Rahman Pulang dari Rumah Sakit

1517 Kata

Khanza memeluk erat tubuh sang bapak. Dia menangis sesenggukan dalam pelukan lelaki yang bergelar ayah itu. "Pak, Bu. Aku ridho dan ikhlas menerima perjodohan ini. Asalkan Bapak bisa sembuh kembali." "Tidak, Nak. Jangan kamu lakukan itu, karena kedepannya Bapak tidak ingin ada penyesalan. Kamu berhak menolaknya," ujar Rahman sembari mengelus kepala sang putri penuh sayang. "Sungguh, Pak. Aku ikhlas dan mau menerima perjodohan ini." Kedua orang tua Khanza saling pandang mereka merasa lega setelah mendengar jawaban sang putri. Meskipun ada sesal di hati keduanya karena harus menjodohkan putri satu-satunya itu tapi, apa daya karena janji di masa lalu yang harus di tepati. "Apa kamu tidak terpaksa menerimanya, Nak? Tolong pikirkan ulang." "Iya, Neng. Pikirkan lah dulu sebelum memberi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN