Semenjak percakapan Ayaz dan Sabrina waktu lalu Sabrina berusaha menghindari Ayaz bahkan Sabrina berusaha tidak bertemu dengan Ayaz meskipun tinggal didalam tempat yang sama, hari sudah mulai sore Sabrina tidak langsung pulang setelah jam kuliahnya selesai ia menghabiskan waktunya sendiri dengan duduk disalah satu cafe seseorang yang sangat mengerti dirinya dari kecil bahkan sudah seperti kakak yang bisa melindunginya, tampak seseorang dari arah dapur cafe membawa nampan berisi teh pria itu berjalan mendekati Sabrina sambil tersenyum ramah dia Adri pria tinggi dengan wajah manis itu berusia dua puluh sembilan tahun yang tumbuh besar bersama Sabrina mereka memiliki rumah yang dekat dan bertetangga Adri seorang anak tunggal yang mengimpikan seorang saudara menyayangi Sabrina layaknya seorang adik, hanya Adri yang selalu mengerti Sabrina meskipun jarak usia mereka jauh tapi Adri, Kalila, dan Sabrina selalu bersama dari kecil bahkan hanya Adri yang mengerti bagaimana hubungan antara Sabrina dan Kalila.
"Kenapa masih belum pulang??" tanya nya sambil menyodorkan teh kehadapan Sabrina.
"Minum lah agar kamu lebih rileks, ini teh terbaik disini pastinya mahal dan tidak gratis,," Sabrina hanya tersenyum menanggapi lelucon Adri.
"Sepertinya aku tidak akan sanggup membayar teh mahal ini,," Adri menatap Sabrina sambil melipat kedua lengannya di d**a.
"Tidak mungkin kamu gak bisa bayar segelas teh disini, bukan kah yang duduk dihadapan ku seorang istri dari pengusaha sukses batu bara, tapi jika kamu bilang tidak sanggup cukup bayar dengan senyum mu saja itu sudah cukup kamu mengerti," sambil mengusap kepala berkerudung Sabrina dengan sayang.
"Terimah kasih Mas,"
"Untuk??"
"Segalanya," Adri hanya mengerutkan dahinya tanda tak mengerti.
"Untuk semua waktu dan perhatian Mas, Mas Adri tau sendiri bagaimana hubunganku dengan Ayaz jadi terimah kasih sudah menjadi tempat aku bersandar saat aku lelah dengan semua masalah ini,"
"Mas sudah memperingatkan mu untuk tidak maju tapi kamu masih tidak mendengarkan, semua sudah terjadi dan ini bukan kesalahanmu semua akan indah pada waktunya, jangan terus bersedih apa ini yang ingin kamu tunjukkan kepada orang tuamu, berbahagialah," sambil mengusap kepala Sabrina. Sabrina hanya tersenyum getir memandang Adri yang tersenyum menguatkan.
"Apa sudah ada kabar dari anak manja itu??"
"Belum Mas, sepertinya Papa tidak ingin tau Mbak Lila berada dimana, terlihat ia tidak kunjung bergerak mencari mbak Lila."
"Itu lebih baik," Sabrina langsung menatap Adri.
"Maksud Mas Adri??"
"Biarkan saja dia, ia selalu bersikap kekanak kanakan apa tindakannya bisa dimaafkan meskipun masalah ini telah selesai?"
"Tapi Mas bagaimana jika mbak Lila tau kalau Mas Ayaz menikah denganku, dia pasti marah besar," ucap Sabrina menundukkan kepalanya merasa bersalah.
"Itu hukuman untuk dia jika dia tidak pergi semuanya tidak mungkin terjadi." Sabrina menggelengkan kepalanya.
"Ini gak sesimpel itu Mas. Mas tau sendiri gimana Mbak Lila!!"
"Kamu tenang aja ada mas yang selalu dukung kamu," Sabrina hanya menghela nafasnya lalu menatap keluar melihat kesibukan kota Jakarta di sore hari.
**
Seseorang wanita yang masih nyenyak dengan tidur panjangnya menggeliat sexy dibalik selimut tebal yang menutupi tubuh telanjangnya wanita itu terus mengerang karena ulah seseorang yang mengganggu tidur nya.
"Beby bangunnn, apa kamu akan tidur terus sepanjang hari. Atau kau hanya akan terbangun saat aku mencium mu seperti putri tidur??" wanita itu kembali menggeliat dan tersenyum menatap pria dihadapannya yang tengah bertelanjang d**a.
"Jam berapa ini??" wanita itu bertanya dengan suara serak khas bangun tidur. "Ini sudah hampir siang, jam sebelas kurang lima menit lagi apa kau akan tidur seharian disini??" wanita itu menguap tanpa malu malu dihadapan pria itu tanpa menutup mulutnya. "Terimah kasih untuk malamnya yang panas, ahh kau selalu tau apa yang aku inginkan, kau membuat tidurku sangat nyenyak," ucap wanita itu dibalas ciuman mesra dibibirnya oleh pria dihadapannya.
"Aku juga menikmatinya, kapan kamu kembali ke Jakarta??" wanita itu tampak berpikir.
"Mungkin seminggu lagi pekerjaan ku akan selesai, setelahnya aku akan kembali ke Jakarta ahh aku sangat merindukan kekasihku." ucapnya sambil memeluk tubuh telanjang nya sendiri.
"Apa ia akan memaafkan mu begitu saja??"
"Tentu, kenapa tidak??" balasnya dengan percaya diri.
"Tapi kau pergi disaat hari pernikahanmu."
"Aku tahu, tapi aku juga tahu dia sangat mencintaiku, apapun akan ia lakukan untuk menunggu ku." ucap Kalila percaya diri ya wanita ini adalah Kalila.
"Kenapa kau tidak akhiri saja hubunganmu dengannya, masih ada aku yang setia menunggu mu kapan pun kau mau menikah aku siap menunggumu,"
"Sudah berapa kali aku katakan aku tidak bisa, aku mencintainya." pria itu tertawa menanggapi ucapan Kalila.
"Lalu apa yang kau lakukan pada ku heh, kau mencintainya tapi saat kau ingin, kau datang padaku untuk memuaskan mu." Kalila hanya mencebikkan mulutnya tanda tak suka.
"Hubungan kita hanya sebatas simbiosis mutualisme aku membutuh kan mu dan kau juga menyukai ku jadi cukup seperti itu saja lagian kita sama sama mendapat keuntungan bukan begitu??"
"Jika kau belum ingin menikah, kenapa kau menerima lamarannya??"
"Aku tidak bisa menolaknya, ia sudah berkali kali melamarku dan bulan lalu itu yang terakhir setelah pekerjaanku selesai aku akan kembali dan meminta ia menikahi ku, aku yakin Ayaz pasti memaafkan ku dan mengerti posisiku,"
"Kau sungguh percaya diri, bagaimana jika ia tidak bisa memaafkan mu."
"Tidak mungkin!!"
"Lalu apa yang ingin kau katakan jika ia bertanya kau sudah tidak perawan lagi??" Kalila terdiam sesaat memikirkan ucapan pria itu. Ia tidak memikirkan hal itu tapi ia percaya Ayaz pasti menerimanya mengingat Ayaz adalah pria yang sangat mencintainya dan pria itu tidak pernah tampak berhubungan dengan wanita lain jadi ia mesti berbangga diri bahwa Ayaz seorang pengusaha sukses dan keluarganya yang terpandang akan bisa ia miliki ia tidak ingin kehilangan ladang emas itu senyum miring diwajahnya menunjukkan ia bisa mengatasi itu.
"Aku tau apa yang akan kulakukan jadi cukup diam jangan pernah berkata pada siapapun tentang hubungan kita jika kau mencintaiku," Kalila menatap pria tampan dihadapannya lalu bangkit mengambil pakaiannya yang berserak dilantai dan masuk kedalam kamar mandi.
**
Sabrina masuk kedalam apartemen Ayaz merasa terkejut dengan suara bising yang berada di arah dapur ia berjalan masuk mendekat melihat apa yang terjadi, ia terkejut melihat ruangan itu berantakan dan melihat Ayaz yang tengah memasak menghadap kompor sedang sibuk mengaduk sesuatu ia ingin melihat apa yang tengah pria itu lakukan tapi ia merasa enggan jika berakhir dengan perdebatan akhirnya ia memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya langsung untuk membersihkan dirinya, Sabrina keluar kembali dengan keadaan sudah lebih segar hari ini adalah hari minggu asisten rumah tangga Ayaz memang tidak pernah datang di akhir pekan. Ia baru kembali saat malam tiba dari acaranya kumpul bersama teman temannya. Saat ia berjalan menyusuri tangga ia melihat Ayaz sedang memakan pizza di area ruang tv Sabrina mengerutkan dahinya menatap kearah Ayaz bukankah ia tadi sedang memasak batin Sabrina mengapa ia malah memesan pizza Sabrina berjalan menuju dapur seketika ia dibuat terkejut oleh keadaan dapur yang sangat berantakan oh my good ia melirik tersangka yang melakukannya tapi tetap diam dan merasa tak berdosa saat Sabrina menatapnya, dari semua kekacauan ini Sabrina bisa melihat Ayaz berusaha memasak nasi goreng terlihat nasi goreng yang gosong masih ada didalam tempat penggorengan. Sabrina menghela nafas mencoba membersihkan kekacauan yang Ayaz lakukan seandainya saja hubungan mereka membaik dengan senang hati ia akan memasakkan untuk Ayaz tapi tidak untuk saat ini Sabrina belum ingin mengalah berbaik hati biarkan saja ia melakukan apa yang menurutnya benar, nanti ada saatnya ia harus tau apa yang akan dilakukan harus kah ia bertahan atau haruskah mereka bercerai mungkin menjadi janda perawan lebih baik dari pada menjadi istri dari seorang Ayazid Karindra.