Dikta's PoV "Ada teman-teman kamu di bawah," ujar Kak Fani padaku. "Teman-teman?" Aku mengernyit. "Iya. Fero dan lain-lain." Kak Fani tersenyum. "Minus Melisha." Aku berdehem. Tentu saja, mana mau perempuan itu bertemu denganku lagi? Aku sudah begitu mengecewakannya. Aku terima jika Melisha membenciku sekarang. Aku telah menyakitinya begitu dalam. Sudah berpisah pun, aku masih menciumnya. Sebuah ciuman yang aku anggap sebagai tanda rindu sekaligus ingin melakukan untuk terakhir kalinya sebelum ada lelaki lain yang menyentuhnya. Ada rasa nyeri yang tak bisa diungkapkan dengan membayangkan itu. Fero kemarin menghubungiku, mengajak bertemu. Aku bilang sedang tidak sehat. Lalu, beberapa saat kemudian dia kembali menelepon dan tahu jika aku sedang dirawat di rumah sakit. Aku bilang padan