“Ailee, bangun!” Ailee terhentak dari tidurnya. Wanita itu terbangun dengan wajah pucat, butiran peluh seakan mengucur dari wajahnya. Rupanya yang elok kini diwarnai dengan terror. Ia menunduk hanya untuk melihat kedua tangannya yang gemetaran keras dan baju tidur yang ia kenakan basah oleh keringat. Mimpi buruk ... sesorang menembak Abraham. Mimpi yang sangat buruk. “Minumlah. Sepertinya kau mengalami mimpi buruk.” Hinano ada di sebelahnya, memberikan segelas air putih. Ailee menerima gelas itu dengan tangan gemetar, membuat isinya bergolak, kemudian menegaknya hingga habis tanpa mengatakan apa pun. “Maaf, aku masuk sembarangan. Kau tak kunjung membuka pintu meski berkali-kali kuketuk,” ucap Hinano dengan keresahan yang tidak bisa diartikan oleh Ailee.