Hari sudah memasuki waktu petang saat mobil sedan hitam masuk di gerbang besi rumah besar yang lebih layak di sebut Mension, dan para bodyguard juga penjaga rumah itu langsung menyambut kedatangan bos muda mereka.
Mobil itu berhenti tepat di depan teras mension dan satu pengawal langsung membuka kan pintu mobil agar memudahkan bosnya untuk keluar. Satu pengawal lain langsung membuka pintu utama mansion itu, sedang beberapa pengawal lain langsung membuka bagasi mobil itu lalu mengeluarkan barang bawaan bos mereka. Berkali-kali Kiray Agustin mengatakan untuk berhenti melakukan semua itu tapi sepertinya para pengawal memang harus bekerja secara profesional ketika berhadapan dengan bos mereka.
Kiray Agustin turun dari mobil sedan itu dengan setelah formal, celana bahan hitam dan baju kemeja putih juga blazer hitam yang senada dengan celana yang dia kenakan, High heels yang sangat cantik juga kacamata hitam berlebel GC berkelas menghiasi wajah cantik wanita yang kini memasuki usia tiga puluh lima tahun itu. Seisi rumah itu sudah berkerja cukup lama di orang tua Kiray Agustin, dan mereka merasa sudah seperti keluarga besar di rumah besar Kiray Agustin, karena Kiray Agustin memang selalu ramah pada semua asisten rumah tangga nya, meskipun begitu Kiray Agustin juga membatasi semua asisten rumah tangganya untuk memasuki ruang-ruang tertentu, dan hanya orang-orang kepercayaannya yang boleh masuk ke kamar yang menurutnya harus tetap rahasia. Mereka adalah sekertaris pribadinya dan tiga asisten pribadinya yang sudah dia anggap sebagai orang tuanya sendiri, juga Serly putrinya. Kiray Agustin juga menutup identitas dirinya, hanya untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan dan ini sudah berlangsung lebih dari lima belas tahun. Lebih tepatnya lagi saat ayahnya, tuan Kris Agustin, meninggal dalam kecelakaan yang menurut tuan Agustin sendiri adalah konpirasi dari lawan politiknya, itu sebabnya tuan Agustin meminta Kiray untuk tidak menunjukan siapa dirinya yang sebenarnya, karena kita memang tidak pernah tau siapa saja yang benar-benar bekerja untuk kita dan siapa yang hanya berpura-pura baik dengan kita, maka jangan heran jika di mension itu tidak akan ditemukan satupun photo Kiray Agustin dan Kiray Agustin juga melarang semua asisten rumah tangga dan penjaga yang ada di mension itu untuk mengambil gambar di dalam mension nya.
Kiray Agustin, berjalan dengan sangat anggun saat masuk mension dan Serly yang langsung berhambur begitu melihat ibunya pulang. Kiray Agustin, juga langsung memeluk putri satu-satunya yang dia miliki dan menghadiahi putrinya dengan kecupan di kening juga pipi Serly. "Kenapa mama lama sekali pulangnya? Serly sudah sangat rindu," ucap Serly bermanja dengan ibunya, meskipun mereka jarang bersama, tapi jika Kiray Agustin pulang, dia memang akan menghabiskan waktunya untuk menemani putrinya.
"Bukankah Serly tau jika mama memang sedang sibuk mengerjakan proyek di beberapa tempat. Jika semua proyek mama sudah selesai kita bisa bersantai sambil menikmati pemandangan indah," ucap Kiray Agustin menenangkan keluhan putrinya yang benar adanya jika dua tahun ini dia lebih sering berada di Jepang dan Korea ,untuk mengawasi secara langsung proses pembangunan villa megah dengan omset ratusan triliun rupiah, jadi Kiray memang sedang fokus menyelesaikan dua proyek besar itu. "Mama pikir Serly lebih senang jika mama tidak di rumah, dengan begitu Serly bisa menghabiskan waktu bersama kekasihmu, siapa kemarin namanya?" Tanya Kiray Agustin berpura-pura lupa dengan nama pacar putrinya, padahal Serly sudah sering memberi tahu nama pacarnya.
"Zein, ma." Ucap Serly kesal karena lagi-lagi mamanya lupa nama pacarnya.
"Oooh ya. Zein. Zein Herlambang." Kutip Kiray Agustin lebih terdengar seperti sedang menggoda gadis cantik berlesung pipi itu.
Mereka sedang duduk di meja makan dan sedang melangsungkan makan malam nya. "Oooh ya ma. Orang tua Zein ingin membuat janji bertemu dengan mama, mereka ingin melamar, Serly." Ucap Serly yang mana malah membuat Kiray Agustin ibunya tersedak oleh makanannya sendiri, karena kabar yang putrinya berikan. Buru-buru salah satu asisten pribadinya mengusap punggung juga memberikan Kiray air minum untuk menormalkan tenggorokannya, dan Kiray langsung menerima air putih itu. Kiray menatap wajah putrinya untuk melihat keseriusan putrinya saat mengatan jika kekasihnya ingin melamar nya.
"Astaga mama, pelan-pelan dong ma. Mereka hanya ingin bertemu dengan mama dan meminta ijin untuk melamar Serly, jika mama memberinya ijin, baru mereka akan datang secara resmi untuk melamar Serly, mama." Ucap Serly cukup jelas dan bisa di pahami oleh Kiray Agustin, ibunya.
"Kapan?" Tanya Kiray Agustin setelahnya. Dia sudah tau ,cepat atau lambat hari itu juga pasti akan datang, hanya saja Kiray tidak pernah tau jika dia harus melepas Serly secepat ini. Terlebih lagi Serly masih menyelesaikan semester akhir kuliahnya. Kiray tidak bermaksud untuk menghentikan jodoh putrinya tapi dia hanya tidak bisa melepas putrinya pada orang lain yang sejatinya belum dia kenal sama sekali. Tapi menurut Serly, mereka keluarga yang baik apalagi calon ayah mertuanya juga sangat menyayangi nya, dan rasanya itu adalah poin yang cukup untuk Kiray Agustin pertimbangkan.
"Serly sudah memberikan nomer ponsel mama pada Zein , jadi jika besok Zein menelpon mama , Serly harap mama mau mempertimbangkan apa yang mungkin akan di sampaikan olehnya." Imbuh Serly sembari tersenyum manis ke arah ibunya dan berdiri dari duduknya setelah makan malamnya habis lalu beranjak untuk mencium ibunya sebelum akhirnya pamit untuk ke kamarnya dan bergegas menaiki tangga rumah itu.
Setelah Kiray Agustin menyelesaikan makan malamnya, Kiray menelpon salah satu pengawal kepercayaannya yang memang bertugas untuk mengawasi apa yang di lakukan putrinya dan siapa saja yang dekat dengan putrinya. Tak ada ibu yang tidak memikirkan anaknya, juga menjaga anaknya dengan segenap jiwa nya. Meskipun Kiray Agustin jarang di rumah, tapi bukan berarti dia lepas tanggung jawab pada putrinya.
Kiray Agustin sudah duduk di kursi kebesarannya di ruang kerja saat Roy sang pengawal kepercayaannya mengetuk pintu dan masuk keruang kerjanya. Pengawal itu sudah siap dengan sederet laporan yang akan dia berikan pada bosnya. "Katakan lah?" Ucap Kiray Agustin dan pengawal itu langsung menjelaskan apa saja yang di lakukan nona Serly, dan siapa saja yang tengah dekat dengan putri majikannya.
"Belakang ini nona Serly lebih sering bertemu dengan Adam Herlambang, dan sepertinya putra Adam Herlambang itu ingin segara menikahi nona Serly," ucap Roy panjang lebar dan cukup untuk di pahami oleh Kiray jika apa yang putrinya ceritakan memang benar adanya, jika calon ayah mertuanya memang sudah bisa menerima dia, dan sepertinya mereka dari keluarga yang baik.
"Lalu bagaimana dengan, Zein Herlambang? Aku ingin data pribadinya ada di mejaku besok dan aku juga ingin kau mencari tau segala sesuatu tentang, Zein Herlambang. Baik, buruknya sikap dan tingkah lakunya. Serly adalah satu-satunya putriku, aku tidak ingin salah melepas putriku," imbuh Kiray dan Roy langsung mengangguk mengerti dengan tugas yang baru saja di berikan padanya. "Kau boleh keluar," ucap Kiray Agustin saat sudah cukup menyampaikan keinginannya pada pengawal kepercayaannya.
Kiray berdiri menghadap jendela balkon dan menatap lurus ke arah luar halaman. Ada banyak penjaga di halaman mension itu dan rasanya Kiray Agustin sudah sangat bosan dengan hidup nya yang saat ini. Bagaimana pun dia juga ingin seperti wanita bebas pada umumnya yang bisa menikmati beberapa kesenangan wanita normal di luar sana.
Kadang Kiray Agustin juga merasa iri pada para wanita yang masih memiliki kebebasan dan bisa pergi kemanapun yang dia inginkan tanpa harus memikirkan resiko dari perjalanan nya, tapi apa? Meskipun dirinya memiliki kekayaan yang berlimpah, kadang ada saja yang masih kurang di hati seorang, Kiray Agustin
Saat Kiray tengah dilema dengan pikirannya sendiri, pintu ruang kerja itu di ketuk dan seketika pikiran Kiray langsung teralihkan dan Kiray yang langsung menoleh untuk melihat siapa yang datang.
Senyum Kiray langsung terbit saat senyum keriput itu menyapa dirinya. "Apa yang kau pikirkan? Malam sudah semakin larut dan kau masih belum tidur, sayang?" Sapa Maryam. Paruh baya yang sudah mengabdikan hidupnya hampir empat puluh tahun itu dan sudah Kiray anggap seperti ibu kedua. Maryam sudah bekerja pada keluarga besarnya saat ayahnya baru menikah dengan ibunya. Hingga Kiray lahir dan ibunya meninggal, Maryam lah yang merawat dan membesarkannya juga memberikan kasih sayang seorang ibu pada Kiray Agustin, hingga Kiray Agustin umur tiga puluh lima tahun seperti saat ini, jadi jangan heran jika Kiray Agustin juga sangat menyayangi paruh baya itu sampai kadang Kiray Agustin masih ingin bermanja pada paruh baya itu.
"Entahlah, Bu. Ibu dengar sendiri apa yang Serly katakan tadi?" Ucap Kiray menghela napasnya sejenak "Kiray tau, dia sudah cukup dewasa untuk menentukan langkahnya sendiri dan bagaimana pun Kiray harus siap melepasnya untuk menentukan keputusan nya sendiri, tapi apakah secepat ini dia akan meninggalkan ku untuk pergi ke keluarga barunya?" Sesal Kiray yang masih merasa berat untuk melepas putri satu-satunya yang dia punya. Maryam hanya tersenyum saat menjangkau bantal sofa di pojok ruangan itu lalu duduk untuk menyimak setiap gundah putrinya itu. Putri yang dia rawat dan besarkan dengan dengan penuh rasa cinta, karena Kiray memang tidak pernah merasakan cinta dari ibunya.
"Ibu juga mengenal pemuda itu, mereka sering menghabiskan waktu di sini dan sepertinya dia laki-laki yang baik. Selain tampan laki-laki itu juga sangat sopan dan ramah, para pelayan yang lain juga mengatakan demi kian. Jadi coba pertimbangkan permintaannya. Ibu yakin jika laki-laki itu adalah laki-laki yang baik untuk, putrimu, nona Serly." Jelas Maryam karena sejauh ini, hanya itu yang bisa dia simpulkan dari seorang Zein Herlambang, tapi tentu saja Kiray bukan wanita yang akan mudah percaya begitu saja pada sosok laki-laki seperti itu, maka dari itu dia juga akan mencari lebih jauh indentitas dan wujud asli laki-laki itu, sebelum dia benar-benar melepas putrinya untuk di nikahi.
Kiray hanya tersenyum tanpa menjawab lebih banyak ucapan ibu Maryam dan ikut duduk di sofa yang Maryam duduki. "Percayalah, putrimu juga bisa bahagia bersama pemuda itu, terlebih lagi ibu dari Zein juga sangat menyayangi Serly. Jadi kita hanya perlu merelakannya. Tapi ibu juga tidak akan keberatan jika kau memilih untuk mencari tau lebih jauh karakter pemuda itu jika itu memang di perlukan, karena kita memang tidak bisa hanya melihat sesuatu hanya dari sampulnya saja." Jelas Maryam panjang lebar. Tentu Maryam tau apa yang tegah di pikirkan oleh Kiray Agustin saat ini, dan dia juga tidak menyalahkan langkah apa yang pada akhirnya Kiray Agustin ambil sebelum benar-benar melepas putrinya.
Keesokan harinya.
Roy benar-benar langsung mencari tau latar belakangnya keluarga Zein Herlambang dan Adam Herlambang. Dan saat dia sudah benar-benar yakin dengan info yang dia dapatkan, Roy langsung menghadap nyonya Kiray untuk melaporkan informasi apa yang dia dapatkan.
Hari sudah cukup siang saat Roy menemui bosnya, Kiray Agustin, di ruang kerjanya di mention itu dan Kiray Agustin juga sudah siap untuk mendengar apa yang akan Roy sampaikan saat ini. Roy tipe pengawal yang gesit dan akan cepat mendapatkan informasi apapun yang dia inginkan. Sesuai dengan bayaran yang dia berikan maka Roy juga akan bekerja maximal untuk bosnya
Roy meletakkan dua map di atas meja Kiray Agustin dan satu flashdisk yang berisi cuplikan beberapa video terkait keseharian, Zein Herlambang.
"Dia anak tertua dari Adam Herlambang, pimpinan HG group dan dia juga memiliki dua adik perempuan. Sejauh yang aku dapatkan dia tipe laki-laki kalem, sederhana, pinter dan matang. Belum ada jejak kelakuan buruknya di kepolisian atau daerah tempat tinggalnya. Meskipun dia anak pemilik perusahaan, dia juga tidak pernah terlibat kasus macem-macem. Intinya di cukup bersih dari hal yang kurang baik." Jelas Roy dan Kiray Agustin hanya membuka beberapa lembar file tentang pemuda itu, saat Roy juga menyodorkan satu map lain yang harus Kiray Agustin liat sebagai penyempurna dari laporannya.
Kiray Agustin menerima map yang Roy sodorkan dan membukanya. Ada beberapa photo laki di sana, dan Kiray Agustin memperhatikan nya satu-satu.
"Ini Zein Herlambang. Laki-laki yang ingin melamar nona Serly dan ini Adam Herlambang. Ayah dari Zein Herlambang." Jelas Roy lagi saat memilah empat photo, dua photo Zein dan dua lagi photo Adam Herlambang. "Kita pernah beberapa kali bertemu dengannya, karena perusahaan nya juga salah satu perusahaan yang bernaung di bawah young corporretion, dan untuk Zein sendiri memang baru dua tahun ini mulai mengikuti jejak Adam Herlambang dalam dunia bisnis, tapi dia juga tipe yang mudah berkembang dan sangat pandai menggaet investor dan partner bisnis untuk perusahaan ayahnya, jadi intinya dia baik untuk nona Serly, nyonya." Sambung Roy dan Kiray langsung bisa bernapas lega usai mendapatkan kabar itu.
Sekali lagi, Kiray Agustin, memperhatikan photo di map itu dan benar-benar memperhatikan sosok yang akan menjadi suami dan keluarga baru putrinya. Pemuda tampan dengan alis tebal dan sorot mata teduh, sebelum akhirnya menutup map itu dan memasukannya di laci meja kerjanya setelah Roy keluar dari ruang kerjanya.
Kiray Agustin keluar dari ruang kerja itu lalu berjalan ke arah balkon ruang kerjanya. Pandangan Kiray langsung tertuju pada pintu gerbang Mension yang mana di sana sebuah mobil putih masuk ke dalam gerbang itu dan berhenti tidak jauh dari pintu utama Mension nya , dia melihat seorang pemuda turun dari mobil putih itu dan memutari mobilnya untuk membuka pintu sebelah penumpang, dan putrinya, Serly terlihat keluar dari mobil itu. Kiray memperhatikan putrinya juga pemuda, ke kasih putrinya saat tiba-tiba pemuda itu mencium kening dan tangan putrinya lalu kembali masuk ke mobilnya untuk kembali keluar dari halaman Mension.
Senyum Kiray langsung terbit seperti bulan sabit, hanya karena melihat adegan manis yang sederhana antara pemuda kekasih putrinya, juga putrinya. Tidak ada keraguan lagi di hati Kiray Agustin, jika pada akhirnya pemuda itu ingin benar-benar memperistri putrinya. Benar kata ibu Maryam. Jaman sekarang tidak ada remaja yang masih bersikap seperti Zein Herlambang yang nyatanya masih bisa di katakan sederhana meskipun bukan dari keluarga yang sederhana. Saat para laki-laki kaya memiliki banyak wanita, Zein tidak termasuk laki-laki yang seperti itu. Roy juga sudah menjelaskan tadi jika Zein Herlambang selama dua tahun terakhir hanya dekat dengan, Serly Agustin.
Hari masih siang dan Kiray yakin jika pemuda itu pasti akan kembali ke tempat kerjanya karena ini memang masih jam kantoran, jadi Kiray Agustin pilih keluar dari ruang kerjanya dan turun untuk menyambut putrinya yang baru pulang dari kampusnya.
Senyum Serly juga langsung terbit saat bertemu pandang dengan ibunya yang baru menuruni anak tangga terakhir Mension itu dan Serly yang langsung berhamburan ke pelukan ibunya.
"Apa dia orangnya?" Tanya Kiray saat mengurai pelukan putrinya, dan Serly langsung tersenyum manis sambil mengangguk. "Kapan dia bisa menemui mama. Mama akan usahakan bisa menemuinya untukmu?" Tanya Kiray Agustin lagi dan Serly hanya mengangguk untuk ucapan ibunya.
"Nanti Serly kasi tau pada Zein jika mama sudah siap untuk bertemu keluarga nya," jawab Serly dengan semangat.
"Mama akan berangkat ke Jepang dua pekan lagi, jadi mama harap dia bisa menemui mama sebelum mama berangkat," jelas Kiray lagi dan Serly langsung mengangguk dengan sangat mengerti. Ibunya adalah pebisnis muda dan CEO perusahaan besar , tentu Serly tau bagaimana padatnya jadwal ibunya dengan sederet agenda kerja yang tidak ada habis-habisnya dan saat seperti inilah Serly harus bisa memanfaatkan waktu senggang ibunya dengan meminta keluarga kekasihnya untuk sesegera mungkin membicarakan niat mereka.
Tidak menunggu lama, saat Serly sudah berada di kamarnya, Serly langsung menelpon Zein untuk mengabarkan jika ibunya bisa membuat janji dengan keluarganya, guna membicarakan lamaran untuknya. Zein juga langsung tersenyum penuh harapan dan mengucap cinta berkali-kali kepada kekasihnya sebelum menutup telpon, dan menghubungi ayahnya untuk mengabarkan info yang baru saja Serly beri tau, jika Kiray Agustin sedang berada di kediamannya dan bersedia untuk membuat janji dengan mereka, namun sampai lima kali Zein menghubungi ayahnya, Adam Herlambang tidak juga mengangkat telpon dari putranya, hingga Zein akhirnya menghubungi ibunya dan menjelaskan jika dia sudah bisa membuat janji dengan keluarga Serly kemudian membicarakan masalah lamaran untuk ke kasihnya. Tentu ibu Yuyun langsung antusias dengan kabar putranya dan saat itu juga ibu Yuyun meminta nomer yang bisa tersambung dengan calon besan nya itu kemudian, tanpa berpikir panjang yuyun langsung menelpon nomer tersebut.
"Sesuatu yang baik tidak perlu di tunda lebih lama lagi, segerakan. Segerakan lah." Batin Yuyun .
Hari itu dan jam itu juga Yuyun langsung menelpon nomer telpon yang putranya berikan dan benar-benar tersambung dengan ibu dari calon menantunya, Serly Agustin.
"Hallo?" Sapa Shopia lebih dulu saat mengangkat telpon. Shopia sendiri adalah sekertaris pribadi Kiray Agustin dan segala keperluan juga urusan , Kiray Agustin, Shopia lah yang akan menangani nya lebih dulu. Shopia tidak hanya sekertaris pribadi Kiray Agustin, tapi Shopia juga merupakan sahabat kental Kiray Agustin. Shopia sendiri adalah anak dari Maryam pengasuh Kiray Agustin, jadi kadang Shopia akan berperan sebagai Kiray Agustin di waktu terdesak, tentu itu juga setelah mendapat persetujuan dari Kiray Agustin sendiri, bahkan terkadang Kiray Agustin, sendiri yang memintanya untuk mengantikan posisinya jika Kiray Agustin sedang dalam keadaan darurat.
"Hallo. Apa benar ini nyonya Kiray Agustin, mamanya, Serly Agustin?" Tanya Yuyun di seberang telpon. Sebelumnya Zein sudah mengatakan padanya untuk memperkenalkan diri agar ibu dari Serly itu bisa dengan mudah memahami maksud dan tujuannya menghubungi, Kiray Agustin.
"Ya. Saya sendiri!" Jawab Shopia sambil menatap Kiray yang sedang duduk di hadapannya sambil menumpukan satu tangannya di atas tangan satunya lagi, seperti menumpuk kedua telapak tangannya di atas meja kerjanya.
"Perkebalkan, saya Yuyun, ibu dari Zein Herlambang. Maaf jika cara Saya kurang sopan, dengan saya menelpon anda. Kira-kira kita bisa bertemu gak? Agar saya bisa menyampaikan maksud dan tujuan ku secara lebih baik pada anda. Karena jujur ini cukup serius untuk kami sekeluarga!" Ucap Yuyun cukup tenang dan bijak. Bagaimanapun membicarakan lamaran atau pernikahan tidak bisa di bicarakan lewat telpon dan alangkah lebih baiknya jika dia bisa berhadapan secara langsung dan meminta ijin secara langsung pada keluarga pihak perempuan sebagai bentuk keseriusan niat dan tujuannya.
Kiray Agustin hanya mengangguk dan meminta ponsel itu dari Shopia agar dia bisa bicara secara langsung dengan wanita yang mengaku ibu dari Zein Herlambang, kekasih putrinya. "Kapan anda bisa, agar saya bisa menyesuaikan agenda dan di mana ibu mau menemui saya?" Jawab Kiray Agustin to the poin. Karena dia memang tipe wanita yang tidak bisa berbicara berbelit-belit.
Senyum lega langsung terukir di wajah Yuyun saat niatnya bisa mendapat jalan yang mudah. Tidak sesulit yang dia bayangkan selama ini. Mengingat ibu Serly adalah pebisnis, tentu Yuyun juga tidak mau membuang-buang waktu dan secepatnya dia memang harus bertemu dengan keluarga, Serly Agustin.
"Bagaimana kalo besok ? Dan untuk tempatnya, di mana pun anda mau, saya tidak keberatan untuk menemui anda secara pribadi? Selagi saya tidak menggangu kesibukan anda." Ucap Yuyun dan Kiray Agustin diam sebentar untuk memikirkan di mana dia akan bertemu dengan keluarga kekasih putrinya itu. Shopia menyodorkan satu alamat di depan Kiray dan Kiray yang langsung menerima kertas itu untuk dia baca yang mana di sana ada nama tempat yang kiranya bisa untuk mereka bertemu.
"Baiklah. Anda bisa menemui saya di restoran Pasifik meja nomer 09 atas nama, Kiray Agustin." Ucap Kiray dan Yuyun langsung menjawab baiklah di seberang telpon. Kiray Agustin langsung menutup telpon saat Yuyun juga mengatakan terima kasih.
Shopia langsung menatap tajam Kiray Agustin sahabatnya, dengan tatapan heran dan syok. Tentu dia juga sudah tau maksud orang yang tadi menelponnya, karena semalam ibunya juga Roy sudah menjelaskan jika Zein Herlambang, putra dari Adam Herlambang, pimpinan HG group berniat ingin mempersunting putri dari nyonya Kiray Agustin.
"Lu yakin mo nerima lamaran untuk putri lu? Apa ini gak terlalu cepat Qi?" Heran Shopie yang merasa keputusan sahabat nya itu terkesan terburu-buru. Kiray hanya tersenyum sambil terkekeh, karena sebelumnya dia juga merasa seperti itu, tapi setelah semalam mendapat pencerahan dari Maryam, juga mendapat info yang cukup baik dari Roy, Kiray juga mantap untuk menerima lamaran pemuda itu untuk mempersunting putrinya.
"Cepat atau lambat ini memang akan terjadi, jadi ya siap atau tidak gue memang harus merelakannya." Jawab Kiray terdengar enteng tapi percaya atau tidak, sebenarnya hatinya juga masih berat melepas putrinya tapi lagi-lagi Kiray hanya berusaha berpikir positif seperti yang Maryam dan para asisten rumah tangga lainnya, yang mengatakan jika Zein Herlambang adalah sosok yang memang baik untuk putrinya.
"Ya terus, bagaimana dengan lu sendiri?" Tanya Shopia lagi.
"Bagaimana, bagaimana maksud lu?" Tanya balik Kiray Agustin yang terdengar mengesalkan untuk, Shopia.
"Ya maksud gue , ya lu. Apa Lu akan tetap seperti ini terus? Gak niat gitu untuk memulai yang baru seperti, Serly putri lu." Kesal Shopia yang justru membuat Kiray Agustin menghela napas.
Kiray langsung terkekeh dengan pertanyaan ambigu sahabatnya tapi untuk saat ini dia memang sedang tidak ingin memikirkan hal itu, setidaknya sampai Serly benar-benar menikah dan memiliki keluarga baru yang menyayanginya seperti dirinya. Sementara dirinya sudah terlanjut nyaman dengan kehidupan nya saat ini, meski beberapa kali sempat terpikir olehnya untuk menyerah tapi, Kiray Agustin dengan cepat bisa mendamaikan emosi dan kegundahan yang di rasa hatinya.
Tingkat kejenuhan seseorang memang tidak bisa di tebak dan di prediksikan tapi bukan berati hanya karena rasa jenuh itu kita akan menjadi gegabah dalam menentukan jalan hidup yang sejatinya sudah di persiapkan dengan matang.
Meskipun kita memang tidak akan pernah tau takdir seperti apa yang telah di garis kan untuk seseorang tapi bukankah bertahan dengan kesetiaan adalah satu pilihan. Anggap saja sampai saat ini Kiray Agustin masih berpegang teguh dengan kesetiaannya, kesetiaan yang murni dari hatinya karena rasa cinta yang begitu besar. Tak peduli seberapa besar rasa inginnya, janji tetaplah janji, dan dia yakin buah dari kesetiaan nya adalah hari yang indah. Entah itu kapan tapi Kiray yakin hari itu akan tiba, mungkin besok atau lusa, atau mungkin lusanya lagi.