“Aku akan membawa Suamimu ke New Delhi secepatnya, Anjeli. Kau jangan pikirkan masalah biaya pengobatannya di sana. Biar aku saja yang memikirkan semua biaya tersebut. Aku akan coba bernegosiasi dengan Adikku, jadi persiapkan dirimu agar kau bisa ikut bersamaku sore ini ke sana. Kau mengerti?” ujar dokter Kanna Maholtra, bertanya dan fokus menyetir.
Akan tetapi tak ada balasan dari Anjeli, sehingga ia pun menoleh ke arah wanita itu dan melihat linangan air mata yang tak berhenti menetes dari kelopak mata. Jelas saja otak Kanna berpikir, jika kesedihan tersebut terjadi karena penyakit Rajesh Kapoor.
“Te-terima kasih, Kanna. Hanya aku...” sahut Anjeli semakin deras menumpahkan air matanya dan menggantungkan ucapannya, “Aku... Aku sepertinya tak bisa pergi bersama Anda dan juga Rajesh. Karena...” lanjutnya masih saja menggantung.
Alhasil karena kesal dengan wanita yang sudah ia anggap sahabatnya, maka Kanna pun cepat menjawab perkataan itu, “Kenapa, Anjeli? Bukankah ini impianmu sejak dulu? Apa kau ingin aku sendiri yang pergi membawanya ke New Delhi? Yang benar saja!” sebab dokter cantik itu memang mudah tersulut emosi seperti adiknya—Rahul Khan Maholtra.
“Karena Madu dan Shaf dibawa paksa oleh Tuan Manoj Pratab Singh, Kanna. Bibi Mithu bilang aku hanya punya waktu dua hari untuk melunasi segala utang pengobatan yang pernah kupinjam, bersama semua bunganya. Kalau tidak, dia akan menjual Shaf dan Madu ke pasar gelap untuk diambil organ— hiks...” dan kesedihan, membuat Anjeli tak dapat lagi meneruskan ucapannya.
Dokter Kanna bahkan membekap mulut dengan satu telapak tangannya, akibat berita mengejutkan yang Anjeli jelaskan.
“Sudah kuduga ini pasti akan terjadi. Harusnya dulu kau dengarkan perkataanku, dari pada omongan Rajesh! Aku tidak pernah setuju jika kalian berlama-lama menyuburkan penyakit ini di Mumbai, dan terus mendesak untuk pergi ke New Delhi, bukan? Sekarang apa jadinya? Kurasa hutang untuk pengobatan Rajesh hanya sedikit, namun ia menyuruh kalian membayar tiga ratus kali lipat, dengan bunga yang ia atur sesuka hatinya! Belum lagi hutang akibat kegilaan Rajesh pada permainan kartu sebelum penyakit itu menyerangnya. Oh, tidak! Ini seperti mengulang kisah Ayahku lagi!" kesal Kanna memukul setir mobilnya.
Anjeli tentu saja tidak bisa menjawab apa pun, selain terus terisak di sana. Lantas karena Kanna sempat mendapat kabar dari sang adik, maka ia pun segera memberitahu Anjeli tentang sumber uang yang bisa digunakan untuk membayar seluruh hutang. Biaya pengobatan Rajesh bahkan sudah bisa teratasi, meski ia kurang yakin karena yang Rahul cari adalah seorang gadis.
"Rahul sedang mencari seseorang yang bersedia menjadi ibu pengganti untuk sepasang pengusaha kaya raya di kota Mumbai ini, Anjeli. Hal itu juga yang membuatku bergegas menjemputmu tadi,” ujar Kanna mulai menjelaskan, “Mereka menginginkan seorang anak, karena belum memiliki keturunan. Jadi jika kau bersedia membesarkan janin dari hasil bayi tabung pasangan tersebut, maka Rajesh bisa segera di operasi. Bahkan seluruh hutangmu dengan si tua Manoj, juga bisa kau lunasi. Bagaimana? Kau mau melakukannya?” tanya sang dokter dan Anjeli pun terkejut.
“Maksudmu apa, Kanna?” ia pun bertanya dan Kanna Maholtra menjelaskan secara detail padanya.
***
“Aku sudah mendapatkannya, Rahul. Hanya saja aku harap kau tidak bermaksud lain, selain karena tuntutan pekerjaanmu sebagai seorang Dokter! Dia adalah sahabatku, Anjeli Sharma. Statusnya adalah Ibu beranak dua, jadi dia bukanlah seorang gadis,” ujar Kanna yang berada di ruangan sang adik.
“What?! Ibu dua anak katamu? Apa kau sudah tak waras? Bayi yang akan dilahirkan itu adalah keturunan pasangan bilionaire di kota ini, Kanna!” sahut Rahul yang kaget dengan berita dari sang Kakak, “Lagi pula, sejak kapan aku hidup dengan tidak mengambil keuntungan? Apa kau pikir Ayah menyekolahkan kita sebagai seorang dokter itu gratis?!” lanjutnya melipat kedua tangannya di d**a.
“Iya, tapi Suaminya sedang membutuhkan biaya untuk—“
“Jika kau ingin terus memberi bantuan pada orang banyak? Maka aku sarankan kau buat saja sebuah panti sosial di tengah kota Mumbai! Aku yakin panti tersebut akan ramai dengan banyak gelandangan, yang setiap hari memerlukan bantuan darimu," sangah Rahul dengan nada mengejek.
“Ck! Dengarkan dulu, Rahul! Jangan memotong seenaknya! Dia sedang dalam masalah berat. Lagi pula kau hanya butuh uang agar bisa terus berpesta dengan banyak wanita, bukan? Sedangkan Anjeli? Suaminya harus segera menjalani operasi kanker hati, Rahul! Sekarang bahkan kedua anak Anjeli dibawa paksa oleh Manoj Pratab Sings!” jawab Kanna setelah mengambil napas sebanyak mungkin.
“Memangnya apa peduliku dengan sahabatmu itu? Aku ingin mencari gadis lain saja. Kau dengar itu? Gadis, bukan yang lain!” tegas Rahul tak mau memberi kesempatan.
“Ayolah, Rahul. Apa kau lupa dengan si lintah darat tua yang pernah membuat Ayah menderita akibat bertahun-tahun terlilit hutang padanya? Coba kau pikir dan tempatkan posisimu seperti dulu, saat kita saling berusaha agar Ayah terbebas dari hutang-hutang itu,” ujar Kanna, yang sukses membuat wajah Rahul pias ketika mendengar perkataan tersebut.
“Apa kau tidak ada pilihan lain, Kanna? Bayi itu milik Tuan Yash dan Nyonya Merra Chopra. Ada baiknya wanita itu tidak pernah mengandung agar hasilnya lebih memuaskan. Aku hanya menceritakan padamu dan juga bisa mencarinya sendiri. Jadi kau tidak perlu repot-repot datang kemari. Bukankah katamu, kau ingin pergi ke New Delhi? Pergilah, aku tidak butuh bantuanmu,” sahut Rahul, kembali menatap ponselnya.
Kanna yang kesal pun akhirnya keluar dari ruangan sang adik, namun wanita itu masuk kembali bersama Anjeli Sharma hingga membuat kedua mata Rahul Khan Maholtra tak bisa berkedip.
“Siapa wanita ini? Apakah dia yang Kanna rekomendasikan sebagai ibu pengganti itu?” batin Rahul yang berhenti memainkan ponselnya, “Hemmm... Cantik, tapi lusuh. Apa dia ini yang berhutang pada si tua bangka Manoj? Baiklah, bagaimana reaksinya jika kukatakan tidak? Apa dia akan memohon? Bagaimana dengan semalam bersama? Mungkin saja keputusanku akan lain lagi, bukan?” lanjut Rahul membatin sembari menarik satu sudut bibirnya ke atas.
Dengan gerakan santai sang dokter mendekat ke arah Kanna dan Anjeli, lalu menarik ibu dua anak itu untuk lebih maju, dan memutari wanita dengan saree lusuhnya tersebut.
“Bagaimana? Kau mau masih tidak berniat untuk menolongnya, Badboy?” bisik Kanna tepat ketika Rahul ada di dekatnya.
Senyum licik juga sengaja Kanna tampilkan di wajahnya, agar Rahul menyetujui keinginannya untuk membantu Anjeli Sharma.
“Oke. Biarkan dia di sini. Aku akan menyiapkan beberapa prosedur tes, untuk memastikan apakah rahimnya sehat atau tidak,” sahut Rahul dan Kanna pun menepuk sebelah pipi sang adik.
“Good job, Rahul. Dengan begitu aku dapat membawa suaminya pergi ke New Delhi sekarang,” ujar Kanna menjawab perkataan Rahul, lalu tersenyum ke arah sahabatnya, “Kau di sini dulu, oke? Tolong jangan membantah apa pun yang Rahul katakan, jika kau ingin anak dan suamimu selamat. Kau mengerti?” tambahnya dan Anjel menganggukkan kepala, dengan kedua air mata yang jatuh tanpa bisa ditahan lagi.
Kanna pun memeluk tubuh lemas Anjeli, dengan maksud agar wanita tiga puluh dua tahun itu tetap tegar menghadapi segala cobaan hidup.
“Aku pergi sekarang, Rahul. Tolong bantu Anjeli, dia sahabat baikku,” pamit Kanna, kemudian lenyap di balik pintu.
Setelahnya Rahul juga ikut mendekat ke arah hilangnya Kanna, dan secepat kilat ia mengunci pintu tersebut.
“Apa kau benar-benar yakin bisa mengandung bayi dari pasangan lain?” tanya Rahul mengangkat dagu Anjeli, “Mengapa kau sampai rela melakukannya? Apa kau tidak akan menyesal ketika bayi itu lahir dan kau harus memberikannya pada orang lain?” lanjut Rahul pura-pura tak mengetahui derita yang wanita itu alami.
Sayangnya Anjeli hanya diam dengan air mata yang mulai mengalir di pipi airnya, hingga membuat Rahul geram dan mengecup bibir Anjeli sekilas.
Sang dokter kandungan sejak dulu memang tak pernah suka dengan wanita lemah yang hanya bisa menangis tanpa berjuang, maka dengan cepat ia berusaha meminta Anjeli melakukan sesuatu dan itu sangat mengejutkan.
“Buka seluruh pakaianmu sekarang dan naik ke atas sana!” tunjuk Rahul ke arah brangkar besi di depannya.
“Ta..tapi—”
“Ssttt... Stop berbicara dan jangan membantah perintahku! Ini adalah bagian dari prosedur jika kau ingin menjadi seorang ibu pengganti, Anjeli. Aku harus memeriksa semua bagian tubuhmu terlebih dahulu, karena bayi yang akan kau kandung adalah bayi milik pasangan pengusaha kaya di Mumbai! Kau mengerti?” titah Rahul memotong ucapan Anjeli, “Bukan hanya uang untuk operasi suamimu saja yang bisa kau dapatkan nanti, tapi seluruh hutang pada si tua Manoj Pratab Singh pun akan lunas dan kau juga akan kembali bersama kedua anakmu lagi!” namun wanita itu hanya diam dengan pandangan mata semakin berkabut air mata.