Summerdale, sekarang
Aku sudah jatuh cinta padamu sejak kita hampir bertengkar di ruang loker itu, Crystal. Ares meremas rambutnya. Pancaran matanya meredup seiring rasa frustrasi yang semakin hebat merengkuh dirinya.
Selama beberapa tahun ia berusaha mengendalikan diri saat ia berada dalam tubuh lycan-nya dan ia sudah berhasil. Namun, kejadian malam tadi sungguh di luar kuasanya. Ia bahkan tidak menyadari sama sekali apa yang diperbuatnya pada Crystal.
Napas Ares melambat terganjal sesal dan perih. Seluruh kekuatannya meluruh hingga otot-otot dan semua tulangnya melemas. Ares sudah kehilangan sebagian hidupnya. Udara di ruang keluarga vila mewah itu seolah terkikis dan kian menipis hingga napasnya terasa sesak.
Sentuhan dingin menembus pundak Ares. Pria itu mendongak melihat sosok yang telah merawat dan melindunginya sejak ia masih bayi, Vladimir. Satu-satunya sosok ayah yang Ares miliki.
“Aku tidak sengaja melakukannya, Ayah,” ucap Ares dengan suara bergetar.
“Aku tahu, Nak.”
“Aku membunuhnya, Yah. Aku membunuhnya.” Ares menangkup wajahnya. napasnya semakin sesak dan terhimpit kekecewaan pada dirinya sendiri.
“Ares, aku tahu itu di luar kuasamu. Jangan terlalu keras pada dirimu. Tidak ada makhluk yang sempurna di dunia ini.”
“Tapi aku sudah membunuh Crystal, Yah.”
“Tenanglah, Ares. Stuart dan Luke sedang dalam perjalanan ke sini.”
Ares membelalak. Vladimir ternyata meminta 'Beta'-nya untuk datang. “Kenapa mereka harus datang?”
“Luke itu wakilmu. Ia harus tahu masalah besar yang dihadapi sang Alpha.”
Ares berdiri. Ia mengentak-entakkan kaki sambil meremas rambutnya lagi dan dengan putus asa ia mengutuki dirinya sendiri. “Sial! Bodoh sekali aku! Aku sangat mencintaimu, Crystal. I’m so sorry!”
Athena memandang Ares. Tatapan prihatin dan juga sedih terpancar dari matanya. Crystal adalah teman baiknya. Kini, ia harus dihadapkan dalam situasi yang serba salah. Kakaknya sendiri telah menghilangkan nyawa Crystal.
Beberapa menit kemudian, sebuah Bugatti hitam menghentikan lajunya di halaman vila tersebut. Dahlia berlari ke dalam vila setelah keluar dari mobilnya diikuti Stuart dan putranya yang juga kekasih Athena, Luke.
“Ares!” Dahlia melihat keputusasaan di diri anak sulungnya. Ia memeluk Ares penuh kasih. Tangan lembutnya mengusap-usap punggung berotot Ares.
“Ibu, aku membunuh Crystal.”
“Tenanglah, Nak.” Dahlia melepas pelukannya lalu membimbing Ares untuk duduk.
“Bagaimana semuanya bisa terjadi?” tanya Luke.
Ares menceritakan semuanya kepada mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk memberi tahu keluarga Kings tentang kematian Crystal.
Ferdinan Kings, ayah Crystal, tidak terima putrinya tewas di tangan Ares. Ia meminta Ares diadili. Sebagai pemimpin yang mewakili manusia, ia ingin Ares dihukum mati. Ares sama sekali tidak keberatan dengan keinginan Ferdinan. Pria muda itu mengakui kesalahannya dan ia memang patut menerima hukuman.
***
Ares dibawa ke pengadilan antar dunia yang dipimpin oleh beberapa anggota dewan suci, Sacred Valkyries, di kaki pegunungan Carpathian, Rumania. Setelah berada dalam tahanan beberapa minggu, akhirnya di sebuah kastil besar yang memiliki lima belas menara dan dikelilingi dinding batu yang tinggi, Ares diadili.
Atas keputusan bersama beberapa pemimpin klan besar vampir; lycan; dan juga manusia, Vladimir tidak diizinkan ikut andil dalam persidangan tersebut. Semua makhluk di sana tahu bahwa penguasa dunia bawah itu adalah seorang juri dalam setiap persidangan antara dunia bawah dan dunia manusia. Selain itu, ia adalah ayah tiri Ares. Vladimir tidak mempermasalahkan semua itu. Ia tahu Ares adalah pria yang bertanggung jawab dan tahu menempatkan diri.
Ares berdiri dalam sebuah sel khusus menyerupai sangkar burung besar yang terbuat dari besi istimewa yang ditempa api neraka, di tengah ruangan besar yang merupakan ruang sidang. Di belakangnya telah duduk puluhan pemimpin dari berbagai pack, klan, dan manusia. Sedangkan beberapa meter di depannya, duduk tiga Valkyries suci yang berperan sebagai pengambil keputusan. Ketiganya perempuan dengan wajah serupa, hanya warna rambut dan pakaian mereka yang berbeda.
“Semua bukti sudah jelas, Yang Mulia. Ares Corvinus de Lioncourt telah membunuh putriku. Tidak ada bukti lain yang menunjukkan ketidakbersalahannya,” ujar Ferdinan.
The Red Valkyrie berdiri lalu mengembangkan sayap putihnya yang menyerupai sayap burung merpati besar. Rambut merah panjang yang terurai dan gaun merah yang ia kenakan bergerak mengikuti kepakan sayapnya. “Tidak ada hukuman untuk Ares Corvinus.”
Ferdinan membelalak lantaran tidak memercayai pendengarannya sendiri, begitupun dengan Ares dan semua peserta sidang.
“Yang Mulia—“ lanjut Ferdinan.
“Kami adalah Valkyries. Dewi kebijakan yang tidak dianugerahi kemampuan untuk berbohong dan memanipulasi. Namun, diberkahi penglihatan masa lalu dan masa depan. Ares Corvinus tidak akan mendapat hukuman apapun atas kematian putrimu,” potong The Red Valkyrie.
“Bagaimana bisa aku tidak mendapat hukuman? Kematian Crystal adalah salahku, Yang Mulia,” Ares menegaskan kesalahannya dan tidak puas dengan jawaban The Red Valkyrie. Tangan pria muda itu memegang erat jeruji besi yang memenjarakannya. Ia bersikeras mempertegas kesalahan yang mungkin saja tidak ia lakukan. Hanya karena rasa bersalah, ia seakan layak mendapat hukuman.
“Kau yang harus mencari jawabannya. Sampai jawaban itu ditemukan kau tidak akan memimpin kelompokmu.”
“Yang Mulia The Red Valkyrie, hamba tidak bisa menolak keputusan Yang Mulia,” sela Ferdinan sambil meletakkan sebelah tangan di d**a dan menunduk patuh.
Persidangan singkat Ares membuat Ferdinan tidak puas. Pria itu terus mengutuki Ares setelah ketiga anggota Dewan Suci kembali ke tempat tinggal mereka di puncak Carpathian.
“Aku akan membalas semua perbuatanmu pada putriku, anak haram!” seru Ferdinan penuh intimidasi.
Amarah Ares bergejolak. Ucapan Ferdinan menusuk jantungnya, tapi ia segera bisa menguasai dirinya. Ia sedang berada dalam kastil Justitie di mana mata semua makhluk yang hadir di sana memandang ke arahnya. Ia mengeraskan rahang tegasnya dan menelan ludah dengan susah payah sambil menatap Ferdinan.
Seorang pengawal persidangan membukakan pintu kurungan Ares. Vladimir berjalan ke tengah mimbar untuk menyambut putra kesayangannya yang baru saja dinyatakan tidak bersalah.
“Kau tidak akan lepas dariku, anak srigala!” Ferdinan terus melontarkan ancaman.
Vladimir memberikan kode dengan meletakkan tangannya di pundak Ares agar putranya itu tetap tenang dan bersabar. Ia maju beberapa langkah mendekat ke arah Ferdinan.
“Ferdinan, Valkyries tahu apa yang sebenarnya terjadi pada putrimu. Jika mereka mengatakan Ares tidak bisa dihukum, itu karena mereka tahu Ares tidak bersalah,” ucap Vladimir dengan bijak.
“Karena dia anak tirimu, kau menggunakan kekuasaanmu untuk memengaruhi Valkyries. Namun, aku tidak akan membiarkan dia lolos. Kematian Crystal harus dibayar!” sergah Ferdinan.
“Kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi. Kau tahu Valkyries itu tidak bisa dipengaruhi oleh apapun dan siapa pun.”
***
Vladimir membawa Ares pulang ke mansion mereka di pinggiran kota Brasov. Mansion yang dijaga ketat oleh beberapa penjaga dan dilengkapi dengan sistem keamanan canggih. Mansion tempat Ares dan Athena dibesarkan sebelum mereka pindah ke Summerdale.
Dahlia memberikan secangkir teh hangat untuk Ares yang duduk di kursi kayu di samping jendela ruang keluarga. Ia tahu putranya yang memiliki darah lycan dan peri masih butuh makan dan minum layaknya manusia, berbeda dengan Athena yang memiliki darah vampir dan peri. Gadis itu tidak terlalu membutuhkan nutrisi dari makanan dan minuman manusia.
“Ferdinan benar aku hanya anak haram,” celetuk Ares sambil menggenggam cangkir tehnya. Kilat matanya memancarkan kepedihan yang teramat sangat.
“Kau bukan anak haram, Ares,” jawab Dahlia menenangkan sambil meletakkan tangan di pundak Ares.
“Ayahmu adalah pria paling hebat yang pernah kukenal. Dia adalah pemimpin yang baik, Ares. Jangan pernah berpikir kau anak yang tidak diinginkan. Ayahmu rela mengorbankan nyawa demi kau,” jelas Vladimir.
“Seandainya darah peri ibumu tidak ikut serta dalam tubuhmu, mungkin aku bisa menunjukkan padamu betapa Mathew Corvinus sangat menyayangimu. Sayangnya, penglihatanku tidak bisa menembus masa lalu seseorang yang memiliki darah campuran.” Serenity, salah satu tetua vampir, sahabat Vladimir yang tinggal di mansion itu menambahkan.
Ares menatap nanar Serenity. Serenity benar. Andaikan ia tidak mewarisi darah ibunya, vampir wanita itu pasti akan menunjukkan masa lalunya. Vampir yang memiliki kekuatan menembus penglihatan di masa lalu dan masa yang akan datang itu sudah pasti bisa menjawab semua keraguannya.
Seorang pria bersetelan jas hitam dan berambut pirang yang tersisir rapi memasuki ruangan. Ditangannya ada beberapa lembar kertas dan buku paspor.
“Semuanya sudah siap, Ares,” ucapnya.
Ares menatap pria itu. “Aku tidak ingin pergi, Paman Cedrick. Aku bukan pengecut yang harus bersembunyi.”
Cedrick bergeming. Ia mengalihkan pandangannya pada Vladimir untuk membantunya membujuk Ares. Pria vampir adik kandung Vladimir itu telah mempersiapkan segala keperluan Ares untuk menghilang sementara.
“Ares, kita sudah sepakat. Sampai semua bukti ketidakbersalahanmu kita dapatkan, kau akan menghilang sementara. Ferdinan akan terus memburumu,” desak Vadimir.
“Ayah, aku tidak peduli. Dia bisa membunuhku sekarang.”
“Dan, kau akan kehilangan kesempatan untuk membersihkan namamu? Kau lebih dari sekadar pengecut jika menyerah sampai di sini, Ares. Crystal tidak akan pernah mendapat keadilan karena pembunuh dia yang sebenarnya masih berkeliaran. Setidaknya, lakukan ini untuk Crystal,” tandas Athena.
Ares menunduk. Jauh di dasar hatinya, ia masih meragukan dirinya bisa membunuh Crystal. Hanya saja semuanya begitu rapi dan tidak menunjukkan adanya makhluk lain yang ada di vila malam itu. Athena memang benar, ia harus mencari keadilan untuk Crystal. Meskipun, ayah Crystal akan membunuhnya.
“Kapan aku bisa pergi, Paman Cedrick?” tanya Ares
“Malam ini. Kau akan pergi ke belahan bumi lain, Ares,” balas Cedrick.
=====
Alice Gio