“Aku tahu kamu tersinggung, Sy. Namun percayalah, aku sama sekali enggak bermaksud—” Tentu saja, Livy langsung mencoba menyetir kendali. Livy berusaha menguasai keadaan karena ia tak mau disalahkan. Terlebih sejauh ini, Arsy yang bersahaja, terbilang tegas dan selalu melantangkan setiap kemarahannya. Arsy bukan wanita desa biasa. Di matanya, Arsy wanita desa yang cerdas meski Arsy mengaku hanya lulus SMP dan itu pun semacam kejar paket. Livy masih ingin selalu menjadi yang terbaik di mata Daven. Apa pun itu, akan ia lakukan asal posisinya tetap aman. Tanpa peduli ia harus menciptakan segudang kebohongan hanya untuk di posisi itu, Livy sungguh akan menghalalkan segala cara. Arsy tersenyum getir. Sudah ia duga, Livy bukan sekadar belut yang sulit ditangkap apalagi jika dalam kondisi licin.