Terkurung!

1551 Kata
“Siapa yang sering menemui Austin?” tanya Sean saat mendapat laporan. “Putrinya,” “Dia punya seorang putri?!” Cukup menarik untuk Sean dengar. Seperti menemukan kesempatan baik untuk membalas Austin dengan cara lain. “Ya, bukan hanya putri tapi juga seorang putra.” “Aku baru mendengarnya,” Sean baru mendengar mengenai ini, ia menatap anak buahnya, “berikan aku jadwal biasa Austin dapat kunjungan dari anak-anaknya.” “Yang sering datang hanya putrinya, putranya tidak pernah terlihat mengunjungi.” Sean tidak menjawab selain mengetatkan rahang. Setelah ia mendapatkan informasi tersebut, mengenai jadwalnya. Sean menginjakkan kakinya di sebuah tempat tahanan. Ia datang bertepatan dengan seorang gadis yang ternyata sudah lebih dulu sampai, menemui Austin. Sean hanya berdiri di ruangan khusus pemantau, menatap interaksi gadis tersebut dengan Austin. Entah apa yang gadis itu ceritakan, tetapi Austin tergelak tampak bahagia. Begitu juga putrinya, Austin terlihat sangat menyayangi gadis itu. Sebuah kesalahan besar, tawa Austin dan gadis itu membangunkan monster kebencian dalam diri Sean. “Cari tahu secara detail mengenai gadis tersebut. Namanya, Rebbeca Tesanee. Aku mau mendapatkan semua datanya siang ini juga!” Sean menuangkan wine ke gelas kristal, mengangkatnya, menghirup aroma candu dalam Wine sebelum menikmatinya. Sudah beberapa hari gadis itu dikurung dalam ruangan khusus. Sean tidak pernah menemuinya sama sekali, selain mendapat laporan, gadis itu bagusnya tetap mau makan. Pilihan cerdas, sebab untuk melawannya, ia harus punya tenaga. “Sudah sampai di mana persiapan pernikahanku?” tanya Sean pada Calvin. “Semua berjalan baik, apa aku perlu memberitahu kakekmu?” Sean tinggal memiliki Kakek dari pihak ibunya, juga beberapa sepupu yang tidak dekat dengannya. “Tidak, aku tak ingin keluargaku hadir di pernikahan nanti. Juga, sebisa mungkin tutupi latar belakang Becca dari media mana pun." "Kau akan membagikan kabar pernikahan kalian?" "Mungkin, atau akan kubiarkan dia jadi simpanan saja untuk selamanya." Ide itu meluncur di kepala Sean. Calvin hanya diam. Sean pikir temannya akan langsung pergi, tetapi ternyata tetap berdiri. “Kau akan menemui Chris?” tanya Calvin lagi. “Ya, dia harus setuju mendampingi Becca ke altar nanti.” Sean mencecap kembali Wine tersebut, “setelah pernikahan, aku akan datang menemui Austin bersama putrinya.” Ia tersenyum dengan rencana yang terasa menyenangkan. “Austin akan sangat terkejut, sekaligus menderita melihat putri kesayangannya berada di cengkeraman tanganku.” “Kurasa pernikahan ini bukan sekedar hukuman untuk Austin,” “Jangan memulai, Cal!” “Masih ada waktu untuk berubah pikiran, Sean. Pernikahan ini juga kau yang akan jalani, kedekatanmu dan Becca, alih-alih cukup membuatnya menderita, bisa jadi membuatmu terbiasa dan memerhatikannya.” “Aku tidak akan jatuh cinta padanya, tidak ada yang istimewa dari gadis itu selain jadi alat balas dendamku pada Austin.” Calvin hanya menghela napas dalam-dalam mendengarnya. “Cari seseorang yang bisa mengurus Becca, aku ingin dia terlihat pantas saat kubawa bertemu dengan keluargaku. Dia juga harus wangi, memperhatikan penampilannya.” Kata Sean. “Aku akan minta Amanda, dia ahli dalam kecantikan dan penampilan.” Angguk Calvin. “Pastikan Amanda tidak banyak bicara dan dekat dengan Becca. Jangan ada celah sedikit pun, terutama sampai Becca bisa melarikan diri. Dia tahananku sekarang.” “Bukan tahanan, tapi calon istrimu.” Calvin meralat ucapan Sean, kemudian berbalik pergi. “Beruntung kerjamu bagus, Cal. Jika tidak, sejak lama aku mencari penggantimu!” gerutu Sean, kesal jika Calvin mulai berpendapat mengenai hidupnya. "Lakukan saja, kau tak bisa hidup tanpaku!" Calvin membalas dengan santai, bahkah bergurau. *** Sementara itu, Becca sudah dua hari menggunakan pakaian yang sama. Menolak untuk mengganti pakaiannya. Ia terpaksa tetap makan, selain makanan yang disajikan terlihat enak, sesuatu yang mahal untuknya yang menjalani hidupnya dengan mengirit dan pas-pasan selama ini, ia melakukannya untuk tetap dapat tenaga sewaktu Sean muncul. Namun, sudah dua hari ini Sean tak pernah menampakkan lagi dirinya selain pekerja rumah. Becca meringkuk, saat pintu dibuka, ia pikir pelayan yang seperti biasa, tetapi seorang pria dan wanita cantik. Becca mengingat si pria, yang bersama Sean waktu itu. “Kau tidak mengganti bajumu berapa hari?” tanyanya. Becca pilih tidak menjawab. Wanita di sampingnya terkekeh, “Sean sungguh akan menikahinya?” “Hm, ya... bagian itu jangan mempertanyakannya, atau Sean tidak akan senang.” Amanda mengusap pipi Calvin dengan lembut, “padahal Sean bisa mendapatkan gadis mana pun,” Becca tidak pedulikan mereka, walau percakapan mereka terdengar dengan jelas. “Di mana tuanmu itu?!” Becca bertanya dengan berani. Calvin menatapnya, “kau akan menemuinya saat pernikahan kalian.” “Aku ingin bertemu dengannya sekarang!” “Tidak bisa, ia tidak akan menuruti orang lain. Segala sesuatunya harus sesuai kemauannya.” Kata Calvin. Kemudian beralih pada Amanda, “kau bisa membantunya, memperbaiki penampilannya? Sean menyerahkannya padamu.” “Ya, tenang saja. Itu keahlian aku, sayang.” Angguk Amanda. Calvin mengangguk, meraihnya, mereka berciuman singkat yang buat Becca segera berpaling. Pintu di tutup, tetapi kemudian ada dua orang berbadan kekar membawakan beberapa tas pastinya berisi alat-alat yang Becca butuh kan. Seorang lagi, pria gemulai menyusulnya. “Hai, Nona Rebecca.” Sapa Amanda mendekat. Sedikit mengernyit menatap penampilan gadis itu. Pria gemulai itu juga mendekat, meraih dagu Becca. Lalu tersenyum, “cantik, kau hanya kurang modal dan memerhatikan dirimu sendiri.” Becca langsung menolak, menjauh. “Aku tidak mau!” “Gadisku, kau harus menurut.” Bujuk pria gemulai itu, Becca sudah siap menjauh, Amanda dan temannya langsung menyergapnya. Membawa Becca ke kamar mandi. Menyeretnya. “Menjauh, kalian tidak bisa memaksaku!” Becca berontak. Sayangnya tenaga satu lawan dua orang jelas tidak sebanding sama sekali. “Sepertinya kita harus memulainya dengan mencuci rambutnya!” kata Amanda. Disetujui temannya. Suara teriakan Becca, terdengar dari dalam kamar mandi. Ini situasi yang bisa membuatnya gila! Tidak hanya dikurung, orang-orang aneh itu mengatur penampilannya tanpa meminta pendapatnya sama sekali. *** Becca menatap dirinya sendiri yang begitu asing, potongan rambutnya tidak berubah banyak, tetapi dirapikan dan lebih bergelombang, bagian depannya berponi. Ketika tangannya menyentuh rambutnya. Begitu halus. Ia memakai gaun selutut yang indah, wajahnya pun di rias. Meski tetap natural. “Boss harus membayar kita lebih, lihat dirimu... sangat berbeda dari yang kami temui tadi.” Becca memilih diam, menunduk dan murung. “Tugas kami sudah selesai, kami akan datang pas pernikahanmu nanti.” Kata Amanda, menyentuh bahunya kemudian membantu temannya merapikan barang-barang milik mereka. Pekerja datang, membantu merapikan kamar tersebut. Becca melihat pintu yang dibuka, ia bertelanjang kaki, berdiri. Melihat semua orang sibuk, ia merasa punya kesempatan untuk lari. Becca, berjalan mengendap-endap, begitu sampai depan pintu ia berlari. Ia berlari terus menerus ke arah yang diyakini menuju jalan keluar. Rumah itu terlalu besar, Becca berlari ke sana kemari, mendengar beberapa orang tampak sudah menyadarinya tidak ada, melarikan diri. Dengan napas terengah-engah, ia melihat sebuah tangga, Becca berlari menuruni tangga. Kemudian merasa beruntung saat di lantai dasar sana terasa sepi. Mata Becca mencari arah, ia mengambil sayap kiri rumah itu. Ada seorang pelayan, yang menatap bingung. “Di mana pintu?!” kejarnya. Pelayan itu sepertinya tidak tahu perintah Sean untuk menahan Becca, “di sana—“ “Terima kasih!” Becca masih berlari tanpa alas kakinya, hingga menemukan pintu besar. Ia membukanya, Becca ternyata muncul di halaman luas, ada seperti rumah kaca, juga kolam renang yang luas. Becca terus berjalan, tetapi mendengar seorang bicara. “Calon istri Boss lari, dia pasti masih di rumah ini! Ayo kita cari, temukannya sebelum Boss kembali dan menghajar kita semua!” Becca berjongkok di belakang sebuah patung. Dia gemetar hebat, mengatur bahkan agar napasnya tidak terdengar. Becca menatap dua orang berpakaian serba hitam itu telah lewat. Becca bergerak sambil masih berjongkok, kemudian kembali berlari menuju arah berlawanan. Kakinya terus berlari hingga ia memasuki sebuah tanaman yang di atur, Becca tidak tahu jika tempat itu sebuah taman labirin. Becca terus bejalan, tersesat di sana. Tidak menemukan ujung keluarnya. Membuat ia yang mempunyai Claustrophobia mulai terserang panik. Becca berjongkok, kakinya pun lemas. Belum lagi udara New York yang sedang dingin. Becca mulai terisak-isak, “apa aku memang tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini?” bisiknya. Tepat suara langkah mendekatinya, Becca memberanikan diri mendongak. Hingga ia menemukan Sean berdiri di sana, “kau...” “Berdiri,” pintanya. Becca dengan tubuh gemetar berdiri, Sean tidak mengatakan apa pun selain meraih tangannya lalu membawa Becca keluar dari sana. “Kau ingin melarikan diri, Becca?” tanyanya. “Tolong lepaskan aku, aku ingin menemui adikku—“ “Adikmu baik-baik saja, jika itu yang ingin kau dengar.” Kata Sean, “tetapi, adikmu bisa tiada, bila kau coba melarikan diri seperti ini.” “Brengsekkk!” Becca yang tidak tahan, siap menerjang Sean dengan pukulan, Sean berbalik sambil masih mencengkeram tangannya, menariknya. Tatapan matanya yang tajam terasa menusuk untuk Becca. “Aku bisa lebih brengsekk dari ini, jika kau terus bertindak mengujiku, Rebecca Tasanee.” Itu jelas bukan sekedar ancaman biasa, Sean bisa sungguh melakukan hal tersebut pada Becca. Gadis itu seketika terdiam, menelan ludah lalu menangis, "aku tidak tahu apa-apa mengenai perbuatan ayahku! Kau tidak bisa menghukumku seperti ini! Tolong lepaskan aku, biarkan aku hidup, kembali pada rumah dan adikku. Aku akan melakukan apa pun, bekerja untukmu pun tak apa meski tak menerima bayarannya." Becca sampai memohon berharap belas kasih dari Sean. Namun, Sean hanya terdiam dan menatap dingin Becca tanpa berperasaan. "Kau memang tak tahu apa-apa mengenai perbuatan ayahmu, tapi kau adalah alat paling tepat untuk membuat Austin membayar semuanya. Melalui penderitaanmu, Austin pun akan menderita!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN