“Santi, apa ini? Kamu sedang datang bulan?” Herman memerhatikan darah yang memenuhi miliknya yang baru saja ia cabut dari milik istrinya. Santi menggeleng, “Masa datang bulan lagi? Aku’kan baru seminggu yang lalu selesai datang bulan.” Santi bersusah payah untuk bangkit dan duduk. Ia memerhatikan bagian bawah tubuhnya, banyak darah yang keluar dari jalan lahirnya. “Kak, tolong ambilkan aku pembalut.” Suara Santi melemah. Kepalanya mulai berkunang, sementara darah itu terus mengalir cukup deras. Herman berdecak. Ia segera mengenakan celananya dan pergi keluar kamar mencari Ara untuk menanyakan dimana pembalut. Santi sendiri sudah mengenakan kembali pakaiannya dengan baik. Santi berjalan perlahan menuju tas miliknya, mencoba mencari benda yang ia butuhkan yaitu underwear untuk melindungi