujung dihentakkan nya kuat-kuat batang itu melesak hingga membuat Yanah mendelik. ”Argggghhhh…Ahhh…..gggrrrhhhmmm….crooooot…crooot…crooott….”berliter-liter s****a muncrat menyirami rahim Yanah, hangat kemudian senyap. Yanah masih terengah-engah menikmati sisa-sisa puncak kenikmatan seksual bersama suami tercinta. Abas mendengus, nafasnya memburu dikecupnya bibir ranum istrinya, lidah mereka saling membelit dan menghisap lendir saliva masing-masing. k****l Abas masih tertancap dengan sempurna, sebagian cairan cinta mereka meleleh keluar dari m***k mungil nan menggoda. Seprei biru muda itu sudah basah disana-sini, keringat dan s****a mereka menodai hampir sebagian area. Perlahan k****l Abas mengecil dan terlepas “Plop”seperti biasa bunyi lepasnya kelamin mereka sedikit membuat Yanah meringis. Abas memeluk istrinya dari belakang, nafas Yanah mulai terdengar teratur. Sepertinya Yanah terlelap dalam tidurnya setelah mencapai puncak tertinggi kenikmatan duniawi. Kantuk pun menyerang Abas, perlahan kedua matanya menutup rapat dan dengkuran mulai terdengar merdu menghiasi kamar itu. Yanah dan Abas dilanda lelah yang luar biasa, lelah bercinta, lelah pula jiwa mereka demi usaha membahagiakan kedua orang tua agar mereka memiliki keturunan. Perasaan suka, duka, bahagia, kecewa bercampur aduk berkecamuk didalam jiwa mereka hingga terbawa ke alam maya. Alam bawah sadar Abas dan Yanah, tubuh Abas polos tanpa busana, udara begitu sejuk menerpa kulitnya seketika sebuah tangan lembut itu menelisik kelaminnya. Tangan sosok yang sudah memberinya kenikmatan dosa, Abas mendesah, tangan itu masih bermain-main di kelaminnya, menyentuh ujung kepalanya mengusap lembut lubang kencingnya. Abas memejamkan mata, sebuah bibir mendarat di bibirnya, manis terasa. Bibir Yanah juga manis, namun rasa manis yang ini manis yang memabukan. Abas tidak berani membuka matanya, diresapinya bibir itu namun perlahan bibir itu menjauh, menjelajah leher dan d**a Abas. Kemudian hinggap di k*********a, Abas bergetar, rasa itu, rasa bibir itu menyetuh kepala kontolnya. Rasa yang begitu menyiksa dan Abas terlena dibuatnya. Abas masih memejamkan mata, masih menikmati rasa itu yang perlahan-lahan semakin kuat menyerang. Kepala kontolnya dihisap sesuatu dengan begitu kencangnya, lidah basah membelit kepala kontolnya dan mencoba membuka lubang kencingnya. Abas tak kuasa, dia menyerah, mendesah sekuatnya hingga cairan itu menyembur dari dalam batang kontolnya. “Ahhhhhh……ahhhhh…..Ahhhhhh…croooot….croooot…croooot”. Abas bangkit dari tidurnya, kepalanya pening. Dilihat jam dinding di kamarnya pukul 02.30 dini hari, Abas gelisah ada apa dengan mimpinya?. Mimpi c***l baru saja dilalui dalam tidur setelah bercinta dengan istrinya. Cairan s****a Abas membasahi p****t dan punggung Yanah, rupanya Abas o*****e dalam mimpi dan mengenai tubuh Yanah yang berada dalam pelukannya. Perlahan Abas membersihkan s****a yang menempel ditubuh Yanah. Bergegas Abas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Meski dilanda kebingungan Abas berusaha untuk tetap tenang, namun mimpi itu akan terus mengganggu pikirannya dan meminta lebih waktu Abas. Dilihatnya Yanah masih terlelap dalam mimpinya, Abas sedikit mengernyitkan dahi, Yanah terlihat seperti meringis. Ditutupinya tubuh molek bak pualam dengan selimut, kemudian dikecup keningnya, lalu kembali Abas terlelap dalam kebingungan dan kelelahan. Sedang Yanah masih meringis, dia mendesah perlahan, digelengkan kepalanya perlahan, bibirnya menganga kemudian terkatup rapat. m***k Yanah becek cairan demi cairan merembes keluar tanpa sepengetahuan Abas yang sudah terlelap dalam tidurnya.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN