Bab 5 Terpesona

1067 Kata
"Kamu ini ngomong apa sih sayang...sudah jangan mikir macam macam, kalau pun ada yang mau memacari puteri papa, harus lewat papa dulu lah..." Ucap papa Yura dengan seriusnya, sampai... "Bruak." Dentuman keras yang membuat mobil yang di kendarai papa Yura oleng dan menabrak pembatas tepian jalan raya. "Sayang kamu tidak apa apa? Yura! Yura!" Teriak papa Yura saat menyadari puterinya yang pingsan saat itu. Rama Wibawa dengan segera membuka pintu mobilnya, ia melihat sekeliling yang sudah pada berdatangan orang orang yang menyerbu ke arah kecelakaan, dan terlihat mobil dari belakang yang menubruknya pun tengah menepi ke tepian jalan. "Hei...kamu keluar! mobil kamu masih bisa jalan tidak?" Ucap Rama dengan nada suara berteriak dan geram disana, dan jika saat itu yang keluar dari dalam mobil adalah laki laki, Rama pasti sudah menghantamnya dengan pukulan pukulannya, namun karena yang kelur adalah seorang wanita dan juga terlihat sangat gemetaran disana, Rama hanya bisa menyeretnya mendekat ke arahnya. "Jawab!" Ucap Rama dengan teriakannya, dan perempuan itu pun akhirnya mengangguk, tanda mobilnya baik baik saja disana. "Antarkan kami ke rumah sakit terdekat!" Ucap Rama yang lalu menuju ke arah tempat puterinya dan mengeluarkan sang puteri dari sana, membopongnya masuk kedalam mobil wanita tersebut. "Cepat jalankan mobil nya, awas kau kalau sampai terjadi apa apa pada kesayanganku." Ucap Rama dengan suara parau dan hampir tertelan. "Hah...Yura!" Ucap dalam hati perempuan tersebut, yang ternyata ia mengenal Yura disana. lalu dengan patuh si perempuan melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat. "Lalu mobil anda bagaimana tuan?" Tanya wanita tersebut pada Rama. "Puteriku masih pingsan dan kamu malah menanyakan mobilku? akan aku buang mobil itu, puas!" Ucap Rama dengan nada yang benar benar sudah marah. Dan wanita itu pun langsung membungkam mulutnya rapat rapat, ia pikir, ia sudah tanpa sengaja menyentuh orang yang salah. "Sayang...sayang kamu tidak apa apa nak?" Ucap Rama saat melihat Yura sudah samar samar membuka kedua matanya. Dan saat itu pula wanita yang tengah menyupiri keduanya terperanjat tidak percaya. "Hah...ayah dan anak?" Ucap dalam hati wanita itu secara tidak sadar, karena ia pikir lelaki itu adalah pacar dari Yura. "Pah...kita dimana ini?" Ucapan pertama yang keluar dari mulut Yura saat ia baru saja sadar, tadi kepalanya sempat terbentur dengan keras. "Kita di dalam mobil menuju ke rumah sakit Ra, kamu baik baik saja sayang? papa khawatir setengah mati tahu!" Ucap papa Yura dengan leganya, dan hanya sekilas melirik si pengemudi dari kaca spion depan. "Papa...Yura baru saja sadar, kenapa papa malah mengomeli Yura seperti itu sih..." Ucap Yura dengan gerutunya pula. Hingga mobil yang di kendarai wanita penabrak itu pun berhenti di salah satu klinik terdekat. "Hei...kamu sekalian ikut kami masuk kedalam, jangan sampai kabur...!" Ucap Rama pada wanita yang akan memarkirkan mobil yang di tumpangi ketiganya di tempat parkir. Tak berselang lama pemeriksaan Yura, akhirnya Dokter pun menyatakan bahwa gadis itu baik baik saja, dan bisa pulang tanpa harus rawat inap. "Ra...kamu tidak apa apa kan?" Ucap wanita yang tadi menabrak mobil papa Yura. "Loh...anda kenal saya mbak?" Ucap Yura yang memang tidak ingat dengan wanita tersebut. "Masak iya kamu lupa sih? saya kan yang kemarin di UKS dengan kamu Ra." Ucap wanita tersebut yang membuat Yura berpikir sejenak lalu menyunggingkan senyumannya. "Oh...bu guru...hemmmz bu Nana ya?" Ucap Yura yang langsung ingat, karena memang bu Nana adalah satu satunya guru yang bertugas di bagian UKS. "Ra...maaf ya...tadi saya yang menubruk mobil papa kamu, sepertinya rem mobil saya kurang gesit Ra, maaf ya..." Ucap Nana pada Yura, dan terlihat gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum. "Oh ya...nanti biar saya yang izinkan deh kalau kamu hari ini tidak masuk, tapi...kalau besok sudah baik baik saja...bisa kan masuk kembali?" Ucap Nana lagi pada siswi sekolahnya. Keduanya pun berbincang bincang sembari menunggu papa Yura datang dari ruang Dokter. "Asyik sekali ya sepertinya? mengobrol apa sih?" Ucap papa Yura yang tiba tiba datang ke arah keduanya. "Ini pah...bu Nana, dia adalah buguru di sekolah Yura." Ucap Yura pada papanya, dan seketika papanya menoleh menatap ke arah wanita di samping puterinya, Rama menatapnya dengan tatapan yang seakan akan menyelidik. "Iya pak...maaf ya atas insiden tadi, saya bekerja di sekolah Yura, dan tadi karena rem mobil saya tidak begitu tanggap sepertinya, hingga menubruk mobil bapak." Ucap buguru cantik tersebut dengan nada halusnya. Karena memang demikian kenyataanya. Kata kata Yura yang tadi, tidaklah membuat papa nya terkejut, namun...perkataan yang baru saja wanita itu lontarkan, benar benar membuat papa Yura terperanjat seketika. "Kamu! kamu bilang apa tadi? rem mobil kamu tidak begitu tanggap? hah...dan...kamu menyetir dengan kecepatan tinggi sampai le klinik ini, kamu sengaja ya mau mengajak kita mati sama sama?" Ucap papa Yura yang benar benar marah kala itu, hingga Yura seketika menarik tangan papanya agar mereda amarahnya. "Sudah pah...cukup...bu Nana tidak sengaja...dan kita juga disini sudah baik baik saja pah...tidak apa apa." Ucap Yura yang menengahi. Sampai...datanglah seorang lelaki yang sangat gagah dan tampan, saat itu Yura hampir tidak berkedip menatap ke arah lelaki tersebut. Ia benar benar terpesona karenanya. "Na...kamu tidak apa apa?" Ucap lelaki tersebut yang ternyata datang karena bu guru cantik itu yang memanggilnya. Dan Nana hanya menggeleng geleng dengan santainya. Tidak lupa lelaki tersebut menyapa papa Yura dengan hormatnya, terkesan berwibawa dan berpendidikan. "Maafkan kecerobohan keponakan saya ya pak..." Ucap lelaki tersebut dengan ramahnya. Namun papa Yura malah mengamati lelaki tersebut dengan seksama disana. "Kamu...adik almarhum Abi Wijaya bukan?" Ucap papa Yura dengan seketika, karena samar samar papa Yura mengingat wajah tampan itu saat di pemakaman teman baiknya. Dan lelaki itu hanya mengangguk angguk begitu saja. Lalu seketika saja Rama menarik tangan lelaki di depannya itu dan memeluknya erat. "Kakakmu adalah teman baikku, sangat baik yang melebihi saudara kandung, tapi sayang...dia sudah berpulang awal. Oh ya...lama tidak bertemu kakek, bagaimana kabarnya?" Tanya Rama pada lelaki yang baru saja ia peluk. Dan keduanya terlihat mengobrol santai serta cekikik tawa yang sesekali terdengar, dan yang jarang Yura lihat papanya sangat akrab dengan orang lain, padahal terlihat jelas perbedaan umur keduanya, tidak menghalangi ke asyikan keduanya. Yura dan Nana hanya bisa terbengong menatap kedua lelaki yang sudah matang dengan umurnya dan lelaki yang baru menginjak dewasa itu. "Bu...apa disini tempat reunian mereka berdua ya?" Ucap Yura yang merasa disana sangat ceria oleh kedua lelaki yang ada disana. Nana hanya tersenyum sembari mengangkat kedua pundaknya sesaat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN