Rumaisha Malika Athaya
Namanya Rumaisha Malika Athaya. Gadis cantik berumur 22 tahun itu merupakan guru bahasa inggris di salah satu madrasah di kota tempat ia tinggal. Dirinya sudah mengajar selama satu tahun ini. gadis yang akrab dipanggil Maisha itu memiliki paras yang cantik dan juga sikap yang ramah. Sikapnya yang ramah dan ceria membuatnya bisa mudah dekat dengan anak-anak didiknya. Ia pun juga termasuk guru favorit anak-anak di Madrasah tersebut. Gadis cantik itu selalu bisa membawa kebahagiaan kepada siapapun. Kehadirannya bisa menghidupkan suasana dan juga membawa suasana yang positif bagi siapapun yang berjumpa dengannya.
Maisha menjadi sarjana di umurnya yang ke dua puluh satu. Lalu Ia mendaftarkan diri menjadi tenaga pengajar di suatu madrasah. Walaupun belum menjadi guru tetap, Maisha tetap menikmati perannya menjadi seorang guru. Baginya menjadi seorang guru adalah tugas yang mulia. Ia bisa membagikan ilmunya kepada siapapun yang membutuhkan. Apalagi dengan anak-anak. Menurutnya masa anak-anak adalah masa pembentukan jati diri anak. Melalui didikan yang tepat anak bisa tumbuh menjadi orang yang tertata. Kesuksesan seorang anak juga ditentukan bagaimana ilmu itu tersampaikan dan diserap oleh anak. Jika anak bisa mencerna dan menerapkan ilmu itu dengan baik maka Ia pun akan tumbuh menjadi anak yang cerdas.
Maisha merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ia mempunyai kakak laki-laki bernama Hanan yang umurnya selisih lima tahun dengannya. Hanan bekerja di sebuah pondok pesantren. Kakak laki-lakinya itu juga berprofesi sebagai guru sepertinya. Ia mengajar sebagai guru agama islam. Sedangkan saudara lainnya adalah kembaran Maisha sendiri, namanya Shaffiya Malika Athaya. Mereka berdua merupakan kembar identik. Siapapun yang melihatnya pasti sangat sulit untuk membedakan keduanya. Maisha dan kedua saudaranya tumbuh di keluarga yang mengenal islam dengan baik. Ayahnya merupakan seorang pekerja kantoran sedangkan ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga. Sejak kecil mereka diajarkan oleh ibunya untuk taat melaksanakan ibadah, berbuat baik kepada orang lain dan juga hal-hal positif lainnya. Tapi sayangnya semua keindahan itu tak berlangsung lama. Kedua orangtua Maisha berpisah di umurnya yang ke-15 tahun. Entah apa yang menyebabkan mereka berpisah. Yang Maisha tahu Ayahnya lah yang menyebabkan perpisahan ini.
waktu itu Pak Hans, ayah Maisha sedang berada di puncak kesuksesannya. Ayahnya sibuk sekali hingga tak punya waktu untuk keluarga, bahkan ibadahpun selalu lalai untuk dikerjakan. Ibu selalu mengingatkan Pak Hans tetapi beliau selalu marah jika ibu mengingatkanya untuk sekedar bangun shalat subuh. Hingga suatu hari, Pak Hans menggugat cerai ibu karena alasan yang ibu sendiri tidak pahami. Ibu hanya bisa menangis saat itu. kemudian Maisha dan Hanan memutuskan untuk ikut bersama ibunya sedangkan Shaffiya ikut Ayahnya. Tak hanya itu, setelah bercerai Ibu, Maisha dan Hanan harus pindah dari rumah itu. tanpa mau berdebat ibu pun menyetujuinya. Ia tak mau semakin memperumit masalah.
Akhirnya mereka pindah ke sebuah rumah kontrakan sederhana yang cukup untuk mereka tinggali. Bu Sarah bersyukur kedua anaknya tidak banyak permintaan. Mereka cukup dewasa untuk menyikapi semua ini. walaupun Maisha tergolong masih remaja tapi ia bisa menerima semua ini dengan lapang d**a. Begitupun Hanan, ia berjanji akan segera menyelesaikan kuliahnya dan bekerja yang mapan agar bisa menghidupi ibu dan adiknya. terbukti setelah lulus Hanan sukses menjadi pengurus di salah satu pondok pesantren ternama di daerahnya. Berkat kegigihan Hanan, ia bisa membeli rumah untuk mereka tempati. Ia juga bisa membiayai sekolah Maisha hingga bangku kuliah. Maisha beruntung sekali mempunyai kakak seperti Hanan yang selalu menyayangi dan menjaganya. Baginya Hanan tak hanya sosok Kakak baginya tetapi juga sosok ayah untuknya.
***
Hari ini Maisha ada jadwal mengajar kelas 5 di madrasah tempatnya mengajar. Ia mempersiapkan segala yang dibutuhkannya untuk mengajar. Biasanya ia menggunakan media untuk mempermudah siswa untuk mempelajari kosakata bahasa inggris yang rumit. Dia biasanya menggunakan video berbahasa inggris yang akan dipahami oleh anak-anak. Biasanya ia menampilkan kisah nabi dalam bahasa inggris. jadi siswa tak hanya kaya kosakata tapi juga tau sejarah nabi-nabi.
“Wah, Miss Mai semangat banget nih.” Sapa seorang perempuan yang umurnya mungkin seumuran dengan ibunya. Beliau merupaka ibu Nurcahyani, guru Sejarah Kebudayaan islam di Madrasah tersebut.
“Iya dong bu. Kita harus semangat agar anak-anak juga ketularan semangatnya.” Ucap Maisha dengan senyum lebarnya. Bu Nur pun ikut tersenyum kearah Maisha. Setelah itu Maisha pamit untuk duluan ke kelas kepada bu Nur.
Maisha melangkahkan kakinya menuju kelas 5 yang letakknya agak jauh dari ruang guru. Sesekali ia menyapa anak-anak yang masih asik duduk di luar kelas. Ia pun mengingatkan anak-anak itu untuk segera masuk ke kelas karena sudah jamnya masuk. Tak lama Maisha pun sampai ke kelas yang dituju. Disana anak-anak bersorak senang melihat kehadirannya. Maisha mengawali kegiatan belajar mengajarnya dengan salam terlebih dahulu kemudian menyapa dan mengabsen muridnya satu persatu. Dia melakukan itu untuk lebih mendekatkan diri kepada anak didiknya. Menurutnya anak merasa dianggap ketika seorang guru bisa menghapal namanya dan menyapanya dengan anak itu. terbukti ketika Maisha selalu memanggil mereka dengan nama, mereka antusias walaupun ia mintai tolong sekalipun.
“How are you today Class?” tanya Maisha kepada anak didiknya.
“Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar!” seru anak-anak serempak dengan semangat. Maisha tersenyum senang mendengarnya. Kemudain ia melanjutkan dengan mengabsen satu persatu anak didiknya yang jumlahnya 32 orang.
Selesai mengabsen anak didiknya, Maisha mulai memberi materi kepada siswa siswinya. Dia memulai dengan menunjukkan sebuah video berisi kisah nabi Nuh tetapi dalam bahasa inggris. tak Hanya melihat saja, anak-anak diperintahkan untuk mencari kosakata sulit dalam video tersebut dan akan dibahas oleh Maisha. Cara yang Maisha terapkan ini cukup efektif untuk meningkatkan daya tangkap anak terhadap materi yang diberikan. Jadi Anak tak bosan dengan cara pengajaran guru yang hanya berbicara di depan kelas saja tanpa memberi contoh nyatanya.
Usai jam belajar selesai Maisha bergegas untuk pulang ke rumahnya. ia sudah tak sabar sampai ke rumah karena rencanannya kakaknya dan istrinya akan pulang ke rumah hari ini. ia juga tak sabar bertemu keponakannya yang lucu. Kadang Maisha merasa iri dengan Mbak Haura, istri dari Mas Hanan. Ia beruntung bisa menjadi teman hidup mas Hanan. Terkadang Maisha sering merasa iri jika perhatian Mas Hanan sudah terbagi dengan keluarga kecilnya. Tapi semakin dewasa Maisha semakin berpikir bahwa ia bukan hanya prioritas mas Hanan saat ini. kelak dia juga pasti menemukan jodoh yang akan menjadikan dirinya prioritas di dalam hidupnya.
“Assalamualaikum.” Salam Maisha ketika memasuki rumah berukuran minimalis itu. terdengar suara jawaban dari dalam. Maisha melangkahkan kakinya ke ruang keluarga. Benar saja disana sudah ada kakak kesayangannya dan keponakannya yang lucu.
“Onty Mai, Nau kangen Onty.” Ucap gadis berumur tiga tahun itu dengan wajah lucunya. Maisha langsung saja menggendong gadis kecil bernama Naura dan menciumi pipi chubby milik Naura bertubi-tubi membuat gadis itu memberontak kegelian.
“Geli Onty. Stop it.” Pinta gadis itu yang langsung dituruti oleh Maisha. Ia menurunkan Naura dari gendongannya dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Ia mengeluaran sesuatu dari tasnya yang membuat mata Naura berbinar.
“WAAH. I like chocolate. Thanks onty.” Ucap Naura girang ketika coklat itu sudah berada di tangannya. Maisha mengangguk sembari tersenyum kemudian mengacak pelan rambut gadis cilik yang kini sedang asik dengan coklat di tangannya.
Maisha berjalan menuju Hanan dan Haura duduk. Dia menyalami kedua kakaknya yang sangat ia rindukan selama ini.
“Hari ini nginep kan mas?” tanya Maisha pada Hanan. Lelaki berwajah tampan itu mengeluarkan ekspresi seperti sedang berpikir.
“Gimana ya Yang? Kita nginep gak ya?” tanya Hanan pada Haura berniat untuk menggoda Maisha. Maisha mengerucutkan bibirnya kesal.
“sekali-kali nginep kek Mas. kan Mas sama mbak jarang ketemu. Mai juga kangen sama Mas Hanan.” Ucap Maisha kesal. Tak terasa matanya memerah. Entah kenapa ia selalu bersikap manja bila di dekat kakak laki-lakinya ini.
“liat Nau, onty mu ngambek tuh. Bibirnya udah offside tuh.” Ujar Hanan meledek Maisha. Alhasil kekesalan Maisha pun memuncak. Ia pun memukuli kakaknya dengan bantal sofa yang berada di belakangnya. Mereka pun terlibat dalam pertengkaran adik kakak yang sangat Maisha rindukan. Dulu sebelum Hanan menikah, ia selalu bermain dengan Hanan. Bersendau gurau dan berbagi tawa. Walau hanya dengan cara sederhana tapi bagi Maisha itu sangatlah berharga. Pertengkaran yang mereka ciptakan semakin mendekatkan hubungan mereka.
“sudah-sudah. Kalian itu sudah dewasa bukan anak-anak lagi. memangnya gak malu tuh di lihatin sama Naura.” Sindir Bu Sarah pada kedua anaknya yang saling memukul menggunakan bantal kursi itu. sedangkan Haura hanya tertawa melihatnya.
“Lagian Mas Hanan tuh bu, jahil banget.” Adu Maisha kepada ibunya sembari memeluk ibunya manja.
“Dasar manja kamu kok gak ilang-ilang Mai. Mana ada lelaki yang mau dekat denganmu coba.” Ledek Hanan pada adiknya yang mendapat pelototan kesal dari Maisha.
“Mbak Haura, Mas Hanan nakal tuh. Ngledekin aku terus.” Kini Maisha beralih mengadu kepada kakak iparnya. Haura hanya tertawa melihat kedua kakak adik yang seperti tom and jerry itu.
“Sudah. Lebih baik kalian makan dulu. Maisha juga pasti lapar kan abis pulang kerja?” Ajak Bu Sarah yang langsung dijawab anggukan setuju oleh anak-anaknya. Merekapun bergegas menuju meja makan yang terhidang banyak makanan lezat masakan sang ibu.
Malam itu mereka larut dalam obrolan-obrolan santai yang semakin mempererat hubungan mereka. Mereka duduk bersama di atas sebuah tikar lantai yang dilapisi dengan tikar bulu yang empuk dan hangat. Sembari menonton televisi mereka menikmati kebersamaan yang sangat berharga itu. bagi mereka kebahagiaan itu sederhana. Cukup berkumpul dengan orang yang berarti di hidup kita. Duduk bersama dan menghabiskan waktu untuk bercengkrama bersama mereka. Thats enough.
***