Pintu terbuka, lalu tertutup, membuat Aira menoleh. Kening Aira berkerut, saat melihat wajah Haikal yang tampak penuh dengan luka lebam, terutama di sudut bibir kanannya yang tampak sedikit berdarah. Haikal duduk di samping Aira. "Sudah makan siang?" Haikal mencoba terlihat biasa saja, tapi Aira tahu kalau Haikal sedang menahan rasa sakit. "Bibir kamu kenapa, Mas?" tangan kanan Aira terulur, meraba ujung bibir Haikal yang sedikit sobek dan membiru, mengabaikan pertanyaan yang Haikal berikan. Haikal meringis kesakitan saat Aira menekan sudut bibirnya yang terluka, membuat Aira ikut meringis, merasa ngilu. "Sakit?" Sebenarnya tanpa bertanya pun Aira tahu kalau pasti rasanya sangat sakit. Haikal hanya mengangguk tanpa menjawab pertanyaan Aira, jangankan untuk bicara, baru ia gerakan se