Maria memandang pria menawan yang berdiri di depannya dengan mata seorang seniman. Ketika pensilnya membuat sketsa, oval besar yang sempurna pada kanvas besar, Claude tidak bisa berhenti mengagumi kontur wajah Maria dan kecantikan yang terlukis disana. Dia menatap Daisy-nya. Satu-satunya yang dia cintai. Bagaimana dua insan bisa begitu mirip dalam banyak hal? "Apa kamu baik-baik saja?" Suara lembut Maria membuyarkan lamunannya. Dia kembali ke ruang seni. Maria mengulang pertanyaannya. "Kamu sudah berdiri dari tadi. Kupikir kamu mungkin lelah." "Aku sekuat banteng." Jawab Claude mantab. Tawa kecil yang terdengar indah keluar dari bibir merona itu. Suara yang membuat rambut di lengannya berdiri sama seperti desahan nikmat Daisy tatkala mereka berhubungan badan. Sembari pensilnya m