Tanda Mata

1850 Kata

Nayla menatap langit malam dari balkon lantai dua. Mengingat momen pertemuannya dengan Rasya sore tadi rasanya menjadi pemantik apa-api di hatinya yang selama ini telah menyala. Tatkala tatapan mata mereka bertemu, seakan ia ikut tersesat dalam beningnya bola mata pemuda itu yang tak berujung. Terkadang ia membayangkan, Rasya mengatakan cinta padanya dan ia menerimanya. Mereka akan mencuri-curi waktu di sela-sela kesibukan sekolah untuk bertemu. Entah di belakang sekret, atau di perpustakaan, atau di koridor-koridor sepi. Ia tersenyum sendiri. Tiba-tiba bayangan wajah Rasya yang juga sedang tersenyum manis melintas di angkasa. Nayla terkesiap, ia tersenyum semakin lebar. “Kak Rasya,” bisiknya pelan. Rasya, seseorang yang mampu membuat jantungnya bertabuh tak keruan. Ia tidak dapat men

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN