Chapter 7 - Welcome

1421 Kata
“Kita harus segera menyembunyikannya.” “Bagaimana caranya? Dia bukan sembarang orang yang akan mudah kita perdayai. Dan sialnya, dia sudah berada di negara ini.” “Tidak masalah. Aku akan membuat pencariannya sia-sia.” “Caranya?” “Biar menjadi rahasiaku saja.” Percakapan mereka selesai. Mereka bergegas untuk menjalankan rencana pertama, sebelum semuanya menjadi kacau. 10 tahun, mereka sudah berhasil menjaga harta kesayangan negara mereka. Dan kini, mereka akan menggunakan harta itu sebagai senjata. Ya, senjata untuk balas dendam. *** Dave membuka matanya, dan pemandangan negara Italia menyambutnya dengan begitu hangat. Negara ini, pemandangan ini, aroma tanah dan angin yang berembus pelan, selalu saja membuatnya teringat akan masa-masa indah di masa silam. 6 tahun dia menjadi penduduk Italia, karena kebaikan bibi Sarah dan beberapa tahun kemudian, ayahnya menemukannya. Membawanya ke Perancis dan meninggalkan bibi Sarah yang kemudian menikah dengan Chrissam. Hingga beberapa tahun kemudian, sebuah berita duka membuatnya tak pernah mau menginjakkan kakinya lagi di sana. Tapi, sekarang? Ada alasan kuat, kenapa Dave menahan rasa sesaknya sekuat tenaga, dan memilih berdamai dengan udara sekitar yang membuatnya teringat akan gadis manis bernama Isabella. Ya, hanya Isabella. Jika bukan karenanya, Dave tak akan memutuskan untuk berpijak lebih lama. “Kita sudah sampai, dan mobil sudah menunggu di bawah.” Dave mengangguk kilas. Tidak salah, dia mengangkat Ressam sebagai partner kerjanya. Ressam sangat cekatan. “Baik. Tapi sebelum kita ke mansion, aku ingin mengunjungi pemakaman terlebih dahulu,” jawab Dave dan di setujui Ressam dengan anggukan. Ke dua pria itu bergegas turun dari pesawat yang mereka tumpangi. Dave tak ingin kedatangannya begitu mencolok. Oleh karena itu, dia memilih berbaur dengan khalayak ramai. Siapa pun pasti pernah melihatnya di berita, majalah atau pun Live di beberapa acara penting. Mereka sudah sampai di mobil. Dan kali ini, Dave yang mengemudi. Dia ingin melenturkan jari-jarinya di hari pertama Italia menyambut kedatangannya. Isabella, aku datang. *** Dave melajukan mobilnya membelah padatnya kota. Tak begitu banyak perubahan di sana. Italia tetap seperti yang terakhir dia lihat. Damai dan membuat jiwanya tenteram. Dulu, negara itu sangat rawan konflik dan kekerasan. Kekuasaan seorang Nico Helfik membuat rakyat kota Italia resah. Pemindahan kekuasaan yang ayahnya berikan pada paman Chrissam, tak juga membuahkan kata damai karena Nico Helfik tak mau mengakui kekalahan dengan melakukan gencatan senjata. Pria itu ingin tetap berkuasa di atas benteng kekuatan dan kekejamannya menindas. Hingga penculikan yang terjadi pada dirinya saat berusia 6 tahun, membuat kekuasaan klan Helfik runtuh seketika. Nico Helfik berhasil ayahnya bunuh saat insiden penyelamatan atas dirinya. Lewat pembunuhan berantai atas kemenangan telak itu lah, klan Helfik akhirnya musnah keberadaannya. Bertahun-tahun Italia hidup damai. Tak ada lagi, penindasan atau rasa takut yang biasa di sebar oleh klan mafia yang ditakuti itu. Kekuasaan paman Chrissam, kokoh oleh kebaikan dan keadilannya dalam menjadi keamanan negara. Hingga, tragedi naas itu terjadi. Pesawat yang khusus pamannya tumpangi, mengalami kecelakaan terbang bahkan baru beberapa menit mengudara. Paman Chrissam dan Bibi Sarah tiada beserta awak pesawat, sedangkan Isabella dinyatakan hilang. “Dave, kau belum menyelesaikan ceritamu.” Ressam memecah keheningan begitu melihat Dave fokus menyetir, namun terlihat seperti melamun. Dia tau apa yang Dave pikirkan sekarang. Bukan perkara mudah untuk Dave menginjakkan kaki di negara ini lagi. Dave menoleh kilas. “Cerita yang mana?” jawabnya berupa pertanyaan. “Soal pria ber tato kemarin.” Dave mengusap wajahnya pelan. Dia memang harus bercakap-cakap dengan Ressam agar tak memikirkan Isabella. “Dia klan Helfik, Sam.” “Whatt the!?” Sam mengusap wajahnya kasar. Kenapa dia lalai untuk bagian pola klan mereka? Davio mengangguk kilas. “Aku mengingat polanya. Kelelawar dan pola abstrak yang mengurungnya. Itu lambang terkuat mereka.” Jelasnya pada Sam. “dan seperti katamu. Merekalah yang menjadi dalang dibalik tragedi jatuhnya pesawat itu.” Sam mengangguk. Karena memang seperti itulah bukti yang dia dapat selama penyelidikan beberapa tahun terakhir. “Aku semakin yakin jika ada beberapa dari mereka yang masih hidup, dan sedang mengintai nyawa kita.” Dor! Dor! Dor! Baru saja, Dave memberi Sam peringatan. Mobil mereka sudah lebih dulu ditembaki dari belakang. “Astaga, penyambutan macam apa ini?” lirih Sam sambil mengintip orang yang menembaki mereka lewat kaca spion. Dave tertawa kilas. “Hanya serangga kecil. Tembakannya beruntun, tapi berjeda. Dia hanya sendiri,” ucapnya sambil menyiapkan senjata di tangannya, dan melihat ke arah belakang. “Ganti posisi. Kau yang mengemudi, dan aku yang akan menyerangnya,” ucap Dave sembari pindah ke kursi belakang, dan Ressam dengan sigap pindah ke kursi Dave tadi dan mulai mengambil alih kemudi mobil. “Terus jalankan mobilnya. Aku ingin tau, seberapa hebat dia memainkan senjata.” Dor! Dor! Dor! Beberapa peluru melesat lagi. Menjadikan mobilnya sasaran, sehingga menciptakan bunyi serupa dentingan-dentingan kecil yang terdengar berisik di telinga. Dave belum melepaskan tembakannya. Dia ingin melihat, seberapa berani si misterius di belakangnya itu, menembakinya. Aneh! Tidak biasanya, seseorang se berani ini menyerang musuh sendiri tanpa kawan yang bisa di ajak bermain. Dan Dave? Dia memberikan apresiasi untuk orang yang sedang menyerangnya dengan mengendarai motor itu. Dor! Dor! Dor! Akhirnya, Dave tak tahan. Dia pun mulai membalas tembakan Sesekali Dave mengeluarkan tubuhnya lewat jendela mobil demi membuat si pengendara motor itu terkena tembakannya. Adu tembak di antara mereka terus terjadi di jalanan yang sedikit sepi. Dave mengakui, si penembak itu jeli dan cekatan, sehingga belum satu pun pelurunya yang bisa mengenai sasaran. Sayangnya, Dave memang sengaja melakukannya. Dia tidak mau membuat orang itu celaka yang artinya, dia akan kehilangan umpan yang bisa menunjukkan sebuah jalan demi mencari kebenaran. Dia sangat yakin. Jika orang itu adalah salah satu klan Helfik yang bertugas menyambut kedatangannya. Pyaarrr! Kaca mobil belakang mereka pecah. Bahkan wajah Sam sedikit tergores oleh pecahan kaca yang berhamburan. “Dave, dia hebat!” Sam tak tau harus berkata apa. Tapi, dia akui. Penjahat itu hebat, karena berhasil mengendarai motornya dengan baik bahkan beradu tembak dengan imbang seperti ini. “Apa aku harus melumpuhkannya?” ucap Dave sambil mengisi peluru senjatanya yang sudah kosong. Sam meringis pelan. “Apa kau ingin kita mati konyol, huh!?” kesalnya. Bagaimana bisa, Dave masih bertanya padanya harus melumpuhkan si penembak itu atau tidak? Gila! Jika Dave ingin bermain-main, seharusnya bukan sekarang. Dia belum siap mati dan membiarkan gadis manja itu menjadi milik pria lain. “Sam, awas!” Braakkk!! Kejadian itu, sama sekali tak mereka sadari. Semuanya terjadi begitu cepat. Sampai-sampai Dave pun tak menyadari arah datangnya bahaya. Saat mereka sedang sibuk menebak-nebak siapa si pengendara misterius yang sedang menyerang mereka, justru sebuah truk besar secara tiba-tiba menabrak mereka dari arah kanan di pertigaan jalan. Sam tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya kaku, bahkan tubuhnya di hantam dengan kuat oleh badan truk sehingga membuat tubuhnya seakan mati rasa. Mengerikannya, hantaman kuat truk besar itu, membuat mobil yang mereka tumpangi terpental beberapa meter jauhnya dan mendarat dengan posisi terbalik. Dave menarik napasnya yang terasa sesak. Posisi tubuhnya masih terbalik di dalam mobil. Wajahnya terasa panas oleh darah yang mengalir deras dari kepala. Tak jauh berbeda. Sam sepertinya lebih parah, karena Sam sudah tak sadarkan diri dengan luka yang sama. Memejamkan matanya sejenak, samar-samar Dave mendengar suara motor menderu-deru di dekatnya. Suara deru motor itu, lebih mendominasi dari pada dengungan yang bersahutan di telinganya. Dan benar, searah jarum jam dengan sudut 90° dari posisinya sekarang, dia bisa melihat pengendara motor itu mendekatinya. Si pengendara yang menembakinya tadi dengan begitu hebat, berhenti membuat asap dari sepeda motornya yang menderu-deru kencang. Tak tau bagaimana rupanya dengan pasti, karena orang itu belum juga melepaskan helm hitam yang menutupi kepalanya. Dave meringis pelan. Kepalanya berdenyut sakit seiring ketukan sepatu orang misterius itu. Dia kira, orang itu akan pergi setelah mendapat kemenangan di permainan pertama mereka. Tapi, dia salah. Orang itu, justru melangkah perlahan mendekati keberadaannya yang bisa dibilang sangat mengenaskan. Apa dia akan langsung membunuhku? Apa aku akan terbunuh hari ini? Dave membatin. Musuh yang dia hadapi, memiliki siasat yang sangat licik. Tak heran, jika dirinya memiliki pemikiran seperti itu. “Bagaimana penyambutannya? Apa kau suka?” Dave membuka mata, tapi wajah orang itu tetap tak bisa dia lihat—memburam seperti bayang-bayang. Sialnya! Kenapa kesadarannya harus menipis di saat seperti ini? “Selamat datang di duniaku, dan ucapkan selamat tinggal pada duniamu.” Setelah melakukan penyambutan untuk Dave yang saat ini mulai lemah dengan pandangan mengaburnya, orang misterius itu membuka helmnya. Dan ... Dia wanita? Ya. Walaupun samar, Dave bisa melihat dengan jelas, jika pengendara motor misterius yang menembakinya adalah seorang wanita lewat rambut panjangnya yang terurai diterpa cahaya dan dihembuskan oleh angin sehingga melambai-lambai dengan indahnya. Mungkinkah, orang yang sedang aku cari, yang akan membuatku terbunuh di negara ini? “Manfaatkan waktumu sebaik mungkin. Karena aku? Aku akan segera melenyapkanmu!” Akhirnya, Dave kehilangan kesadarannya. Tapi, tak apa. Hidupnya tak akan berakhir sekarang karena petualangannya masih sangat panjang. Demi dirimu, aku akan memiliki 1000 nyawa. Tak peduli bagaimana maut akan merenggut nyawaku. Yang harus kau tau. Aku akan tetap tersenyum demi pengabdian cintaku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN