Pelet, part 9

647 Kata
“Ini apa??” teriak Ida histeris sambil menunjukkan layar hpnya ke arah Basari yang hanya bisa berdiri kaku di tempatnya. Udin hanya duduk diam di tempatnya tanpa berani mengangkat kepalanya. Ini urusan pribadi mereka. Udin tentu tak bisa ikut campur dan hanya bisa menjadi penonton saja. “Aku tu dah curiga dari dulu Mas…” “Mas selalu alasan disuruh Bu Haji ini lah… Itu lah…” “Tapi nyatanya??” “Yang paling bikin sakit hati…” “Dua minggu lalu, anakmu rewel, nangis terus… Aku minta tolong kamu benerin kipas angin biar anakmu nggak rewel lagi… Tapi kamu malah pergi ke kecamatan dan n*****t sama l***e itu kan???” maki Ida ke arah Basari. “Buk…” protes Basari dengan suara pelan sambil melirik ke arah Udin. Mungkin maksudnya agar Ida berhenti mengumbar aib keluarga mereka di depan orang luar. “Apa?” bentak Ida. “Kamu malu?” “Apa kamu mau aku ngomong ke Bu Haji sekalian Mas? Selama ini Mas selalu alasan disuruh Bu Haji kan?” tantang Ida lagi dengan nada penuh emosi. “Jangan Buk… Aku bisa kehilangan pekerjaan,” rengek Basari sambil berusaha merengkuh istrinya yang masih berkacak pinggang penuh emosi. “Pokoknya aku nggak mau tahu Mas… Kalau sampai Mas masih berhubungan dengan l***e itu… Aku minta cerai dan aku akan ngomong ke Bu Haji soal kelakuan Mas,” ancam Ida. Basari hanya menundukkan kepalanya sambil melihat ke arah lantai tanpa berani melawan. Mungkin di kakinya ada sebongkah emas berlian yang membuatnya tak mengalihkan pandangan. ===== Udin memejamkan matanya dan berusaha mengatur napasnya sebisa mungkin. Dia bahkan berusaha sebisa mungkin membayangkan barisan bebek-bebek milik Pak Dul yang sedang digiring di pematang sawah, kambing Pak Rojak yang sedang menikmati daun nangka di kandangnya dan banyak hal-hal absurd lainnya. Tujuannya? Agar miliknya tak segera memuntahkan laharnya. Di pangkuannya, Ida bergoyang liar sambil memeluknya erat. Sesekali Ida akan melumat bibirnya penuh nafsu lalu akan melepaskannya ketika nafasnya sudah tersengal-sengal. “Aku mau pipis lagi Din…” erang Ida sambil kembali memeluk Udin erat entah untuk yang kesekian kalinya. “Aaaaaahhhhhhhhh…” Ida melenguh panjang dengan suara keras tanpa ditahan-tahan. Sesaat kemudian, Ida terkulai lemas sambil menyunggingkan senyuman puas. Dengan nafas tak beraturan, Ida berbisik ke arah Udin, “Sekarang kamu boleh keluar…” Udin tersenyum senang. Akhirnya… Setelah mati-matian menahan agar dirinya tak ngecrot dari tadi, kini dia bisa menikmati puncaknya. Udin membaringkan tubuh Ida ke atas ranjang lalu mulai menggerakkan pinggangnya pelan. Gerakan Udin yang pertama-tama pelan, lambat laun makin kencang. Ida yang memang lebih berpengalaman, mengaitkan kedua pahanya ke pinggang Udin dan menggerakkan pantatnya untuk membantu Udin yang sedang mengejar puncaknya. Tak lama kemudian, dua anak manusia itu terkulai lemas sambil berpelukan di dalam kamar hotel yang menjadi tempat m***m mereka. ===== Udin lupa entah sudah berapa kali dia menikmati tubuh Ida sejak dia kehilangan keperjakaannya di tangan ibu muda itu. Hubungan mereka yang berawal dari kenekatan Udin untuk mempraktekkan ilmu peletnya kini lebih didominasi oleh Ida. Wanita itu yang lebih sering berinisiatif untuk memulai pertarungan mereka. Tentu saja Udin tak pernah menolaknya. Tapi ada kalanya, Udin ketakutan setengah mati karena kenekatan Ida. Pernah suatu ketika, Ida memaksa Udin untuk memasukkan miliknya di selepan padahal jelas-jelas Basari berada di dekat mereka. Saat itu, Basari sedang memperbaiki mesin selep yang rusak dengan posisi tidur telentang di lantai. Pandangan matanya terhalang oleh mesin di atasnya dan Ida menggunakan kesempatan itu untuk mengangkat dasternya lalu memaksa Udin menusuk tubuh Ida. Ida bahkan bercakap-cakap seperti biasa dengan suaminya seolah tak terjadi apa-apa sedangkan Udin tentu saja ketakutan setengah mati. Saat itulah Udin menyadari bahwa nafsu seorang wanita seperti sebuah kotak Pandora. Ketika kuncinya sudah terbuka, bersiap-siaplah untuk menerima akibatnya. Tapi mungkin itu hanya berlaku untuk Ida saja, Udin tak tahu apakah wanita lain seperti itu. Mungkin suatu hari nanti, saat Udin menggunakan ilmu peletnya lagi ke wanita lain, dia akan mengetahui jawabannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN