“Saya terima nikah dan kawinnya Falisha Hanifa dengan mas kawin tersebut dibayar tunai..” Oliver mengucapkan ijab qabul dengan tegas dalam satu kali tarikan nafas pagi hari ini.
“Bagaimana saksi? Apa sah?” tanya penghulu yang menikahkan Oliver dan Falisha kepada saksi.
Sah..
Sah..
Sah..
Suara sah menggema di dalam ruang tamu rumah milik keluarga Oliver itu dari orang-orang yang menjadi saksi prosesi akad nikah Oliver dan Falisha pagi hari ini.
Papa Natan dan mama Rachel mengulas senyuman bahagia setelah prosesi akad nikah di antara sang putra kesayangannya itu dan Falisha menantunya berjalan dengan lancar tanpa gangguan apapun itu pagi hari ini.
Papa Natan dan Mama Rachel tidak lupa mengucapkan syukur di dalam hati mereka berdua dengan kelancaran prosesi akan nikah sang putra kesayangannya itu dan menantunya pagi hari ini.
‘Alhamdulillah.. Terima kasih karena Engkau telah memberikan kelancaran prosesi akan nikah Oliver dan Falisha pagi hari ini. Aku yakin Falisha itu wanita yang baik. Semoga Falisha dapat merubah Oliver ke arah yang lebih baik lagi nanti. Aamiin…’ batin mama Rachel sembari melangitkan doa dan harapan kepada sang putra kesayangannya dan sang menantunya itu saat ini.
Oliver dan Falisha menerima ucapan selamat dari tamu undangan yang hadir yakni keluarga dan sahabat dekat seperti apa yang diminta oleh Oliver sebelum memenuhi apa yang diminta oleh sang papa dan sang mamanya untuk menikah dengan karyawannya itu. Proses penandatanganan berkas pernikahan juga telah berjalan dengan lancar beberapa saat yang lalu.
Semua orang yang menghadiri acara akad nikah Oliver dan Falisha tampak merasa sangat bahagia pagi hari ini. Walaupun acara itu sangat sederhana dan tidak ada resepsi pernikahan. Namun acara yang dilangsungkan pagi hari ini berjalan dengan lancar dan khidmat seperti apa yang diharapkan oleh papa Natan dan mama Rachel sebelum acara akad nikah sang putra kesayangan dan sang menantunya itu berlangsung beberapa saat yang lalu.
***
“Kamu kenapa ada di dalam kamar aku?” tanya Oliver dengan nada tinggi setelah masuk ke dalam kamar pribadinya.
“A-Aku disuruh mama masuk ke kamar pak Oliver,” jawab Falisha dengan nada gugup.
Oliver berdecak kesal setelah mendengar apa yang diucapkan oleh sang istrinya itu. “Kenapa kamu harus menurut sama apa yang mama katakan sih? Kamu kan bisa beralasan apa begitu.”
“Bagaimana kalau posisi kita balik pak Oliver? Apa yang akan dilakukan oleh pak Oliver jika ada diposisi saya saat ini?” Bukan menjawab apa yang diucapkan oleh Oliver kepada dirinya saat ini. Namun Falisha melontarkan pertanyaan kembali kepada Oliver setelah berhasil menenangkan dirinya malam hari ini.
“Aku tidak mau tahu iya Falisha! Kamu keluar dari kamar aku sekarang!?” jawab Oliver dengan nada tinggi.
Falisha terlonjak kaget saat mendengar Oliver berteriak kepada dirinya dengan nada tinggi dan kasar malam hari ini. Perasaan takut itu kembali menyelimuti di dalam diri wanita cantik itu setelah melihat raut wajah merah padam laki-laki yang telah menjadi suaminya itu saat ini.
“S-Saya tidur di mana pak Oliver?” tanya Falisha memberanikan diri mengeluarkan suara kepada Oliver.
“Kamu mau tidur di mana itu terserah kamu. Satu hal yang harus kamu ingat. Jangan sampai papa dan mama tahu jika kita tidak tidur di dalam kamar yang sama malam hari ini. Kita akan pindah ke rumah pribadi aku besok siang. Aku akan menyiapkan satu kamar khusus untuk kamu tidur di sana nanti,” jawab Oliver masih dengan amarah yang menyelimuti di dalam dirinya malam hari ini.
Falisha menganggukan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh Oliver kepada dirinya saat ini. “Iya pak Oliver.”
“Kenapa kamu masih berada di sini? Cepat keluar dari dalam kamar aku!” sambung Oliver.
“Iya pak Oliver,” tukas Falisha lalu memutar tubuh dan melangkahkan kaki pergi keluar meninggalkan kamar pribadi milik laki-laki yang telah menjadi suaminya itu.
Huft..
Falisha menghela nafas lega setelah keluar dari dalam kamar pribadi milik sang suaminya itu malam hari ini.. Sungguh.. Falisha tidak pernah membayangkan jika dirinya akan mengalami hal seperti ini setelah menikah dengan laki-laki yang tidak dicintai oleh dirinya itu.
“Aku harus tidur di mana malam hari ini?” tanya Falisha kepada dirinya sendiri dengan raut wajah bingung.
“Aku pergi ke taman halaman belakang rumah saja dulu sambal memikirkan aku akan tidur di mana malam hari ini. Aku juga butuh udara segar saat ini,” sambung Falisha menjawab pertanyaannya sendiri.
Falisha melangkahkan kakinya menuruni anak tangga menuju taman yang berada di halaman belakang rumah keluarga Oliver untuk menenangkan dirinya malam hari ini.
Bi Sari salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumah keluarga Oliver menautkan kedua alis saat hendak menutup pintu penghubung rumah dan taman halaman belakang malam hari ini. Bi Sari menajamkan indera penglihatannya untuk meyakinkan apa yang sedang dilihat oleh dirinya saat ini.
“Apa itu nyonya muda Falisha? Istri tuan muda Oliver? Apa aku hanya salah dalam melihat saja iya malam hari ini?” tanya bi Sari kepada dirinya sendiri sembari menatap ke arah di mana sosok wanita yang tidak cukup asing bagi wanita paruh baya itu sedang duduk di salah satu kursi yang berada di taman halaman rumah belakang saat ini.
“Tapi kenapa nyonya muda Falisha duduk di taman malam begini? Bukankah seharusnya nyonya Falisha sedang bersama tuan muda Oliver di dalam kamar malam hari ini? Apalagi malam ini kan malam pengantin mereka berdua?” ucap bi Sari lagi dengan banyak pertanyaan yang ada di dalam benaknya itu saat ini.
“Aku coba menghampiri nyonya muda Falisha saja biar tidak merasa penasaran dna tidak berdosa karena dzuuzon malam hari ini,” sambung bi Sari lalu melangkahkan kaki menuju ke arah di mana Falisha berada saat ini.
Bi Sari menghentikan langkah kakinya tepat di samping Falisha setelah berada di dekat wanita cantik yang telah menjadi nyonya mudanya sejak hari ini.
“Kenapa nyonya muda Falisha ada di sini malam seperti ini? Bukannya nyonya muda Falisha seharusnya sedang beristirahat bersama dengan tuan muda Oliver di dalam kamar? Saya mohon maaf jika lancang dalam berbicara kepada nyonya muda Falisha saat ini,” ucap bi Sari lalu mengatupkan mulutnya saat menyadari ada kesalahan dalam berbicara yang telah dilakukan oleh dirinya.
Falisha yang sedang menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong seketika tercengang saat mendengar suara lembut yang masih terdengar asing bagi dirinya masuk ke dalam indera pendengarannya. Sontak Falisha mengalihkan perhatian ke arah sumber suara di mana tampak wanita paruh baya yang bekerja di rumah keluarga sang suaminya itu sedang berada di samping dirinya malam hari ini.
“Bibi?” ucap Falisha sekaan sedang melontarkan pertanyaan kepada bi Sari.
“Saya bi Sari. Kenapa nyonya muda Falisha ada di taman malam seperti ini?” balas bi Sari sembari melontarkan pertanyaan yang belum dijawab oleh Falisha beberapa saat yang lalu.
“Apa ada kamar yang kosong di rumah ini bi?” tanya Falisha.
Duarrrr..