"Zein, sebaiknya kau menikah! Usiamu sudah hampir dua puluh tujuh tahun dan gadis itu tidak akan bisa menunggumu lebih lama lagi," ucap Bu Yuyun meminta Zein putranya untuk segera melamar dan menikahi Serly kekasihnya. Serly adalah gadis cantik, lembut juga baik hati. Kurang lebih itu yang buk Yuyun bisa nilai dari seorang, Serly Agustin.
"Iya, mama. Zein akan segera memikirkan saran, mama." Ucap Zein
"Jangan hanya memikirkannya Zein, mama ingin kau bertindak. Mama sudah semakin tua, dan mama sudah sangat ingin memiliki cucu darimu," ucap Bu Yuyun seolah tidak terima dengan kata memikirkan yang putranya katakan tadi. Menurut ibu Yuyun permintaannya itu sangat sederhana dan putranya Zein pasti tidak akan keberatan untuk menurutinya, Selain itu ibu Yuyun juga yakin jika putranya juga mengingatkan hal itu.
"Sudahlah mah, mama jangan terlalu memaksa Zein, mungkin Zein masih ingin menikmati masa mudanya dulu dan tidak mau di ribet kan dengan urusan rumah tangga," ucap Adam terlihat tidak setuju dengan usul istrinya yang terus mendesak putranya untuk segera menikahi kekasihnya, jodoh, riski dan maut menang ada di tangan yang kuasa, tapi bukankah kita memang harus berusaha dan berikhtiar untuk semua itu.
"Papa ini selalu saja berkata seperti itu. Apa papa tidak ingin memiliki cucu? Lihat tu, buk Rani dan pak Burhan sudah punya cucu tiga, Padahal putra keduanya seumuran dengan putra kita." Tolak Yuyun tidak setuju dengan ucapan suaminya yang mengatakan Zein masih ingin menikmati masa lajangnya, sementara Zein hanya diam mendengar pendapat kedua orang tuanya. Jujur dalam hati Zein sangat ingin segara menikahi kekasihnya dan segera membawa kekasihnya kerumahnya dan tinggal juga tidur bersama. Aaaah membayangkan itu saja Zein sangat bahagia, bagaimana jika itu menjadi kenyataan, bisa-bisa Zein akan lebih betah di kamar bersama istrinya nanti.
Zein sangat mencintai Serly kekasihnya begitu juga dengan Serly, setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama saat Zein pulang dari kantornya dan terkadang menjemput Serly yang masih menyelesaikan semester akhir kuliahnya, hanya untuk makan siang bersama di jam istirahat Zein. Begitulah hari-hari yang Zein dan Serly lalui sebagai pasangan kekasih, tak ada kata ciuman panas apa lagi yang lebih dari kata ciuman. Hanya sesekali Zein memberikan kecupan di kening juga punggung tangan Serly sebagai bentuk rasa hormat nya pada wanita yang berstatus kekasihnya, dan Serly tidak pernah mempermasalahkan semua itu, karena dia menganggap itu sebagai cara Zein menjaga dirinya dari apa yang tidak semestinya terjadi antara sepasang kekasih pada umumnya. Jadi sekalipun Zein berdua di rumah mereka dengan Serly kekasihnya, Yuyun juga Adam akan tetap merasa tenang, karena mereka memang sudah sangat mengenal bagaimana watak putra mereka.
"Tenang saja ma, Zein akan segara membawa Serly ke rumah ini untuk menjadi menantu mama, ini memang sudah waktunya, kita akan menyusun rencana untuk melamar Serly akhir bulan ini, bagaimana?" Usul Zein memotong pembicaraan antara ibu dan ayahnya yang mungkin tidak lama lagi akan berdebat karena sama-sama mempertahankan pendapat mereka masing-masing, karena itu sudah sering terjadi. Saat keduanya mulai adu pendapat terkait masalah Zein yang masih juga belum bertindak untuk segara menikahi kekasihnya mereka akan mulai berdebat dengan ibu yang selalu ingin melihat Zein untuk segera menikah, dan sang ayah yang akan menolak usulan istrinya dengan tidak mau melihat Zein menikah buru-buru dengan alasan, Zein masih muda, perjalanan hidupnya masih panjang, masa depannya masih harus di tata, Zein harus benar-benar bisa mandiri dan Zein harus memuaskan masa mudanya dulu sebelum dia benar-benar siap untuk yang namanya berumah tangga. Jika sudah begitu kedua paruh baya itu pasti ujung-ujungnya akan berdebat hebat, dan berakhir saling mendiami satu sama lain, dan sungguh Zein sendiri tidak mau itu terjadi, karena jika ibunya sudah merajuk, bisa di pastikan rumah akan sepi, karena tidak hanya Adam ayahnya yang akan kena imbasnya tapi Zein juga juga kedua adiknya Zein akan ikut di diamkan.
"Tidak Zein. Papa gak setuju jika Zein memutuskan semua ini terburu-buru. Menikah bukanlah perkara hidup dan tinggal bersama, juga bukan perkara tidur dan membuat anak, itu tidak sesederhana yang terlihat. Kau harus benar-benar siap mental juga batin untuk bisa memutuskan jika kau ingin mengikat anak gadis seseorang." Tolak Adam lagi untuk kata yang di ucapkan putranya jika bulan depan dia siap melamar kekasihnya, Serly. "Apalagi Serly juga masih kuliah, paling tidak, dia bisa menunggu Serly menyelesaikan kuliahnya!" sambung pak Adam mencari alasan yang lebih bisa di terima akal sehat dan mudah di pahami oleh Zein juga istrinya Yuyun. "Jadi nanti mereka berdua bisa bekerja sama dan mantap untuk membangun usaha, atau mungkin nanti aku akan melimpahkan bisnis kita pada putra dan menantu kita." Jelas Adam panjang lebar berharap Zein dan Yuyun setuju dengan alasan yang Adam berikan tadi.
"Emang apa kendalanya, Serly masih bisa tetap menyelesaikan kuliahnya meskipun dia sudah menikah, toh juga dia sudah semester akhir. Mama pikir ibunya juga tidak akan keberatan untuk itu," imbuh Bu Yuyun kembali mendebat ucapan suaminya yang tetep bersikeras tidak ingin Zein putra mereka menikahi kekasihnya. "Lagi pula, ini juga demi kebaikannya Serly sendiri pah, Serly dan Zein sudah seperti lem dengan kertas, selalu nempel, mama takut aja jika mereka sampai kebablasan, meskipun mama yakin putra kita bisa menjaga nama baik keluarga kita, tapi yang namanya setan kadang tidak pilih-pilih ketika mulai menjerumuskan manusia dari yang namanya perbuatan tidak baik. Selain itu mama juga sangat menyukai gadis itu. Mama yakin jika dia bisa menjadi istri yang baik untuk putra kita," sambung Yuyun sambil menggenggam tangan putranya dan Zein langsung tersenyum sumringah dengan ucapan ibunya. Beda Zein, beda pula Adam. Adam terlihat kesal dan memilih berlalu dari ruang tengah rumah itu. Rasanya dia bisa gila jika terus berlama-lama berdebat dengan istri dan putranya yang tetep bersikeras meminta Zein untuk segera menikahi wanita cantik berambut hitam itu, Serly Agustin.
"Mama tidak tau apa yang di pikirkan papamu yang tetep mencegah mu untuk menikah. Percayalah Zein, mama memintamu untuk segera menikah agar mama bisa membantumu untuk mengurus juga merawat anak-anak mu nanti. Walaupun kau sudah cukup mapan dan mampu, peran nenek juga sangat di butuhkan nanti dan mama tidak bisa membantumu banyak jika mama sudah terlalu tua dan mungkin sakit-sakitan di hari tua, jadi mama ingin kau segara menikah dan mulai hidup mandiri," saran Yuyun semakin memberi motivasi untuk putranya agar memikirkan ucapannya tadi. Kesenjangan sosial terkadang jadi pemicu keinginan seseorang untuk segera mendapatkan keinginannya, begitu lah yang sedang di rasakan oleh ibu Yuyun. Beberapa teman seumurannya juga tetangga kiri dan kananya sudah mendapatkan menantunya juga cucu yang sangat manis dan menggemaskan, dan rasanya ibu Yuyun sangat ingin memiliki seorang cucu, terlebih lagi Zein putra pertamanya juga sudah cukup mantap dari segi usia juga kesiapan fisik, jadi apa yang perlu di pikirkan lagi.
"Iya ma. Zein mengerti. Nanti akan Zein coba bicarakan dengan Serly dulu, jika dia sudah setuju, maka kita bisa membuat janji untuk bertemu dengan orang tuanya dan menyampaikan niat kita untuk datang melamar putrinya," ucap Zein memenangkan kegundahan ibunya yang sempat mengatakan dia akan semakin tua dan sakit-sakitan, sungguh dia sangat ingin segara menikahi kekasihnya namun itu tadi ayahnya tetap menolak untuk membuat lamaran untuk melamar Serly kekasihnya. Zein sudah siap, bahkan sangat siap untuk itu dan kali ini Zain mantap untuk melamar Serly akhir bulan ini. Mungkin nanti akan dia coba untuk mendiskusikannya dengan Serly lalu meminta Serly untuk mengajak nya bertemu keluarganya, keluarga Serly.
Sudah lama Zein ingin mengikat Serly dengan hubungan yang lebih serius namun selain Adam ayahnya, Serly juga masih enggan untuk menerima Zein untuk segera nikahi nya . Zain hanya tidak ingin jika sewaktu-waktu dia, kekasihnya berubah pikiran dan berakhir berpaling darinya, sungguh dia takkan bisa hanya untuk membayangkan itu semua. Kita memang tidak pernah tau takdir seperti apa yang telah digariskan untuk kita di hari esok, entah itu sesuatu yang baik atau mungkin sebaliknya, dan selama hati dan keyakinannya masih berpusat pada satu tujuan yaitu mengikat kekasihnya ke status halal maka sebisa mungkin Zein akan segara menghalalkannya.