32. Ruangan Rahasia Dalam Klub Malam

914 Kata
Dalam penyamaran untuk menyelidiki tujuan Delvin mengunjungi klub malam tanpa didampingi siapa pun, akhirnya Jenny dan Yuni pun memutuskan memasuki ruangan laknat itu secara bersamaan. Kedua gadis cantik itu tampak berjalan sempoyongan memasuki lorong yang ternyata banyak sekali diisi oleh para pejabat mengejar kesenangan duniawi. Kebanyakan dari mereka menyewa wanita bayaran untuk hiburan satu malam. Salah satu sumber penghasilan yang sangat cepat untuk mencari uang banyak. Terlihat dari mereka mulai menggoda para pejabat setengah mabuk itu dengan minuman beralkohol, membuat Jenny yang melihatnya merasa miris di balik tatapan sayu menggoda tersebut. Pandangan tidak jauh berbeda dari Yuni yang diam-diam merasa kesal dengan para pejabat selalu mengandalkan uang rakyat hanya dijadikan kesenangan semata. Tentu saja banyak berita pembangunan yang terbengkalai akibat keuangan negara semakin menipis, padahal rakyat selalu membayar pajak dengan taat. Akan tetapi, kebanyakan para koruptor memanfaatkan kesempatan tersebut hanya untuk memberi keuntungan pada dirinya sendiri. Membuat banyak rakyat yang masih kesulitan dalam perekonomiannya. Selain uang yang lari tanpa tujuan, lapangan pekerjaan pun semakin sulit. Membuat tidak sedikit para pengangguran melakukan tindak kejahatan demi membebaskan dari kesulitan ekonomi yang semakin mencekik. “Ayo, kita bersenang-senang!” seru Jody berjalan dengan merangkul dua gadis cantik yang berpura-pura mabuk. “Minum sampai pagi!!!” timpal Yuni mengangkat botol minuman kosong yang ditemukan ketika dirinya melangkah masuk. Jenny yang merasa konyol jika harus mengikuti mereka berdua hanya tertawa geli layaknya orang gila. Ia benar-benar tidak tahan dan merasa seperti orang bodoh sampai melakukan hal seperti ini. Namun, di tengah kegiatan merutuki diri sendiri yang mengambil langkah gila. Tiba-tiba kedua langkah kaki Jenny terpaku tepat di depan pintu alumunium yang tertutup rapat. Membuat gadis itu memandangi ke arah Jody yang ikut mengernyit bingung. “Pintu apa ini?” tanya Jenny penasaran. Jody menggeleng pelan, lalu menjawab, “Aku tidak tahu. Tapi, kalau dulu ini tempat kasino berada. Sampai tempat ini diubah drastis dan tidak ada yang boleh masuk sampai sekarang. Jadi, kebanyakan tamu VVIP hanya melewati begitu saja.” “Kita harus membukanya!” putus Yuni memegang pegangan kunci tersebut. Sayangnya semua tidak berjalan lancar sesuai keinginan. Ternyata pintu tersebut tidak semudah dibayangkan. Membutuhkan kunci khusus yang bisa membuka pintu tersebut. Sebab, terlihat smart lock terpasang di sana. Membuat kegiatan membobol rasanya sia-sia saja. Bukan hanya sia-sia dalam membobol tempat tersebut, karena pada kenyataannya mereka bertiga akan tertangkap basah telah melakukan hal pelanggaran di dalam klub. Berniat mencuri, membobol, dan menyelinap tanpa izin. “Apa yang harus kita lakukan?” tanya Jenny menautkan sepasang alisnya dengan bingung sekaligus penasaran. “Jangan bilang …,” gumam Jody mencurigai sesuatu, kemudian mulai membuka pintu tersebut dengan gerakan pegangan pintu dinaikkan ke atas. Dan benar saja, terdengar suara klik yang menandakan kunci pintu terbuka membuat lelaki itu menganga terheran-heran. Sampai Yuni pun dalam keterkejutannya memberikan dua jempol pada Jody yang terpikirkan membuka kunci dengan gerakan aneh tersebut. “Bagaimana lo bisa ngebukanya, Jod?” tanya Jenny membuka pintu tersebut yang memperlihatkan ruangan besar berisikan banyak komputer dan hardware pendukung lainnya. “Ini pernah menjadi tindakan ketika gue masih nge-gym di Amerika, Jen,” jawab Jody menatap tidak percaya. “Ya udah, ayo! Jangan kebanyakan ngomong sebelum ketahuan pengawal di depan!” ajak Yuni menarik tangan Jody yang masih berdiri di depan pintu ruangan,sedangkan Jenny sudah masuk lebih dulu sejak tadi. Sejenak ketiganya yang memasuki ruangan tersebut hanya bisa menatap bingung ke sekelilingnya. Entah kenapa ruangan itu tampak tidak seperti ditinggalkan dengan sengaja, melainkan hanya digunakan ketika mendapatkan kepentingan sesuatu. Di sela kegiatan mencari Delvin dengan sesuatu yang cukup menarik ada di sini. Sebab, tepat pintu terbuka lebar Jenny langsung melangkah menghampiri salah satu komputer yang ternyata milik seorang perempuan. “Menurut kalian berdua, kira-kira orang seperti ini hanya untuk menghindar sesuatu atau melakukan kejahatan internet?” tanya Jenny mengitari tatapannya sekeliling ruangan. “Aku akan melihatnya dulu,” jawab Yuni mulai menyalakan salah satu komputer yang mati di dalam ruangan tersembunyi. Sedangkan Jody tampak gugup menunggu kegiatan dua gadis yang terlihat penasaran. Lelaki itu tampak sangat takut jika ketiganya kepergok di dalam ruangan. Apalagi yang menjadi masalah pada dirinya yang telah melakukan sesuatu melanggar ketentuan klub malam langganannya. “Jenny, cepat ke sini!” seru Yuni cukup keras.Sontak hal tersebut membuat Jenny yang terlihat melihat-lihat keadaan pun langsung menghampiri sahabatnya. Ia menatap ke arah layar komputer yang memperlihatkan banyak sekali user di sana. Membuat kening gadis itu berkerut bingung. “User apa ini?” tanya Jenny menunjuk ke arah IP Address dengan domain dari Italia. “Gue curiga kalau ini jadi server seluruh transaksi yang dilakuin sama orang itu,” jawab Yuni mengangguk singkat dan mencari IP Add yang terlihat sedang melakukan kegiatan. “Lo lihat IP ini mungkin sekilas enggak ngapa-ngapain, tapi sebenarnya dia lagi ngegunain server di sini.” “Di mana mesin servernya?” sahut Jody penasaran. Yuni menoleh sesaat, lalu menggeleng pelan. “Gue yakin mesinnya enggak akan jauh dari tempat ini.” Tanpa disadari dua pengawal tampak berpatroli melakukan kegiatannya dengan sesekali menatap ke arah pengunjung klub. Sampai pandangan salah satu dari kedua pengawal itu pun terpaku pada ruangan yang terdengar cukup berisik membuat kedua pengawal tersebut merasa curiga. Kemudian, kedua pengawal itu pun berjaga-jaga di depan pintu sembari memutar handle pintu ke atas membuat suara klik mengejutkan tiga orang yang ada di dalam. Sontak Jody, Jenny, dan Yuni tidak siap pun langsung mendelik tidak percaya. Terpampang ruangan kosong dengan komputer yang menyala tepat di atas mejanya terdapat beberapa barang milik perempuan. Untung saja Yuni menyalakan komputer tersebut, sehingga tidak terlalu mencurigakan ketika mereka nyaris ketahuan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN