"Siapa kau?" Aku bergegas menarik kerah jubah hitam yang di kenakan oleh Pria asing di hadapanku.Namun tubuhku tiba-tiba kaku.Sambil merapalkan sesuatu,dia mengangkat tubuhku dengan satu telunjuk dan menghempaskannya ke lantai.Aku meringis kesakitan.Pria itu menghilang dalam sekejap.Siapa dia? Dari mana dia tahu soal Veya? Tadi itu sihir?
***
"Khal kami berangkat ya" Reya melambaikan tangan dari dalam mobil.Khal balas melambai sambil memaparkan beberapa hal yang harus di lakukan dan di hindari.Bara mendengar dengan saksama setelah beberapa kali gagal paham.Apakah selama ini dia belum pernah mendengar soal sihir di wilayah ini? Bahkan,selama berada di Hara Valge,ada beberapa pelancong yang bersebelahan dengan tenda kami sering bercerita tentang apa yang di lihat selama berkemah di sana.Santa misalnya,yaitu seorang remaja dari kota Khalke yang melihat beberapa ekor kelinci bersayap terbang di atas sungai Kally pada suatu malam.Tunggu! seingatku dia mengatakan bahwa peristiwa tersebut di alami pada malam dimana Veya juga menghilang.Apakah hilangnya Veya ada kaitannya dengan sihir?
"Cepetin laju mobilnya!"
"Oke" Setelah hilangnya Veya yang menyisahkan sedih,di sisi lain ada angin baik yang menyertai.Bara yang biasanya kaku dan tidak pekaan,sekarang sudah sedikit lebih mendingan.Reya yang sering kali harus meninggikan nada bicaranya agar Bara sedikit lebih care mendengarkan keluhan hubungan mereka pun kini lebih banyak menyimpan tenaganya untuk sesuatu yang lebih berguna.Setelah di pikir-pikir Veya dan Bara tidak ada bedanya.Sama-sama manusia batu.
Setelah menempuh perjalanan selama satu jam lebih,mobilpun memasuki gerbang selatan Hara Valge.Di perjalanan tadi kami berunding beberapa hal dan memutuskan mendirikan tenda di samping sungai Kally di bawah lembah utara.Cahaya senja seolah mengucapkan selamat datang kembali,begitu jua alam Hara Valge.Hembusan angin sepoi-sepoi yang perlahan mulai berubah kencang,menerbangan helaian rambut Reya yang terurai.Dia adalah perempuan yang tabah atau mungkin masa bodoan.Beda dengan Veya yang jika rambutnya tersapu angin,selalu dengan cepat ia mencari kunciran rambut yang terkadang sebenarnya tidak di bawanya sejak awal dan jika tidak ia dapatkan,kami bertiga akan jadi sasaran tuduhan menyembunyikan benda tersebut.Dia perempuan yang menyebalkan memang.Ah Veya lagi!
Senja kian meremang dan malam mulai memeluk peradaban Gunung putih.Dari arah belakang tenda ada sebatang pohon pinus rindang dengan warna sedikit menguning padahal musim gugur belum tampak batang hidungnya.Aroma khas kopi tubruk yang di sedu bara menghangatkan hawa sekitar.Reya tak kalah sibuk memanaskan bekal yang di berikan Khal tadi.
"Bro mau lagi?" Bara mengangkat segelas kopi yang sedang di saring ampasnya.Ini sudah gelas ke 3 kopi hitam buatan Bara mengaliri rongga tenggorokan.Setelah beringsut di sampingku yang berada tepat di depan tenda,Reya mulai membuka percakapan.
"Jadi gimana? Kita tunggu aja di tepi sungai itu?" Matanya melirik ke tepian sungai Kally.
"Niatnya gitu.Tapi kalau lo ngantuk biar kita berdua aja Re" Bara menimpali setelah menyeruput kopi.
"Enggak,Aku juga mau ngeliat kelinci terbang yang di ceritain sama Santa" Reya menggeleng cepat.Kami bertiga memang sengaja ke tempat ini dengan menggunakan petunjuk Santa sebagai alibi utama.
"Ngomong-ngomong,soal cahaya kuning kemarin kalian ngeliat ada simbol gak yang di guratin?"
"Kata Amihanan! "
"Hah? Kok yang gue liat malah bentuknya kayak batu gitu ya?"
"Wait ! Amihanan? kata itu muncul di mimpi gue semalam.Sorry telat.Lo berdua udah ngorok"
"Kita udah tau,Khal udah cerita tadi waktu lo lagi mandi"
"Terus Bay! Batu? Bisa lebih spesifik? Masih absurd banget visualisasinya"
"Pokoknya tumpukan batu warna putih gitu....Bentar itu kayak... !!"
"Batu yang kita dudukin bareng Meden dan Timnya!!" Kami bertiga berseruh serempak lalu saling memandang satu sama lain dengan perasaan bingung.Entah apa yang di bingungkan pun aku juga bingung.Sepertinya ada suatu perasaan aneh yang muncul bersamaan.Entah mengapa ketika kami berseru,suara gemericik sungai terdengar lebih nyaring.Ketika kami diam sejenak suaranya kembali tenang dan samar.Ku lirik jam di tanganku yang tiba-tiba berhenti berdetak.Dengan isyarat mimik wajah aku menyuruh Bara dan Reya untuk mengecek jam di pergelangan masing-masing.Dan benar saja,jam kami bertiga sama-sama berhenti berdetak.Hawa dingin mulai merasuk sendi-sendi,membuat bulu kuduk meremang sampai ke ubun-ubun.Sensasi asing begitu terasa.Reya terlihat cemas namun dia berusaha mendapatkan kembali fokusnya dengan tenang.Ini seperti perkiraan Khal.Kami benar-benar beruntung bertemu dirinya.Sekelebat bayangan terlihat melintas mendekati pohon pinus yang berada di belakang tenda dan menimbulkan suara gesekan ranting.Mata kami selaras menatap tanpa berkedip.Pohon kembali hening.Suara derap langkah kaki misterius terasa kian mendekat dari semak belukar.Jantungku hampir melompat ketika sesosok makhluk tengah menampakan diri di hadapan kami.Dengan cepat,dia terbang mendekat,sangat dekat.Hanya berjarak 4 langkah.
"Kalian masih terjaga rupanya..ha ha ha"
"HANNNNN.... TUUU!!!" Sebuah lengkingan keluar bebas dari mulut Reya.Aku dan Bara masih mematung.Seorang wanita dengan balutan jubah putih berbulu itu menatapku lekat.Aku melirik ke arah Bara yang masih melotot ketakutan dalam diam.Aku penasaran dengan bentuk apa yang ia lihat.Apakah hantu menyeramkan,tapi aku melihat gadis cantik.
"Apa kau takut padaku?" Perempuan itu bertanya dengan nada sarkas.
"Perkenalkan! Aku Sapheda! Tidak perlu takut karena aku bukan hantu atau roh jahat.Ini sudah memasuki waktu kebangkitan dan aku sangat senang kedatangan tamu karena selama ini para bangsa Manusia tidak pernah lagi berkemah di area ini sebab mereka mengira ada roh jahat yang menguasai wilayah ini"
Dia benar-benar berbicara dengan satu tarikan nafas.Tanpa di sadari tubuh kami kembali rileks dengan sendirinya dan jampun mulai berdetak kembali.
"Sapheda? Apakah kau induk para kelinci terbang?" Reya dan Bara bersamaan melempar tanya.Ah rupanya kali ini kami melihat bentuk yang sama.
"Ya! Hi tampan! Siapa namamu?" Dia terus menatapku dengan senyum lebar.Terimakasih sudah menyebutku tampan namun warna matanya masih membuatku bergidik dalam lamunan.Matanya indah berkilau bagai kristal biru.
"Troya" Singkat ku jawab.
"Troya? Tunggu! Apakah kalian bertiga temannya si Gly?"
"Gly..Who? " Reya memiringkan kepala.
"Ah maksudku Gadis Kuning"
"Ve..ya?" Aku terbatah.
"Oh namanya Veya? Aku tidak tahu namun dia bangsa Manusia yang baru beberapa waktu lalu di bawa oleh Dewi Halla ke Beltza"
Bagai lorong kelam yang mulai di tembus cahaya,pelupuk mataku mulai tergenang.Ini adalah secercah cahaya yang telah lama kami tunggu.Sorot mata kami perlahan menemui binar kehidupan.
"Ahaa! Apakah tujuan kalian ke tempat ini untuk mencari teman kalian? Jika iya maka aku bisa membantu.Tapi,ada syaratnya"
"Apa itu?"
"Setelah kalian berhasil walau ini tidak mudah,ingat untuk merekomendasikan tempat ini ke manusia di luaran sana agar mereka mau berkemah disini.Terkhususnya pria-pria tampan.Aku sangat menyukai pria tampan dari bangsa Manusia"
Rupanya si induk kelinci mata keranjang.Baiklah.Pharel,Erik,Juna dan Evan bisa jadi pilihan terbaik setelah berhasil kembali nanti.
"Sepakat!" Kali ini Bara mendahuluiku.
"Baik! Sekarang dengarkan.Waktu kebangkitan kami hanya sampai 2 jam dan selama waktu itu aku akan membantu kalian karena setelahnya aku akan menghilang.Aku akan membawa kalian ke Amihanan.Portal hitam di utara.Portal akan terbuka dan hanya bisa di masuki oleh manusia yang memiliki unsur cahaya hitam yang menyelubunginya"
"Maksudmu Aura?"
"Ya ! Hara Valge adalah salah satu dari 7 gerbang pembatas yang tersebar di alam semesta,sekat antara dunia Manusia dan Dunia Magis.Jadi,di setiap sudutnya memiliki banyak portal.Portal-portal ini adalah jalan bercabang yang berbeda untuk menuju Negeri fahazavana alias negeri Cahaya.Untuk gerbang Utara,itu menuju kota Beltza.
"Jadi ada banyak kota disana?"
"Ya! Beltza adalah Kota hitam.Semua kota memiliki nama yang sesuai warnanya.Beltza adalah kota para penyihir.Di tempat itu semua bangunan berwarna hitam dan penduduknya memakai jubah hitam.Jadi jika ada warna lain disana maka akan terlihat jelas.Usahakan ketika disana kalian harus mendapatkan jubah hitam"
"Tapi kenapa Veya bisa masuk padahal auranya Kuning?"
"Karena Dewi Halla menyukainya jadi dia pengecualian dan aku juga bingung kenapa kalian bisa di lingkupi aura kuning yang melapisi aura asli kalian yang memiliki warna berbeda.Tapi itu sebuah keberuntungan karena setiap portal akan membaca warna kalian.Jika ada warna asing yang sudah berhasil memasukinya maka jejak warna itu akan tersimpan ke dalam memori portal dan kalian bisa memasuki portal itu selama ada unsur warna kuning di tubuh kalian yang mirip dengan unsurnya Veya.
Di tengah penuturannya,kami telah sampai di Amihanan hanya dengan kedipan mata.Sebuah portal berwarna hitam telah terbuka di hadapan kami.Dengan segala cemas,kami menoleh ke arah Sapheda.
"Terimakasih"
"Yuhuw! Masuklah! Ingat bahwa kalian hanya bisa keluar lewat portal hitam ini atau portal berwarna kuning.Namun,jika cahaya kuning di tubuh kalian hilang,maka kalian harus berpencar mencari portal berbeda sesuai warna Aura kalian.Byee" Sapheda menghilang bersamaan dengan langkah kami memasuki portal.