6

507 Kata
Qisti lebih suka keluar rumah dengan motor dari pada dengan mobil, menurutnya keluar dengan motor membuat dia leluasa mampir di mana saja tanpa harus pikir parkiran, dan dia sering bosan melewati jalan besar, jadi dia lebih mudah memotong jalur lewat gang-gang sempit. *** Di Dayah Nurul Huda, Nizam sedang bersiap-siap untuk mengajar. “Nizam, kamu antar Abi sebentar ke tempat pengajian Abi, yang biasa mengantar Abi lagi kurang sehat.” “Bisa Abi, kita pergi sekarang, biar tidak telat sampai di sana.” “Ayuk jalan.” Nizam masuk ke dalam mobil Abinya dan menyalakan mobil, Abinya masuk dan duduk di sebelah Nizam. Mereka langsung membelah jalan aspal yang terlihat uap panas karna terbakar sinar matahari. Sriitttt ... Nizam menekan rem secara mendadak karna sebuah motor moge tiba-tiba keluar dari depan mereka dan menyalip mobil-mobil yang lain dengan cepat. “Astagfirullah, cewek tapi bawa motor kok ugal-ugalannya lebih dari lelaki,” ucap Abinya Nizam. Nizam hanya diam, dia memperhatikan motor sekaligus perawakan perempuan tersebut dari belakang, sekilas mirip perempuan yang telah membuat jantungnya berdebar tak karuan. “Tapi masak iya dia, gak mungkin ah, mana mungkin dalam seharian ini aku bertemu dia bisa sampai 3 kali,” batin Nizam yang terus melajukan mobil dengan hati-hati. “Kalau kamu cari calon istri nanti, carikan yang baik agamanya, demi keturunan kamu juga, biar dia bisa membimbing anak-anak kamu ke jalan yang lurus, jangan seperti perempuan seperti tadi, untuk menutup aurat saja dia tidak peduli,” ucap Abinya Nizam. “Iya Bi,” hanya itu yang keluar dari mulutnya Nizam, dia sedang mempertimbangkan ucapan Abinya dengan rasa yang baru saja tumbuh di hatinya, dia sebenarnya sangat ingin membunuh rasa itu, tapi batinnya terlalu lemah dengan rasa cinta yang sudah membuncah. Nizam melewati butik yang di datangi oleh Qisti untuk mengantar Abinya ke majlis pengajian di dusun Paloh Mambu. “Nanti kalau sempat kamu jemput Abi lagi ya, kalau tidak sempat, pesankan taksi untuk Abi,” ucap Abinya Nizam sambil turun dari mobil. “Nizam jemput saja Abi, walaupun agak lama ke sini tidak masalah, yang penting Nizam bisa pastikan Abi pulang ke rumah dengan baik.” “Ya sudah, Abi masuk ke masjid dulu, Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam warahmatullah,” jawab Nizam sambil memutar setir mobilnya untuk berbelok. ... “Wah, sepatu ini keren banget, sumpah ini keren banget!” ucap Qisti yang kegirangan karna sepatu incarannya masih ada stok. “Itu memang khusus kami simpan untuk Mbak, sudah banyak pelanggan yang datang ingin membelinya, tapi kami bilang sudah laku,” ucap karyawan butik yang datang menghampiri Qisti. “Ah baik banget kalian, ingat saja kalian sama aku,” sahut Qisti sambil bergaya di depan cermin setelah memakai kedua belah sepatunya. “Iya dong, kan Mbak sudah jadi pelanggan setia kami.” “Bungkus ini Mbak ya, saya harus pulang dengan cepat, kalau tidak, uang saku saya bisa dipotong sama Mama.” “Baik Mbak.” Karyawan butik itu langsung membungkus kembali sepatu yang telah di buka oleh Qisti ke dalam kotaknya dan memasuki ke dalam totebag logo butik mereka. “Terima kasih Mbak ya, sering-sering mampir lagi ke sini,” ucap Karyawan itu sambil menyerahkan barang yang telah di bayar oleh Qisti dengan kartu debit milik Papanya. “Sama-sama.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN