Memutuskan

1026 Kata
Malamnya pak Yusup ikut menginap di rumah sakit untuk menemani putrinya, dan Reyhan langsung mengabarkan pada kedua orang tuanya jika dia akan menikahi gadis itu, gadis yang dia tabrak malam itu setelah menceritakan jika gadis itu ternyata juga mengalami kebutaan Permanen dan tentunya dia tidak bisa terus menjaga gadis itu selamanya, dan akan membuat ayah dari gadis itu merasakan beban yang lebih bertumpuk dari kondisi keduanya. Rani dan Burhan juga tidak menolak permintaan putranya saat mengatakan akan menikahi gadis yang dia tabrak yang sejatinya telah menjadi gadis cacat, tapi sungguh bukan itu yang menjadi pertimbangan Rani dan Burhan melainkan rasa tanggung jawab penuh putranya terhadap korbannya. Malam itu juga Rani dan Burhan juga mengatakan akan ke Bali besok nya karena bagaimanapun dia ingin tetap memberi dukungan penuh pada putranya sebagai mana peran orang tua dan ingin ikut meyakinkan ayah gadis itu jika semua akan baik-baik saja. Hari berikutnya. Jam sudah menunjukan waktu siang saat Rani dan Burhan sampai di bandara Ngurah Rai Bali dan Reyhan sendiri yang datang menjemput kedua orang tuanya. Tidak lupa Reyhan menjabat tangan ibu dan ayahnya lalu menerima pelukan Alena putri satu-satunya yang dia punya untuk naik ke gendongannya lalu menuntun kedua orang tuanya untuk ke mobil yang Reyhan bawa. "Reyhan sudah memesan satu kamar hotel untuk ibu dan ayah di hotel yang sama dengan Reyhan, apa ibu ingin cek in dulu atau,,,,?" "Kita langsung ke rumah sakit saja, Rey. Ibu ingin melihat kondisi gadis itu." Potong Rani lebih dulu karena sungguh dari semalam saat Reyhan putranya mengabarkan jika gadis itu juga mengalami kebutaan, Rani merasa ikut terluka. Mata adalah bagian Indra yang paling berharga bagi mahluk hidup dan tanpa mata dunia seseorang seolah tidak lagi berarti, maka dari itu, Rani juga ingin memastikan jika gadis itu tidak merasa sendiri karena akan ada keluarga yang akan menerimanya dengan baik. Reyhan langsung mengangguk usai mendudukkan putrinya di samping kursi kemudi sementara Rani dan Burhan memilih duduk di kursi penumpang, dan Reyhan langsung mengarahkan kemudiannya ke arah rumah sakit di mana Marissa di rawat. Tidak butuh waktu yang lama, hanya kurang dari satu jam, mereka sudah sampai di rumah sakit yang akan mereka tuju dan mereka berjalan menelusuri koridor menuju ruang rawat inap Marissa. Pelan-pelan Reyhan membuka pintu ruangan itu dan langsung bertemu pandang dengan bapak yusup yang kebetulan baru keluar dari kamar mandi dan langsung tersenyum tipis menyambut pemuda tampan dengan kemeja putihnya yang sedang menggendong seorang anak perempuan dan pak Yusup yakin jika anak itu adalah anak dari pemuda itu sendiri. Detik berikutnya dua paruh baya ikut menyusul langkah Reyhan dan langsung tersenyum pula ke arah pak Yusup saat pak Yusup mempersilahkan mereka duduk di sofa pojok ruangan, di ikuti langkah pak Yusup yang terlihat lemah. Buru-buru Reyhan meraih lengan pak Yusup untuk dia bantu duduk dan Rani juga Burhan menjabat tangan pak Yusup saat pak Yusup mengulurkannya untuk bersalaman. Rani pilih menghampiri gadis yang akan segera putranya nikahi. Gadis cantik dengan hidung mancung dan kulit eksotis yang agak kekuningan ciri khas Indonesia. Hidungnya mancung dan bulu matanya lentik. Meskipun ada belas luka yang memutih di beberapa bagian wajahnya, tapi Rani yakin jika gadis itu adalah gadis yang sangat cantik karena selain bulu mata lentik, gadis itu juga memiliki bola bata besar yang sangat indah. Nyaris seperti wajah Alea, hanya yang membedakannya adalah iris matanya. Jika Alea memiliki iris coklat terang, Marissa memiliki iris hitam yang cemerlang. Rani langsung menggenggam tangan Marissa juga memeluk punggung Marissa saat Marissa tersenyum tipis tanpa arah sambil berbisik "semua pasti akan baik-baik saja. Ibu akan membantumu juga menemani mu melewati ini semua. Percaya sama ibu, semua pasti akan baik-baik saja." Ucap Rani dan Marissa hanya mengangguk tanpa kata. "Seperti yang Reyhan, putraku sampaikan, dia, Reyhan Fadilla dan putri bapak akan menikah dan kami harap bapak tidak keberatan jika nanti kami juga membawa Putri bapak jauh dari bapak. Karena bagaimanapun Reyhan tidak bekerja di kota ini, tapi kami bisa menjamin kenyamanan untuk putri bapak, dan untuk bapak sendiri, Reyhan juga sudah menjelaskan jika dia sudah menyewa jasa perawat untuk merawat bapak. Apa benar begitu?" Tanya Burhan di akhir kalimatnya, dan pak Yusup langsung mengangguk membenarkan ucapan laki-laki yang baru dia tau adalah ayah dari dokter Reyhan. "Sungguh kami berharap Marissa tidak keberatan untuk ikut kami nantinya," sambung Burhan sambil menatap gadis itu yang hanya duduk di ranjangnya dengan tatapan kosong dari netra indahnya. "Aku percaya pada anda, juga putra anda. Tidak banyak yang aku inginkan, hanya keluarga kalian bisa menerima putriku yang cacat dengan cukup baik, karena dia satu-satunya harta yang aku punya dan sungguh aku tidak mengharap lebih dari itu, terlebih dengan kondisiku yang tidak juga bisa di katakan sehat." Ucap pak Yusup dan pak Yusup ikut menoleh ke arah putrinya yang terlihat sedang berbicara dengan ibu dari dokter Reyhan. Reyhan yang lebih dulu mengangguk dan kembali meyakinkan ayah dari gadis itu jika dia tidak keberatan untuk satu permintaan pak Yusup itu. Hari itu juga Burhan dan Reyhan langsung mempersiapkan segala keperluan untuk ijab kabul yang rencananya akan dilakukan di rumah sakit karena sampai saat ini Marissa masih belum cukup sembuh untuk di bawa pulang. Gips di pahanya masih belum di buka dan Rani juga tidak keberatan untuk mendatangkan penata rias untuk gadis yang akan menjadi menantu nya itu. Dulu Dewa dan Alea juga melakukan ijab kabul di rumah sakit, dan tetap bisa bahagia juga harmonis sampai saat ini, Rani berharap jika Reyhan juga demikian. Tidak peduli di manapun mereka melakukan ijab kabul selama itu sah di mata hukum dan agama maka Rani tidak keberatan untuk itu. Semua berkas dari pihak Marissa sudah siap begitu juga dengan Reyhan sendiri yang sudah lengkap di bawa oleh Burhan sendiri, dan ijab kabul itu baru akan di lakukan ke esokan harinya karena Burhan juga harus mengurus surat-surat ke pengadilan agama agar mereka bisa di nikahkan di rumah sakit. Hari sudah kembali petang, dan Rani juga Burhan sudah berada di hotel tempat mereka akan menginap sementara Reyhan dan Alena masih berada di rumah sakit menemani Marissa. Alena juga langsung terlihat akrab dengan Marissa, buktinya Alena langsung anteng ikut tidur di ranjang kecil Marissa dan Marissa yang memeluk punggung kecil gadis itu gadis yang tidak lama lagi akan menjadi anak tirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN