Peringatan?

1809 Kata

Sean merapikan jasnya, keluar dari mobil. Berjalan pasti menuju rumah sakit itu. Di arahkan menuju ruang rawat Austin. Salah seorang yang berjaga di sana langsung mengenalinya, “biarkan dia masuk,” katanya. Sean memberi anggukan kecil, pintu dibuka, lalu ia melangkah memasuki ruangan tersebut. Ruang khusus, Austin berbaring dengan keadaan lemahnya. Dengan tatapan lekat nan dingin, rahangnya pun menegang seiring gigi yang gemertuk. Mata Austin terpejam, Sean tetap terdiam sampai akhirnya Austin membuka mata. Menyadari kehadirannya. “Kau datang,” mulainya dengan suara yang lemah. Ia menatap Sean. Austin lega akhirnya bisa menemui Sean, lebih tepatnya Sean mau menemuinya. Awalnya mustahil, sebab Sean tidak pernah datang setelah ia memintanya. Ia membayangkan yang terjadi pada putrinya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN