Icha sebentar mengamati Kama dengan pakaian kantor yang sangat rapi, khas pengusaha muda. Dalam hati dia memuji Kama yang sopan dan tatapannya yang menyejukkan. Tapi, tentu saja Icha tidak punya perasaan apa-apa, karena sudah ada Andra di sana. Kama tampaknya juga hanya menurut perintah papanya saja. “Icha sudah makan siang?” tanya Hadi lagi. Icha menggeleng ragu, ada rasa cemas jika dia diajak Hadi atau Kama. Hadi lalu menepuk pundak Kama. “Makan siang bareng sama aku, Icha?” Kama memberanikan diri mengajak Icha. “Ya.” Icha jadi iba jika menolak. Kama adalah anak baik, batinnya. Icha lalu berjalan bersama Kama menuju restoran di depan gedung perusahaan milik Hadi. Tampak Hadi puas dan lega melihat Kama dan Icha berjalan beriringan, mereka bak sejoli muda yang serasi. Hadi memang s