“Hati-hati dijalan ya papi.” Anastasya melepas kepergian Catur Laksono untuk bekerja. “Aku mom,” Seru Ajeng tidak mau kalah oleh ayahnya. “Ya, hati-hati dijalan ya sayang.” Anastasya memeluk putrinya. Ajeng diajak ayahnya mengunjungi kantor pusat Bramantyo. Meskipun di perusahaan itu Catur Laksono tidak punya saham, tapi namanya tercantum sebagai salah satu dewan penasihat. Catur Laksono disambut dengan sangat baik oleh para karyawan. Bukan karena sebagai ayah dari bos besarnya yaitu Bramantyo, tapi karena pembawaannya yang ramah dan mengayomi. Memasuki ruang kerja Bramantyo, Ajeng langsung menduduki kursi kebesaran Bramantyo. Tangannya yang jahil menyentuh dan memegang semua benda yang ada di situ. Menyalakan komputer, membuka laci, mengacak isinya, melihat ini dan itu. Kebiasa