PART 5

1177 Kata
“Ada apa lagi kau ini, hah?!” teriak Rahul seraya membuka pintu ruangannya. “Aku lupa mengatakan sesuatu padamu, Rahul. Kau harus segera menebus anak-anak Anjeli terlebih dahulu, sebelum uang dari Tuan Yash itu kau terima,” sahut Kanna, “Karena Manoj Pratab Singh mungkin akan menyerahkan anak itu pada istri pertamanya yang terkenal suka menyodomi anak-anak kecil. Kau tak lupa dengan rahasia umum tentang berapa anak yang masuk ke Rumah Sakit ini tempo hati, bukan?” lanjut Kanna semakin detail menjelaskan pada sang adik. “Ck, kau ini menyusahkanku saja! Dari mana aku mendapatkan uang, jika itu yang harus kulakukan lebih dulu?” “Kau bawa saja Anjeli untuk bertemu dengan Tuan dan Nyonya Chopra, Rahul. Setelah itu katakan jika Anjeli rela menjadi ibu pengganti, karena terlilit hutang dan juga harus membayar biaya pengobatan kanker hati suaminya. Itu akan—” “Apa kau sudah gila?! Dia jelas akan berpikir aku mengambil wanita tidak jelas untuk mengandung benih mereka, Kanna! Sedangkan tadi aku sudah lebih dulu memeriksa seluruh tubuh Anjeli, dan juga sudah menanamkan doktrin agar dia tidak mengakui statusnya adalah ibu dua anak. Jadi kita harus tetap seperti itu sampai saatnya bayi keluarga Chopra dilahirkan. Kau paham?” sahut Rahul mempertahankan pemikirannya. “Jika begitu kau harus melakukan sesuatu demi kedua anaknya, Rahul! Jangan diam saja, karena itulah hal yang membuatnya rela menjadi ibu pengganti! Jika kau tak mau membantu membebaskan anak-anaknya?” ucap Kanna memberi jeda, “Aku akan mengambil Anjeli kembali sekarang!” lanjutnya lalu bergerak untuk masuk ke dalam ruangan sang adik. “Cukup!” tegas Rahul dengan gerakan sigap menahan sang kakak agar tidak masuk, “Aku akan pergi ke rumah si b******k Manoj Pratab Singh itu sekarang juga! Kebetulan sedang jam makan siang. Apa kau sudah puas, Kanna Maholtra?!” tambahnya setengah berteriak, hingga membuat beberapa perawat yang melintas pun menatap ke arah mereka. “Aku belum puas sebelum kau membuktikannya, Rahul! Jangan lakukan manipulasi apa pun lagi, jika kau ingin rencana memiliki jutaan Rupee itu berhasil!” sahut Kanna tak kalah tegasnya, “Anjeli itu adalah sahabatku. Jadi tolong jangan membuatku marah, karena aku tak mau bertegur sapa denganmu lagi sampai mati!” lanjut Kanna menunjuk batang hidung nan mancung milik sang Adik. Ia lantas berbalik dan pergi dari sana, namun kepergian dokter spesialis kanker itu membuat Rahul Khan Maholtra begitu geram. Dengan tatapan mata lebar akibat tak sengaja bertabrakan mata dengan seorang perawat anestesi, Rahul menutup pintu dengan keras dan melangkah lebar menuju ke arah toilet yang berada di pojok kiri ruangannya. Brak brak brak “Keluar, Anjeli!” teriak Rahul berapi-api, “Keluar sekarang juga atau akan kudobrak pintu ini!” Anjeli yang terkejut, pun segera membuka gerendel pintu di depannya. Ceklek Kemudian tanpa berani membantah, ia keluar dari sana. Namun apa yang Rahul lihat di depan mata, ternyata sukses membuat sesuatu bergejolak di dalam tubuhnya. “Siapa yang menyuruh kau untuk mandi dan membasahi rambutmu, hah?” tanya Rahul. “Aku sudah tiga hari tidak membersihkan tubuh, karena di rumahku tidak ada air, Dokter. Aku minta maaf sebelumnya,” lalu jawaban Anjeli membuat Rahul terperangah, “Aku sedikit risih saat Dokter memeriksa tubuh lagi seperti tadi, maka itu kuputuskan untuk—” “Oke, cukup! Lupakan pertanyaanku tadi dan jangan membahas apa pun lagi tentang ini!” sanggah Rahul segera membalikkan tubuhnya, “Cepat rapikan penampilanmu, lalu ikut denganku sekarang!" “Tunggu dulu, Dok. Aku ingin memberitahukan tentang nasib anak-anakku yang—” “Maka itu jangan membantah lagi, Anjeli! Ayo ikut denganku, karena kita akan segera membebaskan anak-anakmu sebelum jam istirahat siangku berakhir! Ini yang kau inginkan agar saat bersedia menjadi Ibu pengganti, bukan?!” tegas Rahul yang masih tidak membiarkan Anjeli berbicara panjang lebar, “Aku akan keluar lebih dulu, lalu kau baru boleh keluar ketika aku sudah melangkah jauh. Apa kau sudah paham?” lanjut sang dokter memberi petunjuk. Maka setelah Anjeli menganggukkan kepala, Rahul pun pergi meninggalkannya. Namun tak lupa pula ia memberi isyarat agar si ibu dua anak itu menutup pintu ruangan. “Orang ini benar-benar membuatku gila! Sejak kapan Kanna berteman dengannya?” batin Rahul terus melangkah tanpa memedulikan sapaan dari beberapa perawat wanita yang lewat, “Belum lagi sikapnya yang aneh saat tiba-tiba keluar dari toilet dengan keadaan rambutnya yang basah seperti tadi? Demi Dewa Krisna yang selalu ku pujaaa... Dia begitu menakjubkan! Lalu apa katanya tadi? Sudah tiga hari tidak mandi dan aku hampir menidurinya tanpa mencium aroma busuk apa pun? Ini sangat gila! Apa mungkin besok aku harus bertemu dengan Dokter Dev untuk berkonsultasi sedikit tentang kejiwaanku seperti biasanya? Kau benar-benar t***l, Rahul Khan Maholtra. Terus aja begini sampai nanti,” kekehnya dalam hati, karena tak bisa tertahankan lagi. Sayangnya seulas senyum akibat memikirkan Anjeli itu ternyata berdampak buruk, karena kini Neina Rajput sudah melingkarkan lengannya di lengan Rahul tanpa sempat ia tepis. “Hai, Rahul. Mengapa kau memberiku senyum semanis itu, hem? Kau ingin kita mengambil satu bagian untuk siang ini di ruangan kerjaku? Atau kau ingin kita mengambil short time di penginapan biasa?" ujar Neina sengaja menggosok-gosokkan payudaranya di lengan Rahul. "Aku sedang ada urusan penting, Neina. Besok saja kita lanjutkan pergulatan panas yang sempat tertunda kemarin. Oke?” sahut Rahul mencoba melepas lengan sang dokter anak yang agresif itu, “Lagi pula Dokter Roshan sejak tadi berada di kamar operasi. Jadi sebentar lagi tugasnya pasti sudah akan selesai dan sebagai seorang istri, Tentu kau harus mengutamakan suami dari pada aku, bukan?” lanjut Rahul dengan nada mengejek. Namun Neina bukan seorang wanita yang suka dengan sebuah penolakan, sehingga tanpa aba-aba ia lebih dulu mendorong tubuh Rahul hingga merapat ke dinding. “Apa-apaan kau, Neina! Ini di Rumah Sakit! Kau ingin semua perawat dan Dokter menangkap basah kita berdua?!” "Aku tak peduli Rahul Khan Maholtra! Aku hanya ingin kau memuaskanku sebentar saja!” sahut Neina semakin pula menghimpit tubuh Rahul. Tanpa permisi wanita itu mencuri satu kecupan di bibir sang dokter kandungan, dan berusaha sekuat tenaga untuk bisa melumatnya. Rahul yang sangat paham jika Neina hanya ingin meminta ciumannya, hampir luluh dengan memberikan sepuluh sampai dua puluh detik waktu. “Anjeli...” Namun batinnya sudah lebih dulu menyebutkan nama Anjeli saat ibu dua anak itu melintas di depannya. “Lepas, Neina! Kekasihku sudah menunggu di sana!” hingga ia dengan kasar membalikkan keadaan dan merapatkan tubuh sintal Neina ke tembok. “Anjeli! Anjeli, tungguuu...!” lalu berlari mengejar objek cantik yang berada di depannya. “Maaf, Dok. Bukankah tadi Anda mengatakan jika aku harus berjalan di belakang? Mengapa sekarang Anda ingin berjalan sejajar? Lalu apa ini?” ujar Anjeli menatap ke arah lengan Rahul yang dengan posesif memeluk pinggulnya. Sayang sekali Rahul hanya bungkam dan tidak ingin berkomentar apa pun tentang tingkah nakalnya. Sebab ia sangat paham jika dari arah belakang, Neina sedang mengikuti pergerakan mereka berdua dengan penasaran. “Dokter, aku—” “Ssttt...! Sebenarnya kau ingin anak-anakmu itu kembali atau tidak, hem? Tutup mulutmu dan ikuti saja apa yang aku katakan! Mengerti?!” tegas Rahul tak mau melepaskan lengannya. Hal itu tentu saja karena apa yang dipikirkan Rahul tentang Neina adalah benar, dan kini wanita yang berprofesi sebagai dokter anak itu sedang menggerutu di sana. “Orang itu tidak mungkin adalah kekasihmu, Rahul. Aku tahu kau sangat tak bisa berkomitmen dalam menjalin suatu hubungan,” ejek Neina dalam hatinya, “Aku akan memberi pelajaran bila kau memintaku melayanimu besok! Jangan sebut namaku Neina Rajput, jika besok kau tidak datang mencariku lagi!” sebelum berbelok ke arah koridor yang berbeda dengan Rahul dan Anjeli lewati. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN