5. Sebuah Pesan

1464 Kata
Seharusnya malam ini Wira terbang ke Swiss dan menetap disana selama sepuluh hari untuk mendatangi tempat-tempat dengan pemandangan menakjubkan di negara itu. Keberangkatannya ke Swiss pun sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. Bahkan, Wira sudah mulai packing sejak dua hari lalu. Dan Wira akan pergi sendirian karena memang ini adalah agenda solo traveling yang sudah lama tidak dilakukannya, sekaligus juga agenda hunting foto untuk menambah koleksi foto-fotonya. Perjalanan ini sudah menjadi rencananya sejak lama dan tentu saja Wira tidak akan menyangka kalau beberapa jam sebelum pesawatnya berangkat, ia justru memutuskan untuk tidak jadi pergi. Merelakan tiket pesawat first class-nya hangus, serta membatalkan seluruh reservasi yang telah dibuatnya di hotel-hotel yang akan dikunjunginya pada beberapa kota di Swiss. Dan tahu apa penyebab yang membuat Wira membatalkan keberangkatannya? Jawabannya adalah sebuah pesan yang masuk ke akun ** miliknya pagi ini. Wira baru saja selesai work out ketika notifikasi pesan itu masuk ke ponselnya. Rasa heran tentunya tidak bisa untuk tidak dirasakan Wira begitu melihat pesan yang berasal dari sebuah akun bercentang biru milik seseorang bernama Gajendra Luki Paramartha. Wira sendiri tidak kenal dengan orang itu meskipun namanya tidak asing karena cukup terkenal di Indonesia sebagai seorang celebrity chef yang sedang naik daun. Dan juga, orang itu menyandang nama Paramartha yang menunjukkan kalau latar belakangnya jelas bukan dari kalangan biasa saja. Good morning, Wirasena Pranaja Gardapati. Sorry to bother you early in the morning like this. Gue Gajendra Luki Paramartha, mungkin lo udah tau. Ada sesuatu yang harus gue bicarakan sama lo dan ini urusan penting. Gue sangat mengharapkan untuk bisa ketemu lo siang ini dan membahas perihal itu. Looking forward for your response. Thank you. Begitulah isi pesan yang didapat Wira dari orang itu sampai membuatnya terheran-heran sendiri. Urusan penting apa yang dimiliki oleh seorang celebrity chef bernama Gajendra Luki Paramartha dengannya? Tidak ada jawaban masuk akal yang bisa dipikirkan oleh Wira. Tidak mungkin kan pria itu meminta Wira untuk menjadi fotografer makanan yang dimasaknya? Wira adalah fotografer lanskap, bukan fotografer makanan. Atau jadi juri tamu di acara kompetisi memasak tempatnya sedang menjadi juri saat ini? Kalau itu rasanya lebih tidak mungkin lagi karena Wira jelas tidak ada pengalaman sama sekali dalam dunia kuliner. Wira merespon dengan baik pesan dari Jendra. Ia balas menyapa dengan sopan, lalu menanyakan hal apa yang harus dibicarakan secara langsung dengannya. Wira pun bilang kalau ia tidak memiliki banyak waktu hari ini karena harus berangkat ke Swiss jam tujuh malam nanti. Jadi, kalau bisa, apapun itu hal penting yang ingin disampaikan oleh Jendra, lebih baik diberitahukannya lewat surel atau semacamnya dulu. Balasan dari Jendra datang tidak sampai semenit kemudian. Tidak hanya tulisan, Jendra juga menyelipkan sebuah foto pada balasannya. Dan foto yang dikirimkan oleh Jendraitu berhasil membuat Wira terkejut hingga menjatuhkan ponselnya dan menimbulkan retak panjang di bagian layar ponsel tersebut It's about my sister. Ingat dia kan? (Sent a photo) Dia hamil. Jadi, lebih baik kamu cancel keberangkatan kamu ke Swiss dan temui saya siang ini. Bencana yang ditakuti Wira sejak pagi dimana dirinya terbangun dengan mendapati fakta habis melakukan one night stand bersama perempuan asing itu, mulai terjadi hari ini. *** Wira merasa separuh pikirannya hilang entah kemana setelah ia mendapat kabar dari Jendra. Ia bahkan seperti orang ling-lung yang tidak bisa memikirkan apa-apa ketika pergi menuju Toute la Journèe, restoran milik Gajendra, tempat dimana mereka sepakat untuk bertemu siang ini. Bahkan Wira sempat melewati restoran tersebut karena melamun dan baru menyadari itu setelah mobil yang dikendarainya telah berjalan cukup jauh. Keadaan Toute la Journèe tidak begitu ramai ketika Wira sampai. Restoran bergaya Eropa yang menyediakan makanan fine dining full course kelas atas itu bahkan bisa dibilang cukup sepi. Mungkin karena sekarang belum memasuki waktu makan siang, atau mungkin juga karena restoran ini lebih ramai saat waktu makan malam dikarenakan letaknya ada di lantai teratas sebuah hotel bintang lima, membuatnya memiliki view langit malam yang indah. Gajendra Luki Paramartha sudah menunggu Wira. Tanpa bisa dihindarkan, jantung Wira jadi berdegup lebih kencang saat melihat sosok Jendra. Rasanya seperti hendak dihakimi. Tapi memang Wira akan dihakimi, kan? Sebab ia telah menghamili adik perempuan laki-laki itu. Wira menurut ketika Jendra membawanya ke sebuah private room. Karena memang pembicaraan mereka nanti sangat membutuhkan privasi yang tidak boleh didengar oleh orang lain. "Gue cukup lega ternyata lo betulan datang dan sangat kooperatif. Jujur aja, gue sempat khawatir lo bakal kabur dan jadinya gue harus ngelakuin tindakan ekstrim untuk nemuin lo. Bahkan kalau harus sampai ke Swiss pun, gue akan kejar." Gila. Baru duduk berhadapan saja, Jendra sudah ngomong begitu. Wira menelan ludah. Jujur, ia tidak tahu harus merespon seperti apa. Otaknya masih tidak bisa berpikir akibat terlalu terguncang dengan kenyataan yang menamparnya ini. Meski sudah mengantisipasinya, ketika betulan terjadi ternyata Wira tetap tidak bisa merasa sepenuhnya tenang. Jendra sendiri duduk santai di depan Wira, namun tatapannya benar-benar mengintimidasi. Wajar saja jika ia menjadi juri yang paling ditakuti para kontestan kompetisi memasaknya. Meski terkenal memiliki paras menawan, ditatap dan dikomentari oleh Jendra tetap bisa membuat orang takut. Pria berbadan tegap itu pun sudah menunjukkan rasa tidak sukanya pada Wira di detik pertama mereka saling bertatap muka. Pikir saja pakai logika, siapa pula yang akan suka dengan orang yang membuat hamil adiknya? "Karena lo udah kesini, gue berasumsi kalau lo masih ingat sama adik gue, meskipun waktu itu kalian mabuk berat. Right?" Wira mengangguk. "Gue minta maaf atas apa yang udah gue lakukan. That night was crazy. Kita berdua mabuk dan sama-sama nggak sadar. Untuk itu, gue betulan minta maaf." "Nggak perlu minta maaf karena gue nggak nyalahin lo. Gue tau, lo dan adik gue sama-sama salah. Both of you were drunk and had s*x without any safety. That's really stupid." Rasanya Wira benar-benar tertohok dibilang seperti itu. Tapi memang apa yang dikatakan pria di depannya ini benar. Mereka...bodoh karena telah melakukan suatu kesalahan yang memiliki konsekuensi besar. "Lo tau kan kerjaan gue apa?" "Chef?" "Benar." Jendra mengangguk. "Lo dari keluarga Gardapati, jadi lo tau kan latar belakang keluarga gue gimana?" Kali ini Wira yang mengangguk. Jelas ia tahu. Terlebih lagi dirinya dan keluarganya selalu berobat ke rumah sakit miliki keluarga Jendra setiap kali mereka sedang sakit. "Gue satu-satunya yang bukan dokter di keluarga besar gue. Karena itu, bisa dibilang gue ini least favorit di mata orangtua, sementara adik gue, Hara, adalah anak emas mereka. Their favorite perfect daughter. Selama dua puluh enam tahun hidup, dia nggak pernah ngecewain orangtua kami sama sekali. Hara juga calon penerus perusahaan untuk gantiin bokap. Jadi, lo bisa bayangin kan gimana stressnya dia karena kehamilan ini?" Ada tiga hal yang benar-benar tercatat di pikiran Wira usai Jendra menjelaskan itu. Pertama, nama perempuan itu adalah Hara. Kedua, usianya ternyata sudah dua puluh enam tahun yang mana cukup melegakan, karena Wira sempat berpikir perempuan itu anak di bawah umur karena wajahnya yang bisa dibilang masih seperti remaja. Dan yang ketiga, perempuan itu benar-benar bukan perempuan biasa dan berasal dari keluarga yang hebat. Wira tidak tahu apakah ini suatu hal yang bagus atau justru sebaliknya. Wira sendiri mengerti apa maksud Gajendra mengajaknya bertemu hari ini. Kalau sampai orang-orang tahu Hara hamil di luar nikah karena kecerobohannya melakukan one night stand dengan orang asing, keluarga mereka pasti akan sangat malu. Hara pun akan jadi sasaran omongan orang-orang dan dianggap perempuan tidak benar yang bisa merusak reputasi baiknya selama ini. Tapi jika sedari awal Wira mengaku sebagai ayah dari jabang bayi yang dikandung Hara, keadaan mungkin jadi lebih bisa terkendali. Untuk itu, Wira harus menyelamatkan reputasi Hara sekaligus bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Pertanyaannya, apakah Wira siap? "Adik gue berkeinginan untuk aborsi dan gue nggak setuju, makanya gue ngehubungin lo sekarang," lanjut Jendra. "Bayi yang ada di perutnya itu nggak berdosa, nggak pantas dibunuh hanya karena dia nggak diinginkan oleh orangtuanya. Dan juga, gue nggak mau adik gue ngerasa bersalah seumur hidup dia karena ngebunuh anak sendiri. It will torture her for the rest of her life if she do that. Jadi, gue minta lo—ah enggak, maksudnya kalian, untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah kalian perbuat. Gimana?" Wira jadi teringat perdebatannya dengan sang ayah beberapa hari yang lalu. Dan konklusi dari perdebatan itu, Wira diminta untuk memberikan ahli waris baru jika memang Wira tidak ingin mengambil alih perusahaan keluarga mereka. Wira benar-benar tidak menyangka kalau permintaan ayahnya bisa terkabul hanya dalam hitungan hari. Secara tiba-tiba, Wira sudah punya calon ahli waris yang baru. Entah Wira harus bersyukur atau justru merasa siap. Napas Wira terhela. Kini, ia sudah tahu jawaban dari pertanyaan di dalam kepalanya tadi. Dan jawabannya, siap tidak siap, Wira sudah terjerumus ke dalam situasi ini. Mau bagaimana pun juga, ia pasti diminta untuk bertanggung jawab. Dan rasa-rasanya, kalaupun ia menolak, Jendra pasti tidak akan diam. Lagipula, Wira juga tidak bisa membiarkan bayi yang merupakan darah dagingnya sendiri digugurkan begitu saja, di saat sebenarnya ia membutuhkan bayi itu. Jadi— "Oke. Gue bakal tanggung jawab dan nikahin dia." —Wira tidak punya pilihan lain. Menikahi Hara adalah keputusan terbaik yang bisa dipikirkannya, dan kemungkinan akan dilakukannya sebentar lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN