Sebuah Permohonan

1287 Kata

"Om Dio, ngapain Om Dio disini?" Sumringah seakan tidak baru saja menangis histeris, Jani tersenyum lebar bahkan dia melepaskan genggaman tangannya dariku untuk berlari menghambur pada pria berkaos hijau pudar dan bercelana pendek yang ada di depan ruko, dan yang sedikut mengusikku adalah Kapten Dio yang tersenyum sama lebarnya menyambut Rinjani, di kanan kiri Kapten Dio bahkan terdapat koper besar yang bertumpuk dengan tas ransel warna kuning matahari milik putri kecilku yang menambah sumringahnya Rinjani. Aelaaaaah, kenapa anak gadisku ini tahu sekali yang bening-bening. "Cantiknya Om....." Reflek aku melongo saat Kapten Dio tersenyum semakin lebar, syok melihat bagaimana hangatnya Kapten yang seringkali menjadi bahan gunjingan karena sikap acuhnya terhadap para Ibu-ibu yang berusah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN