bc

Membalas Kesombongan Keluarga Istri

book_age18+
17
IKUTI
1K
BACA
others
drama
serious
like
intro-logo
Uraian

Awalnya Raka hanya ingin membungkam mulut jahat sang mertua, tetapi dia justru terikat pernikahan dengan wanita lain yang akhirnya menumbuhkan cinta di hati.

Sebuah pengkhianatan yang berakhir kebahagiaan, karena rahasia besar istrinya terbongkar, dan akhirnya Raka berhasil membalas kesombongan keluarga istrinya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Ujian Pernikahan
"Dengan keluarga pasien?" tanya salah satu perawat menghampiri Raka. "Sa-saya yang membawa kakek itu ke sini," jawab Raka gugup. Perawat itu memberikan kertas tagihan rumah sakit pada Raka. "Tolong bapak lunasi biaya administrasinya dulu dan juga biaya perawatan pasien, kalau biayanya belum dilunasi kami tidak bisa melanjutkan perawatan kepada pasien," terang perawat. Raka menganggukkan kepala pelan hatinya mulai tak tenang. 'Darimana aku mendapatkan uang untuk membiayai rumah sakit orang ini,' batinnya. Pagi tadi saat dia ingin berangkat bekerja dia menemukan seorang lelaki tua yang mengalami kecelakaan di jalan raya. Dia yang membawa ke rumah sakit, dan dia tidak menyangka kalau dia akan diminta untuk melunasi tagihan rumah sakit milik lelaki tua itu. "Seluruh biayanya sebesar tiga juta tiga ratus ribu rupiah, mau dibayar kes atau debit, Pak?" tanya petugas Administrasi rumah sakit. "Tiga juta? A, apa saya bisa menyicil biayanya?" Raka terkejut saat mendengar biaya yang harus dilunasi begitu besar, uang di tabungannya bisa habis hanya untuk membiayai perawatan kakek tua itu. "Oh, maaf Pak. Semua biaya harus dilunasi dan tidak bisa dicicil, karena itu belum termasuk biaya kamar dan lainnya. Kalau saya boleh saran, lebih baik bapak cari keluarga korban!" Petugas Administrasi sama sekali tidak memberikan keringanan. Keringat dingin mulai membasahi kening dan telapak tangan Raka. 'Bagaimana caranya menemukan keluarga korban sedangkan aku sama sekali tidak mengenalinya,' batinnya semakin tak tenang. Raka menghela napas panjang, terpaksa menggunakan tabungan miliknya yang sudah dikumpulkannya selama tiga bulan. Rencananya uang itu untuk membeli kado ulang tahun ibu mertuanya, tetapi ternyata hari ini dia memerlukan uang itu untuk hal lain. "Saya akan melunasi biaya awal, untuk biaya lanjutannya saya akan coba mencari keluarga korban," ucap Raka. "Baik Pak, mari ikut saya ke tempat pembayaran." Perawat itu membawa Raka ke tempat administrasi. Setelah melunasi biaya awal, Raka berjalan meninggalkan rumah sakit karena urusannya sudah selesai. Di perjalanan menuju kantor tempat dia bekerja, ia mengingat kembali apa yang dikatakan Ayana sebelum dia berangkat kerja. (Bulan ini sudah waktunya bayar uang sewa rumah. Uang iuran Rion juga sudah menunggak selama dua bulan.Kamu jadi kan beli kado untuk ibuku? Aku mau kamu beli kado yang lebih mahal dari kak Sinta! Jangan bikin aku malu di pesta ulang tahun ibu nanti! Oh iya, belikan aku dan Rion baju untuk ke pesta nanti! Jangan lupa kamu sewa mobil untuk datang ke pesta ulang tahun ibuku! Jangan mengulangi kesalahan tahun lalu) Suara Ayana masih terdengar jelas membuat telinganya terasa berdenging, dan pikirannya kacau. Rasanya ia sudah tidak mempunyai tenaga lagi untuk berjalan. Memikirkan untuk pulang ke rumah saja sudah tidak sanggup lagi. Raka kembali menghela napas panjang sambil mengusap wajahnya. 'Ya Allah, apa yang harus aku lakukan uang untuk membeli kado Ibu sudah habis. Terpaksa aku membeli kado yang harganya murah semoga Ayana tidak akan kecewa,' batinnya. Ia menyesali apa yang sudah ia lakukan. Tidak seharusnya ia menolong lelaki tua itu, tetapi ia tidak bisa diam saja melihat seseorang yang sedang sekarat di depan matanya. Perjalanan menuju kantor, menggunakan transportasi umum akhirnya berakhir. Siang itu Raka tiba di kantor. "Selamat siang, Pak Raka," sapa Satpam di kantor tempatnya bekerja. Jam memang sudah menunjukan pukul sepuluh, hari ini Raka bukan hanya terlambat tetapi ia sudah sangat kesiangan. Raka tersenyum, meski dalam hati merasa takut terkena marah bosnya yang memang terkenal galak dan disiplin. Benar saja apa yang ditakuti tadi, setibanya di ruangan, Raka sudah dihampiri oleh bosnya. "Astaga! Ini sudah jam berapa, kamu niat kerja atau nggak sih? Ini sudah ketiga kalinya kau terlambat masuk kerja. Sekali lagi kau terlambat, Saya tidak akan segan-segan memecat-mu!" cecar sang Bos dengan wajah garang. Ia menatap tajam ke arah Raka yang sedang berjalan mengendap menuju meja kerja agar tak ketahuan. Namun, yang dilakukan Raka sia-sia karena Brama sudah berdiri di depan pintu sambil mengangkat kedua tangannya ke pinggang. "Maaf Pak," sesal Raka pelan sambil menundukkan tubuh dan kepalanya. Raka adalah pegawai swasta biasa di Perusahaan ALDRA GRUB milik Brama Winata. Sudah tiga tahun ia bekerja di Perusahaan itu tetapi ia belum juga dipromosikan untuk naik jabatan. Tidak seperti beberapa temannya yang sudah lama naik jabatan. Bos-nya memang sangat pilih kasih padanya walau kinerja Raka baik tetapi ia tetap tidak pernah dilirik. Raka sering mencari uang tambahan dengan mengambil kerja lembur untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, yang semakin hari semakin meningkat. Apalagi Rion Reza Putra anak semata wayangnya sudah masuk sekolah dasar, itu berarti pengeluaran keuangan keluarganya semakin banyak. Brama terlihat semakin emosi. "Maaf Pak, tadi saya terjebak macet parah. Ada kecelakaan di ruas jalan," ucap Raka sambil menundukkan kepala. "Halah, Alasan! Cepat selesaikan pekerjaanmu, bawa semuanya ke ruang kerja saya! Saya mau kamu selesaikan hari ini juga!" titah Brama, Bos arogan yang pilih kasih. "Baik. Pak," sahut Raka lalu duduk dan mulai mengerjakan pekerjaan yang sudah menumpuk. Drrrttt! Suara ponsel memecah konsentrasi Raka saat sedang sibuk mengerjakan pekerjaan. Kepalanya seperti mau pecah karena banyaknya pekerjaan, belum lagi ia masih memikirkan tentang uangnya yang habis tak bersisa. Ia melihat benda pipih hitam yang tadi menyala satu pesan masuk mulai dibacanya. (Mas, belikan Rion buku dan alat tulis! Oh iya, tadi Buk Ratna ke rumah dia menagih uang sewa rumah karena sudah telat seminggu. Jangan lupa juga belikan aku makan malam! Uang belanjaku habis jadi aku nggak masak hari ini. Jangan lupa ya Mas! Semangat kerjanya I love you.) Raka menarik nafas panjang dan menghembuskan-nya untuk menenangkan diri agar ia bisa tetap tegar menjalani hari terberat ini. (Iya Sayang, Mas akan belikan makanan kesukaanmu dan peralatan sekolah Rion. Bilang sama Buk Ratna, malam ini Mas akan bayar uang sewa rumah. Kamu tenang aja ya! Mas, kerja dulu ya. I love you too, Sayang.) 'Astaghfirullah, kenapa ujian-mu seberat ini? Ke mana aku harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu satu hari? Uang sewa rumah, uang iuran sekolah, uang belanja bulanan, uang bayar listrik, belum beli baju, kado dan sewa mobil,' batinnya. Raka masih berusaha sabar walau kepalanya sudah mau meledak memikirkan kebutuhan yang harus ia penuhi. Hari ini Raka akan menerima gajinya selama satu bulan untung saja bulan ini ia banyak mengambil kerja lembur. Namun, semua itu masih belum cukup untuk menggantikan uang tabungan yang tadi ia gunakan untuk membayar rumah sakit. Ada sedikit penyesalan di hatinya kenapa ia tidak bisa berhenti perduli pada orang lain.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Siap, Mas Bos!

read
15.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
211.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
105.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
193.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.1K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook