Bab 7 Baik di muka busuk di belakang

1049 Kata
Sontak semua mata menatap kerah Yura yang dengan tiba tiba berdiri dari duduknya, hingga membuat suara kursi yang tengah di dudukinya mengeluarkan suara karena mundur kebelakang. Yura pun seketika mengedarkan pandangannya, menatap ke segala penjuru arah, ia tidak tahu lagi harus berbuat apa saat tangan pak Bowo benar benar menyentuh tubuhnya. "Ah...maaf semuanya, maaf, maaf sudah mengagetkan kalian semua, izin ke toilet ya pak..." sapa Yura pada pak Bowo yang masih berdiri di samping bangku yang Yura tempati. Tanpa jawaban dari gurunya itu, Yura pun langsung pergi dari sana begitu saja, dan tatapan semua siswa siswi pun masih mengekori gerak Yura sampai tubuh gadis itu hilang di balik pintu ruang kelasnya. Jantung serasa akan meledak, amarah seakan sudah memuncak, bahkan kedua tangan Yura sudah mengepal sedari tadi, tubuh gemetaran sudah ia rasakan dan tahan sedari ia berdiri dari tempat duduknya tadi. Bibirnya bergetar, dan giginya gemeretak bersinggungan satu sama lain, ia mengeratkan rahangnya sebisa mungkin, hingga sampai di toilet wanita, Yura masuk kedalam salah satu toilet disana, mengunci pintunya dari dalam, dan terduduk di atas toilet duduk di dalam. Yura menaikan kedua kakinya, meringkuk, memeluk dengan kedua tangannya, sangat erat pelukannya, dan ia masih merasa terancam jika dekat dengan pak Bowo. "Apa aku harus bercerita pada Eric?" ucap dalam hati Yura, karena ia merasa Eric mungkin akan mendengar keluh kesahnya dan bisa memberinya saran. "Akh...tidak, tidak...tidak mungkin...pasti Eric akan merasa aku terlalu berlebihan mengenai pak Bowo, nanti dia bakalan takut kalau bersama denganku, atau sedang jalan berdua saja." Ucap lagi lagi gerutu Yura disana, ia merasa ingin sekali mencurahkan semua yang ia rasakan pada seseorang. "Apa aku akan menceritakannya sama teman teman? akh...iya...pasti mereka mau mendengarkannya nanti, aku yakin itu." Ucap Yura lagi yang akan menurunkan kedua kakinya dari atas, dan berniat akan keluar dari dalam toilet, tapi ia urungkan, saat ia mendengar suara yang menurutnya begitu familiar ia dengar, ya...Yura mendengar beberapa teman temannya disana. Lalu Yura putuskan akan keluar saat itu juga, disaat tangannya sudah terulur dan akan membuka kunci pintu, ia mengurungkannya karena Yura mendengar samar samar temannya itu menyebut namanya. "Dimana si Yura anak manja itu? kenapa tidak ada disini?" ucap salah seorang teman Yura pada teman yang lainnya. Dan Yura begitu hafal suara itu. Jari jarinya seketika menggenggam kuat kembali, mengepal, seakan ia ingin menghancurkan sesuatu, namun segera ia menajamkan kembali pendengarannya, menyimak kembali obrolannya. "Pastikan tidak ada orang didalam sini." Ucap salah seorang dari teman Yura, dan Yura masih dalam posisi yang sama, menaikan kedua kakinya keatas toilet duduk, dan masih mengunci pintu toiletnya rapat rapat. Benar saja, salah satu temannya berjalan mendekat kearah pintu toilet yang tertutup, karena didalamnya ada Yura disana, namun temannya itu tidak tahu. "Apa ada orang di dalam?" tanya teman Yura beberapa kali, namun tidak ia sahut, sengaja Yura terdiam dan hanya diam saja didalam. Hingga temannya itu melihat kebawah pintu toilet, dan tidak terlihat kaki disana, akhirnya teman Yura pun kembali lagi ke tempatnya semula. "Gimana? ada orang tidak disana?" tanya salah satunya. Saat temannya kembali dengan senyum di bibirnya. "Sepertinya toilet itu sengaja di tutup karena rusak deh, tidak ada siapa siapa disana." Ucap teman Yura itu lagi. Dan Yura yang mendengarnya hanya merasa lega saja saat ia tidak ketahuan sedang berada disana. "Kamu mau ngomong apaan tadi? si cewek manja kenapa lagi?" tanya salah satu di antara ketiganya. Karena disana ada tiga orang siswi, dan semuanya adalah teman yang Yura anggap baik semua. "Sudah kecentilan di depan Eric, sok sok an cari perhatian pak Bowo di kelas lagi, emangnya dia pikir dengan begitu nilai mata pelajaran yang di ajarkan pak Bowo akan di tambah apa!" ucap gerutu salah seorang, dan sangat jelas Yura bisa mendengarnya disana, ia hanya bisa mengeratkan rahangnya dan menyatukan gigi giginya, kedua tngannya mengepal erat dan makin erat. "Teman, teman...ternyata kalian hanya baik di luar saja ya...aku tidak menyangka, saat semua yang kalian minta sebisanya aku turuti, bahkan sampai mendapat teguran papa aku karena aku menghabiskan banyak uang. Teganya kalian ternyata." Ucap Yura dalam hatinya, namun semua perasaan yang bercampur aduk menjadi satu itu sebisanya ia tahan, ia tidak ingin keluar dan ketahuan sekarang, ia masih mencoba bertahan disana sampai benar benar suasananya hening dan sepi. Samar samar Yura menempelkan telinganya di daun pintu yang masih ia tutup rapat, tidak terdengar suara sama sekali, sampai ia benar benar terduduk lemas disana, dengan kepala yang ia sandarkan ke tembok sampingnya. "Mulanya aku lebih percaya kalian daripada Eric ataupun orang lain. Aku ingin menceritakan apa yang aku alami pada kalian, aku ingin bercerita perlakuan yang tidak mengenakan yang aku alami karena pak Bowo, tapi kenyataanya, kalian malah mengira aku yang mencari perhatian dari pak guru itu, sebenarnya kalian ini kenapa sampai seperti itu bencinya padaku? apa salahku pada kalian?" ucap Yura dalam hatinya dengan air mata yang tiba tiba menggenang, namun segera saja Yura menengadahkan wajahnya, menahannya agar lelehan itu tidak jatuh, Yura tidak ingin semua temannya tahu kedua matanya memerah atau sampai bengkak. Hingga beberapa saat terdengarlah bunyi bel istirahat yang baru berbunyi, dengan hati yang sudah ia tata sedikit, Yura mencoba mengatur nafasnya, menghilangkan syock yang tadi ia rasakan karena tiba tiba ia mendengar teman temannya yang ia percayai, ternyata hanya baik di mulut saja. Dengan langkah gontainya, ia pun keluar dari dalam toilet, berjalan menuju ke arah ruang kelasnya, disana ternyata ia sudah di tunggui beberapa teman temannya, terutama ketiga teman yang tadi menggunjingnya. "Ra...dari mana saja? kami menyusulmu ke toiler loh tadi, tapi kamu tidak ada disana." Ucap salah seorang disana. Saat itu Yura merasa ingin pergi saja dari hadapan semua teman temannya, karena ia baru menyadari bahwa mereka hanya baik di luar saja. "Oh...aku dari kantin, jadi aku tidak ikut kalian ke kantin ya...aku ingin di kelas saja." Ucap Yura yang tidak tahu harus berkata apa lagi pada teman temannya, ia pikir menjauh dari mereka adalah hal yang terbaik untuknya. "Akh...nggak rame lah Ra kalau nggak sama kamu, ayo lah...ikut kami..." ucap salah seorang teman yang terus memaksa Yura agar ikut ke kantin bersama dengannya, dan Yura tahu persis...bahwa apa yang teman temannya itu lakukan hanya meminta gratisan darinya saja. "Maaf ya...kalian pergi sendiri saja ya..." ucap Yura yang langsung menolak dengan kata kata kasarnya, membuat semua teman temannya keheranan di buatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN