Geraldo POV
Setelah gagal melakukan pendekatan di kantor, aku jadi mengerti bahwa Takuto my cutie tidak suka dengan orang yang tidak bertanggung jawab kepada pekerjaannya. Jadi aku putuskan untuk melakukan pendekatan di rumah.
Dengan semangat, aku mengendap-endap di depan kamar calon suamiku itu. Meraih engsel pintu dan membukanya pelan. Aku berniat bobo mesra dengan my lovely Takuto, tapi sialnya ... pintu kamar Takuto terkunci. Terpaksa aku akan memakai keahlian dari latihan kerasku.
Tanpa ragu, aku keluar dari balkon kamarku yang terletak di sebelah kamar my lovely Takuto. Melompat ke balkon kamar Takuto tersayang yang berjarak 2 meter. Begitu kakiku mendarat dengan sempurna, aku langsung mencongkel jendela kaca kamar Takuto cintaku.
Aku kemudian tersenyum puas saat kaca jendela itu terbuka, menampilkan sosok my sweet heart sedang tertidur dengan pulas menggunakan yukata tipis berbahan satin. Bagian dadanya yang sedikit terbuka membuatku tergoda untuk mengelusnya. Tanpa pikir panjang, aku langsung naik ke atas tempat tidur. Memeluk my love dari belakang, sambil tanganku mengelus pelan d**a bidang Takuto yang putih bersih, tapi sayangnya tidak mulus. Karena ada beberapa bekas luka tembak dan gores, walaupun tidak sebanyak bekas luka Dean.
Hiks. Kasihan ... beginilah kalau mengikuti botty binal satu itu.
Sedang enak-enaknya memeluk tubuh mungil my angel, Takuto malah terbangun. Dia langsung mendorong kepalaku dengan menggunakan tangan kirinya, menatapku datar seraya mengusirku. "Keluar dari kamar saya, Greg! Apa yang sedang kamu lakukan!?" kata Takuto dengan ekspresi datar dan nada bicara dingin. Namun matanya berbeda, terlihat buas dan berbahaya dengan caranya sendiri.
"Tidak mau! Aku mau bobo sama kamu sayang!!" protesku. Menghadapi usiran Takuto belahan jiwaku dengan berani, seraya mempererat pelukanku.
Takuto meronta-ronta mencoba melepaskan diri, tapi sayangnya dengan posisi ini, malaikat hatiku itu tidak bisa meloloskan diriku. Ditambah lagi dengan tubuhku yang lebih besar darinya.
"Lepaskan saya, Greg!" perintah Takuto lagi, lebih menusuk dari tadi.
"Tidak!" Yang aku balas dengan cepat, nekat dan tanpa ragu.
Akhirnya setelah aksi mencoba melepaskan diri yang gagal, Takuto-ku tercinta menyerah. Dengan pasrah dia membiarkan aku bobo di kamarnya sambil memeluk tubuhnya erat. Aku tersenyum puas, mulai berani menciumi seluruh wajahnya. Takuto my sweetie tidak lagi melawan, dia hanya menghela napas. Kemudian membiarkan aku menciuminya selama bukan di bibir dan selama tanganku tidak meraba-raba tubuhnya. Akhirnya, kami pun tertidur sambil berpelukan mesra.
***
Takuto POV
Saya bangun pagi-pagi sekali hanya demi agar, bisa menghindari berangkat bersama dengan Greg, adik angkat saya. Apalagi setelah kemarin malam, pria itu menerobos masuk ke dalam kamar saya dan memaksa untuk tidur bersama dengan saya. Dia bertingkah sangat konyol dengan mengatas namakan cinta.
Padahal dulu Greg tidak seperti ini. Setelah pulang dari pelatihan asisten Sir Juan, entah kenapa Greg yang saya kenal tiba-tiba saja berubah drastis. Dia menjadi kekanakan, egois dan mengganggu.
Sejujurnya saya merasa sangat senang saat mendengar Greg telah kembali setelah pergi selama 3 tahun. Saya pikir, akhirnya adik saya telah kembali dan kami bisa menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama-sama seperti dulu. Saat di mana Greg belum meninggalkan rumah atas perintah Onii-sama.
Sayangnya saya harus merasa kecewa karena perasaan sayang saya sebagai saudara, malah dibalas dengan perasaan cinta asmara dari Greg. Saya hanya ingin Greg kembali menjadi adik saya yang penurut dan menyenangkan seperti dulu. Apakah itu terlalu egois?
"Tuan Muda Takuto, kita sudah sampai." Suara teguran supir pribadi saya, Mr. Josh menyadarkan saya dari lamunan. Saya kemudian turun dari mobil dengan perlahan, ketika Mr. Josh membukakan pintu untuk saya.
"Terima kasih, Mr. Josh," ucap saya. Mr. Josh lalu membalas dengan tersenyum. Setelah itu dia pergi membawa mobil saya untuk diparkirkan.
Saya lalu berjalan dengan tenang menuju ke arah lift khusus yang hanya digunakan oleh Onii-sama dan kami para asisten Onii-sama. Akan tetapi, sebelum saya tiba di depan lift, Kenneth datang menghampiri saya. Saya lalu memutuskan untuk tidak jadi menaiki lift, memilih menanggapi Kenneth, atau yang bisa kami sapa akrab dengan nama Kenny.
"Selamat pagi, Tuan Muda Takuto.. Tumben sekali, kamu datang sepagi ini? Ada pekerjaan mendesak? Mau saya bantu?" Kenny terlihat riang seperti biasanya.
"Tidak ada Kenny, hanya kebetulan saya bangun lebih pagi hari ini." Saya kemudian tersenyum tipis, membalas sapaan dan pertanyaan Kenny.
Saya sudah mengenal Kenny sejak kecil. Kami berlatih bersama-sama di bawah bimbingan Onii-sama, yang dulunya masih serius dan lebih bertanggung jawab. Sebelum dia mengenal Tyler-sama dan jatuh cinta kepada suaminya itu. Akan tetapi, meskipun sekarang Onii-sama menjadi pemalas dan lebih kekanakan, saya tidak keberatan sama sekali. Saya justru lebih menyukai Onii-sama yang sekarang, karena dia terlihat begitu bahagia.
"Oh begitu rupanya. Tuan Muda Takuto, boleh saya bertanya?" Kenny lalu bertanya dengan agak kikuk, hal itu membuat ekspresi wajahnya menjadi terlihat manis.
"Ya, tentu saja Kenny. Silakan tanyakan apa saja," jawab saya lembut. Saya senang menghabiskan waktu dengan Kenny, dia menyenangkan dan spesial bagi saya.
"Kenapa kamu bersikap sangat dingin kepada Tuan Muda Greg? Apakah kamu tidak menyukainya?" Saya merasa bingung mendengar pertanyaan dari Kenny, kenapa dia bertanya mengenai Greg? Namun, saya tidak menunjukkannya. Saya tetap mempertahankan ekspresi wajah datar saya, berusaha agar tidak terbaca oleh Kenny.
"Karena pernyataan cinta Greg ke saya, Kenny. Jika saya menanggapi Greg dengan lembut, bisa-bisa dia salah paham dan tidak mau menyerah kepada saya. Saya hanya menganggap Greg sebagai seorang adik," jawab saya tegas yang dibalas dengan kerutan di dahi Kenny.
"Tapi Tuan Muda Greg benar-benar mencintaimu, Tuan muda Takuto. Saya pikir bukankah lebih baik, bila kamu memberinya kesempatan? Cinta bukan sesuatu yang mudah dihilangkan begitu saja." Kata-kata Kenny itu langsung menikam jantung saya, membuat saya merasa sakit ketika menatap bola matanya.
"Saya setuju dengan pendapatmu, Kenny. Hanya saja saya sudah memiliki orang lain yang saya cintai," balas saya jujur. Dalam hati saya menambahkan, 'dan orang itu adalah kamu, Kenny'. Tentu saja, saya tidak mampu menyampaikannya.
Kenny tampak sedikit terkejut, tapi dengan cepat raut wajahnya berubah menjadi sendu. "Kalau saya boleh tahu, siapa orang yang beruntung itu, Tuan Muda?" Tak lama, Kenny bertanya. Saya terdiam, hanya bisa mengungkapkan dalam hati. ‘Kamu orangnya, Kenny!' Ingin sekali saya berkata seperti itu, tapi suara saya tertahan.
"Tidak akan saya katakan. Bagaimana denganmu, Kenny? Adakah orang yang kamu cintai?" Akhirnya saya malah mengelak seperti seorang pengecut. Bertanya tentang orang yang dia sukai, sambil berharap jika sosok seperti itu tidak pernah ada.
"Tuan Muda Greg," jawab Kenny. Matanya bergerak ke arah lain, menatap ke arah Greg yang berlari dari depan pintu, ke arah lift. Tempat kami mengobrol. Refleks dengan cekatan, saya menarik Kenny memasuki lift. Mengabaikan Greg yang berteriak memanggil nama saya. Bahkan ketika Greg meminta agar saya menahan pintu lift, saya sengaja menutupnya tanpa berkata-kata.
"Kenapa kamu menutup pintunya, Tuan Muda Takuto? Bukankah tadi Tuan Muda Greg meminta agar, kita menunggunya?" Kenny bertanya, merasa heran dengan tindakan tidak jelas saya. Saya kemudian tersadar, bahwa saat Kenny mengucapkan nama Greg, tersirat kepedulian dan rasa sayang di sana.
"Tadi ... saat di depan lift, perkataanmu itu dimaksudkan bahwa kamu mencintai Greg? Apakah tebakan saya tepat?" Mengabaikan pertanyaan Kenny, saya berbalik bertanya padanya.
Kenny terdiam cukup lama, hingga lift yang kami naiki terhenti di lantai 10. Kenny pun berjalan dengan pelan keluar dari lift. "Ya, saya mencintai Tuan Muda Greg." Setelah mengucapkan itu, Kenny kemudian pergi memasuki ruang asisten. Meninggalkan saya yang terluka mendengar kejujurannya. Sungguh ironis. Saya mencintai Kenny, Kenny mencintai Greg dan Greg mencintai saya. Akhir seperti apa yang bisa kami dapatkan setelah ini?