BAB 7: Mengganggu Calla

1781 Kata
Tangan Aric terjatuh di sepanjang kulit Calla dan menyusuri bahunya, “Harusnya kau memanfaatkan kecantikanmu. Kau tahu cara menunjukannya?. tunjukan taring dan cakarmu, lalu mengeonglah. Aku sangat menyukainya” bisiknya menggigit daun telinga Calla.  “Menjauh dariku, aku mohon” Calla gemetar ketakutan, seberani apapun dirinya, namun Calla tetaplah gadis lemah polos yang baru saja menghadapi kenyataan seperti apa kehidupan remaja-remaja liar. “Bagaimana jika aku lebih suka mendekat?” balas Aric semakin mendekatkan wajahnya pada Calla, sesaat pria itu menarik napasnya dalam-dalam mencium aroma sabun dan shampoo yang Calla gunakan.  Calla tertunduk dengan wajahnya yang memerah karena tidak mampu menutupi bagaimana besarnya pesona Aric Hemilton, namun di satu sisi dia benci dengan kearoganannya. Menimati ketampanan seorang Aric Hemilton dan melupakan kebrengsekan sifatnya hanya akan membuat  Calla merasa seperti sedang menghianati kekasihnya. Calla tidak boleh terpesona kepada seseorang hanya karena ketampanannya, itu adalah pandangan yang sangat buruk. “Menjauh” bibir Calla gemetar, dengan mata terpejam kuat merasa sedih memikirkan wajah Harry. Perlahan Aric menjauhkan wajahnya dan menatap Calla dalam penilaian, “Senang memiliki tetangga sepertimu” ucapnya dengan lembut, tanpa terduga Aric meraih wajah Calla dan mengecup bibirnya sekilas merasakan bibir lembut gadis itu yang sejak tadi mencuri perhatiannya. “Menjauh!” teriak Calla mendorong dad4 Aric, “Dasar bajing4n me5um, keluar!” teriaknya mengusir. Ketakutan Calla berubah menjadi segumpal rasa kesal yang memunculkan kekuatan pada dirinya. “Selamat malam” Aric berbalik pergi tanpa menuju pintu, pria itu memilih pergi menuju jendela dengan tenang dan tidak menunjukan rasa bersalah sedikitpun atas tindakannya pada Calla. Sejenak Aric berdiri di ambang jendela dan melihat Calla. “Kunci jendelamu, jangan biarkan tetangga lain memburumu.” “Pergi!” Teriak Calla marah. Gelak tawa Aric terdengar seperti terhibur dengan kemarahan Calla, “Aku akan kembali lagi untuk mengambil  jaketku kucing kecil. Tidurlah dengan bertelanjang, jangan biarkan selimut di ranjangmu merana karena kau memakai baju.” Ucapnya lagi sebelum melompat pergi keluar. Dengan mudah Aric menuju balkon dan melompat lagi menuju pagar pembatas, pria itu melintasi pagar pembatas kamarnya dengan Calla untuk bisa langsung masuk ke balkon kamar apartementnya sendiri. Setelah melihat kepergian Aric, Calla langsung berlari kearah jendela dan benar-benar menguncinya, tubuhnya ambruk ke lantai dengan kaki yang gemetar tersadar dari apa yang telah di lakukan Aric kepadanya. Calla baru tersadar bahwa beberapa saat yang lalu Aric mencium bibirnya dengan sangat lancang seakan itu bukanlah tindakan yang berarti. “Dia.. dia menciumku” Calla terpaku mengusap bibirnya, “Aku menghianati Harry.” Sesal Calla dengan sedih dan tangan terkepal menahan kemarahan, dia marah kepada dirinya sendiri yang tidak memiliki keberanian dengan apa yang telah di lakukan Aric kepadanya. Calla marah karena Aric membuat dirinya lupa bahwa ada hati yang harus Calla jaga dan tidak boleh membiarkan siapapun menyentuh dirinya dengan cara yang tidak hormat. Seharusnya Calla melawan, namun nasihat Jerome tempo lalu dan nasihat Avril mengenai siapa Aric, membuat Calla merasa tidak memiliki keberanian untuk menyeruakan keadilan. Calla tidak memiliki jalan lain selain tidak menjauh dan tidak pernah berhubungan apapun dengan seorang Aric Hemilton, dengan begitu Calla tidak akan terkena masalah dan dia akan tenang menjalani kehidupannya yang tengah berjuang untuk pergi ke Belanda. Suara deringan telepon menyentak lamunan Calla, dengan cepat Calla menghapus air matanya dan segera mengambil handponenya. “Harry” panggilnya dengan sedih dan merasa senang menatap layar di handpone tertera nama kekasihnya. Tanpa pikir panjang Calla langsung menerima panggilan video itu. “Calla” panggil Harry dengan senyuman lebarnya begitu Calla menerima panggilannya, Calla merangkak kecil naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya disana. “Hay” sapa Calla dengan kaku mencium aroma parfum lain berada di atas kasurnya, dan parfum itu milik Aric. “Kau menangis?” Tanya Harry memperhatian kesedihan di mata Calla. “Aku merindukan ibu” dusta Calla dengan senyuman samar. Harry tersenyum samar mendengarnya dan sedikit berdeham membuang mukanya, “Kau belum berpakaian Calla.” Harry mengingatkan dengan nada malunya. “Ya Tuhan, maafkan aku.” Calla langsung membalikan handpoennya menutupi layar, gadis itu melompat turun dari ranjang dan berlari pergi membuka lemari untuk segera berpakaian. Terdengar tawa Harry di handpone karena reaksi Calla yang malu. “Santailah Calla, gunakanlah waktumu dengan baik.” ucap Harry masih dengan sisa-sisa tawanya karena merasa terhibur. ***   “Kau kenapa Calla?” Tanya Jerome merasa heran dengan sikap Calla yang tidak banyak bicara seperti biasanya. Calla menggeleng menyembunyikan perasaan gundah di dalam dirinya karena gugup, Calla tidak ingin bertemu Aric dan sudah menghindar dari pria itu sejak pagi ini. Entah kenapa Calla merasakan aura yang menakutkan saat di sekitar Aric, Calla tidak ingin lagi di ganggu oleh orang me5um dan arogan seperti Aric. Dia harus menjauhinya agar terhindar dari masalah apapun. Calla datang ke sekolah untuk belajar dan pergi ke Belanda, bukan menjadi mainan penghibur Aric Hemilton. Calla bisa merasakan ada banyak firasat buruk yang menghampirinya ketika berdekatan dengan seorang Aric Hemilton. Calla bisa membaca bahwa dia akan terkena banyak masalah jika berhubungan dengan Aric Hemilton, bahkan bila meski itu hanya sekadar saling mengenal. “Calla, apa ada masalah?” tanya Jerome semakin di buat penasaran. “Sedikit, aku masih bisa mengatasinya. Jangan mengkhawatirkan apapun” bisik Calla tidak begitu jelas. “Kau mau makan siang?” tawar Jerome lagi sambil mengejar langkah cepat Calla. Dengan cepat Calla menggeleng, “Aku harus menemui Leti untuk membicarakan pekerjaan baruku dulu. maafkan aku, kita makan bersamanya lain waktu, apa kau tidak keberatan?” sesal Calla merasa tidak enak hati. Jerome tertawa kecil mendengarnya, betapa bersemangatnya seorang Calla Adeva bila berurusan dengan uang dan pekerjaan. Calla terlalu bekerja keras dan sangat mementingkan sikap profesionalnya untuk bertanggung jawab dengan apapun pekerjaan yang sudah di ambilnya.  Jerome mencubit pipi Calla cukup keras hingga gadis itu meringis kesakitan meraskan pipi di wajahnya merenggang. “Santailah, kalau begitu pergilah.” Senyum Jerome seraya melepaskan cubitannya di pipi Calla. “Kau memang luar biasa.” Cengir Calla seraya mengusap pipinya. “Pergilah sebelum aku marah dan menahanmu.” “Sampai jumpa!” Calla melambaikan tangannya dan segera berjalan dengan sedikit cepat, hari ini dia juga memiliki janji untuk meneraktir Kevin, mungkin mereka bisa pergi makan sebelum masuk bekerja. Langkah Calla semakin cepat begitu memasuki gedung sekolah, Calla harus cepat agar semua waktu yang di lewati tidak terbuang sia-sia. Tubuh Calla sedikit terperanjat dan langkahnya terhenti ketika melihat kearah tangga yang akan di lewatinya karena tidak sengaja bertemu dengan Aric dan Theodor, juga Vanka. Mereka tengah berjalan kearah berlawanan. Tepatnya mereka berjalan ke arah Calla. Ketiga orang itu terlihat berbincang membuat Calla merasa bisa pergi dengan tenang. Namun rupanya kali ini Calla salah juga, Aric lansung menyadari kehadiran Calla. Wajah Calla berpaling dengan cepat ketika Aric menatapnya, dengan gugup kaki Calla bergerak ke sisi tangga menunggu ketiga orang itu lewat terlebih dahulu. Calla semakin tertunduk menyembunyikan wajahnya hingga membelakangi ketiga orang tersebut yang kini melangkah menuruni tangga. Calla tidak sudi melihat wajah tampan seorang Aric Hemilton yang menyebalkan dan suka sembarangan mencium perempuan. Calla benci memikirkan bagaimana pria itu telah melecehkan dirinya sama seperti kepada wanita lainnya. Aric Hemilton adalah salah satu pria yang  tidak memiliki rasa hormat dan tidak pantas untuk Calla kenali meski faktanya Aric Hemilton adalah tetangganya yang tampan dengan seribu pesona, namun pria itu tidak ada bedanya dengan ibli5 bertopeng. Calla menarik napasnya dalam-dalam berharap bahwa ketiga orang yang tengah berbicara itu segera melewatinya. “Apa yang kau pikirkan kucing kecil?” bisik Aric menyentak lamunan Calla. Calla tidak sadar dengan pergerakan Aric yang kini sudah berdiri dibelakang punggungnya, posisi mereka yang sangat dekat hingga wajah mereka hanya memiliki jarak beberapa inch. “Memikirkanku?.” Bisik Aric dengan suara merendah merayu. Bibir Calla menekan kuat. “Tolong, jangan mengganggu.” Bisik Calla dengan lembut dan bersikap melunak supaya Aric juga bisa bersikap baik kepadanya. “Aku hanya menyapa, bukan mengganggu. Sesama tetangga harus akrab bukan?.” Calla terdiam sesaat. Secara spontan tangan Aric terjatuh di pinggang Calla dan mengusap bawahan keliman pakaian yang gadis itu gunakan. Sejak Calla bekerja menjadi perantara penjualan pakaian dan perhiasan, dia juga menuntut dirinya memakai pakain bagus meski itu pinjaman dari toko agar. “Kau, kau tidak membutuhkan pakaian bagus untuk tampil cantik.” Bisik Aric memuji. Calla tercekat kaget, Aric sangat pandai bersilat lidah. “Jangan dekat-dekat denganku” Tekan Calla seraya mendorong Aric untuk menjauh darinya. Kaki Calla terasa lemas, namun dia tetap bergerak untuk segera berlari pergi, hanya dalam satu langkah Calla bergerak. Aric kembali menarik lengannya dan menempatkan Calla pada posisi semula. “Kau benar-benar menggemaskan” bisik Aric mendekatkan wajah pada Calla, Aric merasa senang menatap gadis itu lebih dekat. Semua ekspresi di wajahnya menggambarkan kejujuran. Calla terlalu menggemaskan dan cantik dalam waktu yang sama. Dia seperti kucing kecil yang bisa di ajak bermain dengan tipuan bola agar dia bisa berlari dan melompat menunjukan cakarnya kecilnya yang baru terpotong gunting kuku. “Jangan ganggu aku” pinta Calla tepat pada intinya, dia tidak suka di ganggu dan berhubungan dengan Aric. Aric semakin mendekat hingga pipinya menyentuh lembutnya pipi Calla. “Kau bisa memberiku satu ciuman kecil agar agar aku tidak mengganggumu.” Rahang Calla mengetat, dia sangat merasa terhina dengan jawaban Aric. Cukup semalam Calla kehilangan keberanian dan kendalinya karena permainan dan pesona seorang Aric Hemilton, namun tidak untuk sekarang. Calla tidak akan membiarkan dirinya menjadi salah satu permainan Aric dan menodai hubungannya dengan Harry. Theodor yang sejak awal diam dan hanya menonton mulai berdeham merasakan ke tidak nyamanan orang-orang di sekitar mereka yang hendak lewat. “Aric, sudahlah. Berhenti mengganggunya” nasihat Vanka seraya menarik lengan Aric agar menjauh dari Calla. “Dia benar, jika kau bertingkah bajing4n, jangan pernah melibatkan aku.” Timpal Calla dengan ucapan yang cukup keras menohok. Dengan kasar Calla menepis tangan Aric yang menyentuhnya, “Kita hanya orang asing. Jangan ganggu aku lagi dan berhentilah bersikap seperti kita saling mengenal” Calla langsung pergi begitu ada celah untuk pergi. Dengan cepat Calla pergi tanpa menengok lagi. Calla muak berhubungan dengan orang-orang bermasalah, Calla tidak pernah mengganggu siapapun, sangat tidak adil jika dia di ganggu tanpa alasan. “Siapa dia Aric?, aku tidak pernah melihatmu bersikap seperti itu kepada perempuan” tanya Vanka menatap tajam Aric dan menunjukan ke tidak sukaannya karena Aric mau menghabiskan banyak waktu untuk perempuan lain selain dirinya. “Kau tidak perlu tahu urusanku” jawab Aric dengan dingin berhasil membuat Vanka marah. “Aric, kau tahu kan perasaanku. Harusnya kau menjaga perasaanku, ini tidak adil untukku.” “Mengapa aku berkewajiban menjaga perasaanmu jika kau sendiri tidak berusaha menghilangkan perasaanmu padaku?.” Tanya Aric dengan tajam. “Itu keterlaluan Aric. Kau akan menyesalinya.” Bentak Vanka dengan napas yang berubah cepat, gadis itu segera pergi meninggalkan Aric dan Theodor. “Kita perlu bicara” Theodor mulai angkat bicara lagi. To Be Continue...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN