13

2515 Kata
Happy reading and Enjoy~ Malam itu udara terasa sejuk, angin juga melambai-ambai, menghantarkan hawa dingin yang membuat lengan Elina meremang. Meskipun saat ini anginnya cukup membuat seseorang berada di balik selimut, pemandangan di langit benar-benar bagus. Ribuan bintang-bintang bertebaran, bersamaan dengan bulan sabit yang tampak mengecil di langit. Sebenarnya saat ini ia bersiap-siap ingin tidur, pikirannya yang terlalu banyak masalah butuh istirahat, tetapi Elina tahu dia tidak bisa mengabaikan pemandangan indah di langit luar pada saat ini. Membuat kakinya melangkah ke arah balkon. Melihat taburan bintang yang memantulkan cahayanya sendiri itu. Saat ini ia hanya ingin tenang, melupakan siapa dirinya sebenarnya, melupakan balas dendamnya pada Aslan, dan juga melupakan darah tanggungjawab yang mengalir di nadinya. Elina memejamkan matanya, menghirup dalam-dalam aroma angin yang terasa segar. Samar-samar ia seperti mencium aroma tembakau, bercampur besi dengan tambahan mint yang sangat familiar.  Tunggu, ia seperti mengenal mengenal aroma ini, juga samar-samar tercium aroma darah. Itu adalah aroma khas tubuh Aslan, tetapi tidak mungkin laki-laki itu datang mengunjunginya ke kamar.  Aslan sendiri yang mengatakan bahwa lelaki itu akan meminum darahnya seminggu sekali, tidak mungkin dia datang hari ini. Jika seperti itu, bukan seminggu sekali, tetapi setiap hari. Aromanya begitu kuat, ia langsung membuka kedua matanya dan berpaling cepat. Elina mendapati Aslan dengan jubah warna hitam berdiri menatapnya dengan intens. Kapan sih lelaki itu tidak menatapnya dengan tajam? Oh, bukan hanya menatapnya, tetapi menatap semua orang sepertinya. Aslan tidak bisa berbuat ramah kepada siapa pun. Karena terlalu terkejut ia sampai lupa membungkukkan badan untuk memberi salam, hanya mematung. Pasalnya saat ini ia sedang mengenakan baju yang begitu tipis, rambutnya juga sudah terurai berantakan, wajahnya tanpa riasan. Seharusnya permaisuri yang didatangi oleh raja pada malam hari harus berdandan, memakai wewangian dan baju yang bagus, tapi nyatanya dirinya berdiri dengan berantakan seperti ini. Berhubung karena Aslan yang datang tanpa diundang, tidak masalah bukan ia berpakaian seperti ini? "Salam, Yang Mulia. Maafkan saya karena tidak menyadari kehadiran Anda." "Apa yang kau lakukan di balkon malam-malam begini?" Mata Aslan menyipit, seolah lelaki itu sedang menyelidiki sesuatu, tapi apa yang harus diselidiki darinya? Oke, mungkin karena ia sedang menyiapkan rencana untuk balas dendam pada lelaki itu, tapi saat ini dirinya tidak melakukannya. Ia hanya duduk diam di dalam kamar. "Saya hanya melihat bintang yang indah, Yang Mulia. Apakah tidak boleh?" Itu sebuah pertanyaan yang menantang, seharusnya tidak boleh diucapkan. Apa boleh buat, kehidupannya sebagai rakyat biasa dulunya, membuatnya sedikit kelelahan ketika berpura-pura menjadi putri kerajaan. Apalagi berpura-pura menjadi ratu, ia pernah mengungkapkan identitasnya di depan Aslan. Lelaki itu mengetahui dirinya bukan Putri Daviana, wajar saja Aslan menaruh curiga kepadanya. Aslan berjalan mendekat ke arahnya, lelaki itu berdiri di sampingnya dan menatap langit hanya sebentar. Tatapannya beralih kepada pemandangan dari atas balkon. Balkon di tempat Elina tidak mengarah ke halaman Alvar dan ia juga menuju kesini menggunakan teleport. Tidak mungkin ada orang yang bisa mendahuluinya, sekalipun dia keturunan Dewa. "Apakah kau tahu halaman Alvar?" Elina menggeleng. "Tidak, Yang Mulia. Apa itu?" tanyanya dengan nada bersahabat. Aslan mengibaskan tangannya ke udara. "Lupakan, lebih baik kau tidak tahu dan segera tidur. Ini sudah malam, aku tidak ingin melihatmu berdiri di balkon dengan tangan terbuka."  Setelah mengatakan itu, Aslan pergi, lelaki itu tidak menggunakan kekuatannya. Meninggalkan Elina yang meremang, tidak, bukan karena ia kedinginan, tetapi karena Aslan yang sedikit perhatian.  Mungkin saja ada sesuatu yang merasuki pikiran lelaki itu, mengangkat kedua bahunya ringan, Elina melangkah riang ke tempat tidur. Ia mulai terlelap, tanpa sadar lupa menutup pintu balkon, membuat seseorang berdiri di sana memperhatikannya yang tidur dengan tatapan dingin.  Ada berbagai emosi dalam matanya, antara hasrat untuk membunuh dan juga hasrat untuk menahannya lebih lama. Cukup lama seseorang itu berada di sana, tidak melakukan apa pun, hanya memperhatikan Elina tidur.Saat merasa cukup, dia memilih pergi, tidak ingin membuat Elina terbangun. Saat malam para pelayan diberi kebebasan untuk tidur di tempat masing-masing, baik dia pelayan Ratu mau pun Raja. Hal itu membuat Raja dan Ratu tidur tanpa pengawasan, tetapi tentunya para pengawal masih tetap berjaga. *** Seharusnya Alasjar adalah kerajaan yang damai, sejak beberapa tahun Aslan yang memimpin, mereka tidak pernah lagi dijajah. Tidak ada gangguan hidup, semua dalam kedamaian, tetapi bagaimana bisa saat ini ada pemberontakan.  Ada pembunuh bayaran yang tidak dikenal, ketika itu Aslan sedang berada di ruangan kerjanya seperti biasa. Ia melihat-lihat peta dan juga membaca buku. Borz datang dengan terburu-buru, lelaki itu langsung membungkuk. "Lapor, Yang Mulia. Ada kekacauan di desa Dyras di daerah timur dekat perbatasan. Menurut laporan, tadi malam mereka diserang oleh sekelompok orang yang berpakaian hitam dan memakai penutup wajah. Mereka seperti pembunuh bayaran atau bisa juga ninja. Saya sudah mengkonfirmasikan bahwa bukan dari kerajaan tetangga yang melakukannya, mereka terlalu takut pada Anda. Ada oknum lain yang ingin memecah belahkan kita dengan negara tetangga dan juga mereka mengirimkan wabah penyakit. Sumber kehidupan di desa itu dari air sungai, di alirkan pada rumah warga-warga dan mereka juga minum, mandi, dan beraktivitas dengan air itu. Hampir seluruh desa sakit, tubuh mereka dipenuhi bintik-bintik merah yang mengeluarkan darah. Para tabib belum menemukan obatnya karena ini jenis penyakit baru, saya tidak tahu apakah tabib istana bisa menyembuhkannya atau tidak, yang menjadi bahayanya penyakit ini menular." "Berapa banyak pembunuh bayaran itu?" "Cukup banyak, Yang Mulia. Saya tidak tahu berapa yang pasti jumlah mereka, tetapi mungkin sekitar lima puluh orang." Aslan tersenyum sinis. "Satu desa tidak bisa mengalahkan lima puluh orang. Apakah ada benda-benda kecil yang tidak sengaja dijatuhkan mereka? Seperti logo kerajaan lain, atau logo mereka sendiri. Berani-beraninya mereka menyerang Alasjar. Mereka cari mati, baiklah, bawa aku ke desa itu, aku ingin melihat kekacauan yang ada di sana. Sementara kau tetap berjaga di sini, lindungi istanaku. Jika terjadi apa-apa, kau tau apa yang akan terjadi." Borz langsung menunduk. "Baik, Yang Mulia." Berita itu langsung cepat menyebar ke seluruh istana, bahkan ke warga desa. Mereka dipenuhi ketakutan, karena belakangan terakhir desa-desa yang lain dirundung kecelakaan-kecelakaan kecil, seperti menghilangnya beberapa sembako yang akan dibagikan, juga terjadi maling kecil-kecillan di rumah warga. Sebelumnya Aslan memiliki pengamanan yang ketat, jarang ditemui maling atau perusak lainnya, tapi akhir-akhir ini begitu banyak maling. Dan menurut pengakuan warga, mereka melihat maling dengan sosok yang sama, memakai baju berwarna hitam dengan penutup wajah. Belakangan terakhir pendapatan menurun, barang dagangan menghilang di laut, para warga mengaku bahwa mereka di cegah oleh bajak laut, tetapi Aslan yakin bahwa itu adalah perbuatan salah satu dari lima puluh orang yang menyebarkan penyakit di desa Dyras. Dua bulan yang lalu berita-berita masuk di meja kerjanya, tentang pencuri dan keamanan yang semakin menurun, tetapi Aslan tidak memedulikannya, ia menganggap itu adalah hal yang biasa terjadi seperti yang sebelum-sebelumnya.  Dan ia menganggap juga itu adalah masalah yang sepele, tetapi saat ini, ketika semua bukti dikumpulkan, mengarah pada mereka, pembunuh bayaran yang misterius. Untuk saat ini ia tidak punya kecurigaan pada siapa pun, karena semua kerajaan di bawah kendalinya. Mereka telah menandatangani kesepakatan di atas kertas putih dan hanya orang-orang bodoh yang ingin mencari masalah dengannya. Jika dikatakan, mereka sebagai pemberontak yang kebetulan membenci Aslajar tentunya tidak mungkin.  Aslan yakin jika mereka adalah pembunuh bayaran yang tidak memiliki negara, mereka ada hanya untuk di sewa oleh orang-orang yang haus kekuasaan seperti dirinya, tapi dia tidak pernah menyewa, ia selalu bisa melakukan apa pun dengan baik termasuk meratakan kerajaan-kerajaan kecil saat ini. Setelah mendengarkan kabar yang tidak mengenakkan pagi itu, ia langsung bersiap-siap, mengemas barang-barangnya. Seorang raja tidak cocok mengemas barang-barangnya, tetapi ia sudah terbiasa untuk itu. Dan ia tidak membiarkan pelayan yang melakukannya karena itu sudah menjadi kebiasaannya dulu, ketika dirinya berada di Sekolah Istimewa yang dibawa guru Mino Aslan berjalan ke tengah kamarnya, membuka tirai lebar. di sana lukisan guru Mino terpampang besar, guru yang telah memberikannya kehidupan kedua. "Salam, guru. Hari ini aku akan memberantas para pemberontak agar mereka tidak bisa mengambil alih kekuasaan kerajaan ku, karena kerajaan ini kudapatkan dengan susah payah. Membunuh mereka yang mengganggu. Aku tidak pernah lupa untuk memperkuat diriku sendiri, semoga kau tenang di alam sana." Membungkuk untuk memberi hormat, ia biasa melakukannya ketika ingin bepergian atau pun berperang. Anggap aja sebagai meminta doa dan restu dari gurunya, setelah itu ia membawa barang-barangnya, karena sepertinya ia bakalan lama di sana. Ketika Aslan melangkah keluar, ia mendapati Elina berdiri di depan pintu kamarnya, wajah wanita itu tegas dan ada sedikit raut kekhawatiran. "Saya sudah mendengar kabarnya, Yang Mulia. Wanita itu meremas-remas jemarinya, tampak gugup. "Saya bisa sedikit obat-obatan jika Yang Mulia bersedia, maukah Anda memberikan saya kesempatan untuk mengunjungi desa Dyras dan mengobati mereka."  Menaikkan alisnya sebelah, Aslan berujar sinis. "Siapa dirimu? Apa kau pernah sekolah di kedokteran? Bahkan tabib istana belum menemukan obatnya, jangan membuatku ingin tertawa. Lebih baik saat ini kau pergi ke kamarmu dan duduk dengan peran sebagai istri yang baik." Aslan mengedikkan dagunya untuk menyuruh Elina menyingkir. "Minggir, aku mau lewat." Elina merentangkan kedua tangannya. "Tidak, Yang Mulia. Saya bersungguh-sungguh mengatakan bahwa saya bisa mengobati mereka, saya tahu banyak tentang pengobatan, setidaknya biarkan saya ikut dengan Anda dan melihat keadaan mereka." Aslan mendekat hingga tubuhnya berjarak beberapa sentimeter di hadapannya. Lelaki itu menunduk dengan aura yang mencekam, saat ini seharusnya Elina menjauh dan memilih menghindar saat melihat kemarahan di kedua mata lelaki itu, tetapi ia tetap berdiri di sana. Mendongak untuk menantang Aslan. "Sekali aku bilang tidak, tetap tidak. Wabah itu bisa menular padamu, kau tidak mengerti, saat ini aku berusaha untuk melindungi mu." "Tidak, Yang Mulia." Masih dengan pendiriannya. "Aku tidak melakukan apa pun sejak aku menjadi ratu, kau tidak membiarkanku, maka kali ini biarkan aku berbuat baik untuk rakyatku. Aku tahu mungkin kau tidak menganggapku sebagai ratu mu, tapi pernikahan kita sudah terjadi, mau tidak mau mereka adalah rakyatku sendiri. Aku mohon, Yang Mulia." Elina tanpa sadar berbicara dengan nada nonformal, ia mengatupkan kedua tangannya di depan d**a. "Aku tidak tahu apakah bisa mengobati mereka atau tidak, aku hanya ingin melihat keadaan mereka." Aslan mendengus, lelaki itu membuang wajahnya. Dia sama sekali tidak tersentuh. "Sekali aku bilang tidak, maka tetap tidak. Kembali ke kamarmu dan beristirahat." Baiklah, jika Aslan menolaknya, ia akan menolak pria itu juga. "Yang Mulia, saya juga tidak mau pergi dari sini sampai Anda membawa saya dan membiarkan saya melihat mereka." Tidak ada jalan lain sepertinya. Aslan mengulurkan tangan untuk memeluk pinggang Elina, setelah itu ia melakukan teleport ke kamar wanita itu. Dengan kekuatannya, ia mengikat Elina di atas ranjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.  Aslan langsung menghilang, membuat Elina seketika berteriak frustrasi. Bagaimana bisa lelaki itu melakukan ini padanya, ia harus melihat warga karena itu kesalahan yang dibuat Sebastian.  Sebenarnya Sebastian lah yang mengerahkan pemberontakan, dia mengirim pasukan ke desa dan melukai orang-orang desa supaya Aslan pergi ke sana dan mengabaikan Elina, sehingga Elina bisa pergi dengan Sebastian, tetapi itu bukan perbuatan yang baik. Dia benar-benar k**i.  Elina marah ketika Sebastian memberitahu hal itu. "Aku bisa mencari cara untuk kabur dari nya tapi bukan seperti ini yang kuinginkan! Mengorbankan orang lain demi kepentingan kita. Kau tidak boleh melakukannya lagi, aku tidak akan memaafkan mu. Mulai saat ini berhenti menemuiku dan kita tidak akan bekerjasama." "Tidak, Elina. Tunggu."  Sebastian menahan langkah Elina dengan mencengkeram lengannya. "Akan ku jelaskan padamu, penyakit itu hanya berupa bintik-bintik kecil yang mungkin menimbulkan rasa gatal dan panas, tetapi itu tidak buruk, karena dalam waktu 12 minggu mereka bisa sembuh. Intinya, mereka bisa sembuh jika meminum penawarnya, tapi aku tidak akan mengatakan padamu apa itu penawarnya sampai kau mau ikut denganku. Dan kau akan mengembangkan kekuatanmu." Elina menatap Sebastian dengan mata membara. "Lebih baik aku mencarinya sendiri dari pada ikut denganmu. Pergi dari sini, dari kamar ini!" Sesaat ia melihat Sebastian, seolah-olah ingin memaksanya, tetapi akhirnya lelaki itu pergi. Seharusnya ia dari awal tidak mempercayai lelaki itu. Bagaimana bisa dia bekerja sama dengan orang yang ambisius seperti Sebastian? Mereka memang mempunyai tujuan yang sama, menurunkan Aslan dari tahtanya dan mengubah semua peraturan Alasjar. Sebenarnya peraturan Alasjar bagus untuk kemakmuran Alasjar sendiri, tetapi yang ia tidak suka Aslan seolah tidak puas, meskipun kerajaannya paling besar. Mereka tetap menjajah desa-desa kecil, seharusnya sudah cukup wilayah Aslan sampai di sana. Di hampir seluruh dunia. *** Mungkin sekitar lima menit setelah kepergian Aslan, tali tak kasat mata yang mengikat tangan dan kakinya terbuka. Ternyata lelaki itu tidak sejahat itu, ia membiarkan Elina bebas.  Aslan dan beberapa pengawal istana sudah pergi ke sana, kepada siapa ia meminta tolong? Sedangkan ia sama sekali tidak tahu desa Dyras di mana, dan juga pelayan istana tidak mungkin memberitahunya, terlebih, ia tidak mengenal siapa pun di dalam istana. Ia hanya mengenal Sebastian dan juga Irene.  Apa sebaiknya ia berlatih melihat masa depan? Ya, mungkin itu bisa membantu. Elina memejamkan kedua matanya, ia duduk bersila. Berkonsentrasi, pertama-tama ia harus mengerahkan tenaga dalamnya terlebih dahulu, setelah itu ia harus memfokuskan pikirannya ke tempat yang dituju. Sebaiknya ia menutup pintu balkon agar lebih fokus.  Semenit Lima menit Sepuluh menit Hingga satu jam, tidak ada reaksi apa pun. Elina langsung membuka matanya, biasanya ini berhasil. Ia pernah mempraktekkannya ketika di perpustakaan, tapi mengapa sekarang tidak berfungsi? Elina mengarang dia kembali memejamkan matanya dan memfokuskan pikiran alhasil, hingga setengah jam ia hanya duduk diam.  Ia berdiri, berjalan ke sana ke mari di dalam kamarnya. Satria berada di tengah kebingungan tiba-tiba pintu balkonnya terbuka. Sebastian berada di sana, berdiri dengan tersenyum kaku. "Maafkan aku, aku tahu aku salah. Aku tidak berpikiran panjang. Dan karena aku pikir itu bukan penyakit yang berbahaya, oh astaga, maafkan aku. Sebagai permintaan maaf, aku akan memberitahumu cara untuk menyembuhkan mereka, dan aku akan mengirim obatnya, tetapi tentunya tidak bisa secara langsung, karena mereka bisa saja mencurigai ku. Lagi-lagi aku berbuat salah, aku telah melihat pertengkaran kecilmu dengan Aslan. Aku akan membantumu pergi ke desa Dyras dan kau bisa melihat rakyatmu di sana." "Apa maksudnya tidak bisa mengirim obatnya secara langsung? Kau mau membuat kesakitan mereka lebih lama lagi?" "Bukan begitu ..." Sebastian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seolah-olah lelaki itu bingung.  "Pusat mereka berada di sungai, dan sepengetahuan para tabib istana, penyakit itu adalah penyakit yang langka. Tidak ada obatnya, bahkan tidak bisa disembuhkan. Setelah kedatangan kita dan kita memberikan obat kepada mereka, lalu mereka langsung sembuh itu sesuatu yang mustahil. Maksudku, Aslan bisa mencurigai kita berdua." "Lalu bagaimana menyembuhkan mereka? Dan juga aku tidak mau Aslan mengetahui keberadaan ku." Sebastian tertawa kecil. "Itu tidak mungkin, desa Dyras desa yang kecil. Jika kau datang dia pasti langsung mengenalimu, meskipun saat itu kau mengenakan penutup wajah. Mau tidak mau kau berada di bawah pantauannya, dan karena aku juga temannya aku juga pasti berada di sampingnya.  Bagaimana cara menyembuhkannya dengan obat yang kuberikan? Jalan satu-satunya, membuat obat sendiri lalu kau bisa meminumkannya untuk para warga." "Aku tidak tahu penyakit mereka, tetapi aku akan melihatnya terlebih dahulu. Jika aku berhasil mengobatinya aku akan memakai obat buatanku, tetapi jika tidak bisa, kita akan mencampurkan penawarnya dan obat buatanku. Bagaimana? Itu bisa membuat Aslan tidak mencurigainya, kan?" Sebastian mengangguk-angguk. "Kurasa itu ide bagus, cepatlah bergegas. Kita akan menyusul mereka, kita sudah terlambat saat ini." Tidak perlu diperintah dua kali, Elina langsung bersiap-siap. Dan Sebastian langsung menghilang. Sebelum itu, ia berbalik untuk mengatakan tempat pertemuan mereka.  "Aku akan menunggumu di gerbang utama." Elina hanya mengangguk sebagai jawaban. Senyum kecil mengembang di bibirnya, apakah saat ini dirinya benar-benar seorang ratu? Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN