TARGET WANGI DAN EKATA

1009 Kata
Wangi terpaksa mengalah pada ketua yayasan dan kepala sekolah karena dia diancam bila hari ini membawa Senja dengan paksa’an padahal Senja-nya menangis menjerit-jerit maka dia akan dilaporkan sebagai pelaku penculikan, walau itu terhadap anak kandungnya sendiri. Kalau anaknya tidak mau berarti kan ada masalah, sehingga mau tak mau Wangi tentu saja mengalah. Bila dilaporkan sebagai penculik tentu dia tidak mau. “Rekaman CCTV sejak tadi sudah jelas bahwa Ibu memaksa. Pemaksaan seperti itu bisa dikategorikan sebagai penculikan berencana Bu. Itu jadi jelas apa pun alasan Ibu, Ibu akan kami laporkan bila bersikeras terus membawa Senja. Karena barusan Pak Biru sudah mengatakan semua terserah kami.” “Apa pun langkah yang kami akan ambil pak Biru menyetujuinya. Dia menyerahkan semua keputusan ada pada kami,” kata ketua Yayasan. “Aku mau pulang sama Mommy,” bisik Senja. “Tidak bisa, Miss Lala masih banyak pekerjaan. Kamu pulang dengan bik Siwa. Barusan sudah diberitahukan bahwa mamamu tidak akan membawamu pulang. Jadi tenang saja, kamu akan pulang bersama bik Siwa. Kamu akan aman sampai di rumah dan kita bertemu lagi besok oke?” kata Lala, dia juga berbisik. Akhirnya tanpa menjawab Senja mengangguk. Dia menerima dituntun Lala untuk mendekati bik Siwa bik Siwa pun langsung mendekat Senja. Dia memang menyayangi Senja seperti dia menyayangi Gerhana. Itu sebabnya Senja mau diasuh oleh bik Siwa, karena bibik itu tidak pernah merasa Senja merepotkan dirinya. Bik Siwa selalu berkata kewajibannya untuk membimbing dan mengasuh semua majikan kecilnya dan Senja tahu itu sejak dia berusia dua tahun. Semua itu sudah Senja bicarakan dengan bik Siwa secara batin. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Wangi memperhatikan Lala seorang guru yang baru dia lihat kali ini. Entah mengapa Wangi merasa Ibu guru tersebut mempunyai tempat tersendiri di hati anak kandungnya. Itu bisa terlihat karena Senja juga sudah pindah ke kelas Ibu tersebut. Tadi sebelum bel berbunyi Wangi sudah mencari Senja di kelas Miss Anin, kelas yang ia ketahui tempat Senja terdaftar selama ini, tapi tidak dia temukan, lalu dia temukan ternyata Senja sudah pindah ke kelas lainnya. Itu yang membuat Wangi benar-benar sangat tidak percaya. “Aku harus menyelidiki siapa dia, pasti akan ada jalur aku mendekati dia. Apa jangan-jangan malah dia Ibu dari Senja? Karena tadi aku dengar bisikan Senja, aku ingin pulang bersama mommy. Apakah dia ibunya Senja dalam artian calon istri Biru?” ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Mengapa belum juga kamu bisa giring Biru menjadi suamimu kembali? Masih saja kamu seperti itu. Sudah Papa katakan kamu harus berhasil mendapatkan Biru,” tegur Majeed Ekata Haz. “Sulit Pa. Tadi aku mau bawa Senja saja nggak bisa. Bagaimana aku mau tekan Biru kalau seperti ini.” “Bikin Senja celaka. Pokoknya kamu harus dapetin Biru. Kalau kamu jadi jandanya harta dia adalah hak milik kamu.” “Kalau Senja celaka itu nggak bisa Pa, otomatis Biru dan Tara langsung akan membalas kita dengan bom. Mereka pasti tahu kita pelakunya. Itu nggak mungkin. Kalau Papa mau dapetin Biru dan Tara bukan dengan membuat Senja celaka, tapi harus orang yang mereka cintai celaka misalnya Julanar Halwa ibunya Biru.” “Ya kalau tahu seperti itu, kamu bikin dong. Bagaimana sih. Begitu saja nggak bisa,” cecar Tsarwah Huwaida, istri kedua Ekata. “Nggak usah banyak mulut. Kamuvbukan apa-apa. Kalau kamu bisa, urus tuh dua anakmu. Enggak usah ngurusin aku. Perusahaan ini masih pakai otak aku, masih pakai tenaga aku. Kalian cuma numpang makan. Enggak usah bertingkah atau aku stop jatah kalian!” teriak Wangi pada Ibu tirinya. Ditegur seperti itu ibu tirinya tentu saja diam, karena memang dua anak lelakinya tidak bisa berbuat apa-apa. Kemampuan mereka sangat jauh dari Wangi. Itu sebabnya suaminya masih membiarkan Wangi yang memimpin perusahaan, tidak bisa diberikan kepada dua anak lelakinya yang memang tidak kompeten memimpin. Mereka hanya bisa bersenang-senang menghabiskan uang tidak seperti Wangi yang sangat hebat. “Aku yakin, begitu aku lepas perusahaan ini, kalian akan kolaps. Lihat saja kalau berani macam-macam sama aku. Aku lepas perusahaan ini. Aku nggak peduli. Ingat itu Pa, jaga anak-anakmu itu kalau nggak kepengen aku tinggalin kalian!” ancam Wangi pada papanya. Ekata juga tahu dua anak lelaki dari istrinya sangat lemah, hanya bisa bersenang-senang bermain perempuan walau pun mereka sudah punya istri. Dan idiotnya istri mereka juga tak peduli suaminya main perempuan, yang penting mereka punya duit untuk foya-foya juga. jadi benar-benar dua anak lelaki dan dua menantunya dari istri keduanya ini memang selalu membuat beban dirinya. Itu sebabnya dia tidak berani membuang Wangi. Apa pun yang Wangi katakan dia harus menuruti. Target mereka adalah mengambil hartanya Biru dengan cara membuat Wangi menjadi jandanya Biru. Padahal waktu itu mereka sudah berhasil akan menguasai Biru tetapi rahasia Banyu dan Wangi terkuak. Sebenarnya Wangi tak pernah mencintai Biru sedikit pun dia adalah kekasih Banyu Langit Syahab, adik kandung Biru. Banyu dan Wangi memang back street karena Majeed Ekata Haz, papanya Wangi tak merestui hubungan tersebut, sebab Banyu bukan pewaris utama sebuah usaha. Ekata hanya membolehkan Wangi berhubungan dengan pewaris sebuah usaha agar bisa mendapat warisan kalau suaminya meninggal. Itu sebabnya saat Wangi memberitahu keinginannya mendekati Biru Ekata tak melarang, dan Banyu hanya bisa pasrah yang penting dia tetap bisa berhubungan dengan Wangi. Menurut Wangi bila mereka ipar hubungan mereka tetap mulus, daripada dia menikah dengan orang lain, tentu tak mungkin Banyu mendekati istri orang dengan mudah. Walaupun sedih Banyu menerima waktu Wangi mengatakan dia akan menerima pinangan Biru. Wangi tak mengerti kalau Banyu itu indigo sama seperti papanya. Banyu sangat mencintai Wangi dia tidak bisa mencegah apa pun yang Wangi inginkan. Banyu tahu niat Wangi hanyalah hartanya Biru. “Aku izinkan kamu menikah dengan Biru, tapi kamu harus jadi milikku lebih dulu,” itu yang Banyu katakan ketika Wangi mengatakan akan menerima pinangannya Biru. Maka Wangi pun menyerahkan dirinya pada Banyu dan karena memang dia cinta pada Banyu perbuatan itu mereka lakukan berulang-ulang bahkan saat Wangi sudah menjadi tunangannya Biru. Suatu malam Wangi kaget mendapat telepon dari Biru kalau Banyu kecelakaan dan Banyu sengaja menyimpan ponselnya di rumah dia sudah mengirim pesan dengan waktu penerimaan yang diatur pesan tersebut masuk ke nomor papanya, nomor Biru, juga nomornya Wangi satu jam setelah dia meninggal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN