“Jangan katakan apa pun pada Kanna tentang ini! Kau dengar, Anjeli?” ujar Rahul dengan suara yang kembali terkesan dingin.
“Aku tak akan melakukannya. Kau tenang saja!” sahut Anjeli yang juga tak kalah dinginnya.
Kata 'dokter' yang selalu ia gunakan untuk menyebutkan diri seorang Rahul Khan Maholtra pun berubah, dan itu terjadi tentu saja karena sikap laki-laki itu sendiri.
Akan tetapi Rahul sama sekali tak mau ambil pusing hal tersebut, karena ia lebih suka jika Anjeli memanggilnya dengan kata 'kau', karena baginya itu terdengar sangat akrab.
Ya, seperti itu seorang Rahul Khan Maholtra. Entah magnet apa yang menarik sisi negatifnya, hingga ia berani memaksakan kehendak pada Anjeli Sharma. Padahal seperti yang sudah diketahui oleh para medis di Rumah Sakit, ia bukanlah tipikal pria Hindustan yang sukar menemukan pasangan bercinta di atas ranjang, bahkan kaum para wanita itu dengan rela menyodorkan tubuhnya.
Sayangnya prinsip itu nampaknya tak berlaku lagi saat ini, karena jantung sang dokter kandungan terus saja berdegup kencang. Anjeli nampaknya berhasil membuat Rahul menjadi salah tingkah, ketika mereka berdua sudah berada di atas mobil menuju ke rumah Manoj Pratab Singh.
Padahal benteng besar dalam hati Rahul sudah dibangun. Dengan tujuan memperkuat pertahanan agar ia tidak kembali menerkam Anjeli yang sedang duduk tepat disampingnya, karena memang saat itu Anjeli sedang memakai saree cantik milik Kanna Maholtra.
“Aku akan mengganti saree yang robek tadi, setelah kita mengambil anak-anakmu dari rumah si tua Manoj! Jadi jangan merusak gaun milik Kanna, karena aku tidak ingin dia memarahiku! tegas Rahul, menatap Anjeli yang sedari tadi duduk diam dan memandang keluar kaca mobil.
Demi Dewa Brahma yang agung! Mengapa pria tiga puluh lima tahun itu harus mencoba mencairkan suasana dengan topik pembicaraan tidak jelas seperti demikian? Tentu saja hati wanita akan kesal seketika.
“Kau tenang saja! Aku akan mencuci gaun ini dengan tangan ku sendiri!” dan benar saja, Anjeli pun semakin ketus setelah mendengar perkataan itu.
“Sial! Kenapa harus membahas tentang gaun tadi? Arghhh...” hingga membuat Rahul menyesali tutur katanya dalam hati.
Setelah itu keadaan pun kembali tenang, sebab keduanya sama sekali tak berniat berbicara apa pun lagi di sana.
***
“Ck! Mau membayar semua hutangmu? Apa kau sudah tidak waras lagi, hah?” ujar Manoj Pratab Singh, terkekeh mengejek.
Anjeli pun diam di tempatnya berdiri, namun ia kembali bisa mengangkat dagu, karena Rahul sudah menghampirinya.
“Cepat bebaskan dua anak itu, Manoj! Katakan berapa semua hutang Anjeli Sharma, karena akulah yang akan membayarnya!” ujar sang dokter kandungan, memilih untuk turun dari mobil saat ia melihat Manoj menertawakan Anjeli.
“Wow! Kejutan yang menarik, dokter Maholtra!” sahut Manoj terkejut, “Seorang anak dari Sunil Khan Maholtra yang dulu sangat suka berhutang padaku, ternyata kini kembali akan melakukan keajaiban kedua setelah berhasil membayar semua hutang ayah tak bergunanya itu lunas!” lalu kembali terkekeh keras.
“b******n! Jangan sebut-sebut Ayahku seperti itu, Lintah darat! Cepat katakan berapa hutang Anjeli dan bawa dua anaknya kemari!” tegas Rahul meletakkan koper yang ia bawa di atas tanah, lalu membuka benda itu agar Manoj dapat melihatnya.
Ia tahu Manoj sangat menyukai uang lebih dari apa pun, sehingga ia melakukan hal yang sama seperti saat akan membayar lunas seluruh hutang mendiang ayahnya.
“Wow, sungguh sanggat fantastis! Apa yang kau beri padanya, sampai dia mau melunasi semua hutang-hutang suami tololmu itu?” kekeh Manoj berusaha mendekati koper berisi lembaran uang tersebut.
“Dasar tamak! Berikan kedua anak itu lebih dulu, Manoj Pratab Singh! Jangan pikir aku akan memberikan uang ini secara gratis!” teriak Rahul yang secepat kilat menutup koper itu kembali, “Aku bukan orang t***l dan bodoh sepertimu!” lalu mengejek si tua Manoj yang terlihat kesal setengah mati.
“Egrrr... Apa kau pikir aku bisa ditipu? Katakan dulu apa itu uang palsu atau bukan?!” sahut Manoj yang masih enggan membebaskan Shaf dan Madu.
“Aku sudah sangat terkenal di Mumbai, Manoj! Jika kau merasa aku menipu? Kau panggil saja petugas Bank untuk datang kemari, dan memeriksa seluruh uang ini!” ujar Rahul memberi solusi, “Aku sudah merekam pembicaraanku dengan petugas Bank saat mengambil uang ini, dan itu selalu kulakukan sejak kau mencoba menipuku dulu!” sinis Rahul yang mengingat peristiwa beberapa tahun silam.
Kala itu Manoj Pratab Singh sudah menerima uang dari pelunasan hutang Sunil Khan Maholtra, namun dengan entengnya sang rentenir melaporkan Keluarga Maholtra ke polisi atas tuduhan membayar hutang dengan uang palsu.
Untung saja Rahul punya cukup bukti untuk membebaskan sang ayah dari jeruji besi kepolisian kota Mumbai. Sehingga hidup sang dokter kandungan itu kembali aman dari kejahatan Manoj, yang menuntutnya melakukan pelunasan hutang tipuan.
“Kenapa kau diam seperti patung tua berlumut di situ, hah? Cepat bawa kedua anak Anjeli itu kemari, Bodoh!” geram Rahul kembali berteriak lantang.
Alhasil si tua Manoj segera membalikkan badan, guna melakukan apa yang Rahul katakan. Dan ia dengan mudah membuat waktu kerja sang dokter kandungan itu semakin terbengkalai.
Namun Rahul tak memusingkan hal tersebut, karena suara hatinya lebih condong mengatakan untuk terus bertahan di rumah si rentenir dan menyelamatkan kedua anak Anjeli. Lagi pula Rahul sendirilah yang berbuat ulah, saat ia memaksa Anjeli untuk melayani hasrat seksualnya tadi, padahal ia tahu jika waktu istirahat siangnya sudah hampir habis.
Tik tok tik tok tik tok tik tok tik tok
Sampai pada saat waktu terus berputar dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hutang Anjeli sudah terselesaikan, ternyata telah terjadi satu hal yang membuat hati Rahul bergemuruh dan emosinya pun tersulut seketika.
“Ibuuu... Ibuuu...” teriak Shaf dan Madu berlari menghampiri Anjeli.
“Shaf! Madu! Ada apa dengan wajah dan kepala kalian?!” pekik Anjeli, langsung menangis tanpa bisa ditahan lagi.
“Apa yang kau lakukan, Manoj?! Kenapa wajah mereka berdua lebam dan rambutnya pun kau pangkas tak beraturan seperti ini, Hah?!”
Brughhh...
“Akan kubunuh kau, Manoj! Akan kubunuh kau sekarang jugaaa....!”
Brughhh...
Dan itu tentu saja karena ulah istri pertama Manoj Pratab Singh, yang sudah hampir melakukan tindakan sodomi dengan memakai alat kelamin karet.
“Brengsekkk...! Mati kau, Manoj! Kau manusia tidak berperikemanusiaan!” teriak Rahul terus memukuli tubuh si lintah darat.
Brughhh...
Dokter kandungan itu bertindak sendiri secara membabi buta, hingga akhirnya beberapa penjaga di rumah Manoj dengan sigap membantu sang majikan.
“Brengsekkk...! Habisi dia!” teriak Manoj yang sudah tersungkur di tanah.
“Siap, Tuan!”
Brughhh... Brughhh...
Alhasil aksi saling pukul pun terjadi di sana, dan Anjeli segera berteriak memanggil bala bantuan.
***
“Apa yang membuatmu ceroboh seperti ini, hem?” ujar Anjeli membersihkan darah di wajah sang dokter kandungan dengan alkohol dari kotak obat.
Mereka kini sudah tiba kembali di kediaman keluarga Maholtra, setelah para warga di sekitar rumah Manoj Pratab Singh membantu melerai perkelahian itu.
Di rumah tersebut memang sudah tak ada siapa pun kecuali Rahul dan Kanna, karena orang tua mereka sudah meninggal dunia. Keduanya juga belum mau menikah, namun bukan berarti Rahul akan dengan mudah menolak pesona para wanita yang datang dan minta disentuh olehnya.
“Siapa yang menyuruhmu untuk bertanya, hem? Bersihkan saja luka ini, dan cepat masak sesuatu karena perutku sudah lapar!” tegas Rahul tak mau menanggapi omelan Anjeli.
“Baiklah. Kau ingin makan apa?” sahut Anjeli melembutkan suaranya.
“Apa saja. Masaklah apa saja yang dapat segera matang dan bangunkan anakmu juga untuk makan,” jawab Rahul membenarkan posisi duduknya, “Aku akan memberi mereka anti biotik, agar tidak demam atau pun kenapa-napa nanti,” lanjut Rahul membereskan kotak obatnya.
Cup
Namun aktivitas itu terhenti sejenak, karena Anjeli dengan cepat memberi satu kecupan di pipinya.
“Terima kasih kau sudah mau membantu kami. Aku janji akan memasak sesuatu yang enak, sebagai ungkapan rasa terima kasihku,” ujar Anjeli berdiri dari duduknya.
Sayangnya Rahul sudah terlanjur terpukau oleh sikap hangat yang ditunjukkan oleh ibu dua anak itu, “Kau— Hemphhh...” sehingga rencana segera memasak di dapur pun tergantikan oleh lumatan panas sang dokter di bibir ranum Anjeli.