Kebencian

2083 Kata

Entah sudah berapa lama Reyhan keluar dari kamar itu dan Marissa masih terisak sendiri karena sakit hati atas apa yang sudah terjadi pada dirinya juga Sammy, saat tiba-tiba pintu ruangan itu kembali terbuka dan Marissa kembali menyeka air matanya lalu menarik napasnya untuk mencoba menenangkan badai di hatinya. Pikir Marissa mungkin itu Reyhan, suaminya tapi saat suara perempuan yang menyapa Marissa, keyakinan Marissa kembali goyah jika sebenarnya Reyhan masih tidak terima dengan apa yang sebelumnya dia utarakan. "Selamat malam, Nyonya Marissa. Anda belum tidur?" Tanya wanita itu lembut saat mengecek fungsi infus Marissa. Marisa hanya tersenyum tipis. Lebih tepatnya memaksakan diri untuk tersenyum, dan setelah perawat itu selesai dengan tugasnya, perawat itu juga langsung keluar dari rua

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN