BAB 13: Loker

2105 Kata
“Buang piring gadis ini, usir dia dari kantin ini karena aku mau duduk di sini” titah Aric dengan sangat enteng. Calla terbelalak kaget mendengarnya, gadis itu melihat tiga orang pria berpakaian hitam itu mendekat ke mejanya hendak mengambil piring Calla dan menyeretnya lagi seperti yang pernah terjadi sebelumnya. “Ini bukan sekolahmu. Kau tidak bisa bertindak seenaknya.” “Tiga puluh persen saham Sky University milik keluargaku.” Jawab Aric dengan sombong. “Dan wilayah Andreas adalah daerah kekuasaan ayahku.” Tambah Aric lagi semakin menambah kesombongannya. Calla semakin di buat panik mendengar jawaban Aric. Kepanikan itu kian bertambah ketika salah satu anak buah Aric sudah mengambil piring makanannya. “Tunggu, tungga. Jangan melakukannya. Aku minta maaf” Calla gelapakan merebut kembali piring yang sudah di ambil oleh anak buah Aric. “Aku minta maaf.” Ucap Calla lagi dengan setengah teriakan. “Letakan kembali piringnya. Kalian bisa pergi” titah Aric lagi dengan kekehan gelinya merasa terhibur dengan sikap Calla yang selalu angkuh di hadapannya kini terlihat seperti kucing kecil yang takut di tangkap untuk di buang. Calla langsung membuang mukanya dengan ketus dan kembali makan, Calla masih marah kepada Aric prihal semalam atas tindakan lancang pria itu. Dan kini pria itu kembali berbuat lancang semaunya menunjukan semua kekuatannya. Aric benar-benar semakin suka seenaknya mengganggu Calla. Aric yang bersikap seperti tidak memiliki penyesalan apapun dengan apa yang sudah dia lakukan telah mengingatkan Calla kepada ayahnya. Calla sudah memutuskan untuk tidak akan pernah berhubungan lagi dengan seorang Aric Hemilton, Calla akan melaporkan tindakan Aric kepada Avril nanti malam jika pria itu kembali mengulangi perbuatannya, tidak ada toleransi lagi bagi Calla untuk Aric. Jika Calla tidak bisa melaporkan Aric pada kepolisian. Maka Calla akan meminta Avril untuk menolak kedatangan Aric agar Calla bisa bekerja dengan tenang. Jika pria itu tetap bersikap mengintimidasinya, Calla akan mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lain. Mungkin juga Calla akan menyewakan apartemen yang sudah di sewanya dan tinggal bersama Jerome. Tinggal berdua bersama Jerome lebih aman daripada harus bertetangga dengan seorang Aric Hemilton yang mungkin saja bisa membunuh Calla kapanpun dia mau. “Semalam, kau tidur nyenyak.” Tanya Theodor memperhatikan Calla yang tertunduk dan makan dengan cepat terlihat tidak nyaman dengan keberadaan Aric dan tatapan iri semua wanita. Calla ingin cepat-cepat menghabiskan makanannya dan segera pergi. Perlahan kepala Calla terangkat, gadis itu tersenyum merasa bersyukur karena ada Theodor di antara Calla dengan Aric. “Iya” jawab Calla singkat. “Terima kasih, atas bantuanmu aku bisa tidur lebih awal dan bekerja dengan baik. Kau suka dengan ikan tunanya?” tanya balik Calla. Theodor tersenyum lebar teringat semalam dia memakan makanan gratis, Calla memilihkan  Rissoto. Theodor memakannya dan menghabiskannya dengan baik karena rasanya enak. “Aku suka, ku harap kau memberikannya lagi padaku.” Jawab Theodor dengan senyuman sedikit menunjukan diri kepada Aric bahwa dia dan Calla memiliki hubungan yang baik. “Syukurlah jika kau suka. Aku sering mengambilnya saat pulang bekerja.” “Mengenai pekerjaanmu. Aku bisa menjemputmu nanti sore dan mengantarmu pergi bekerja” tawar Theodor. Kunyahan Calla memelan, kepalanya terangkat lagi dan memperhatikan Theodor yang terlihat serius mengatakannya. Calla tidak menemukan ada kejanggalan apapun dengan kebaikan yang di tawarkan Theodor. “Dia lebih suka berjalan” ujar Aric yang mendahului Calla untuk menjawab. “Aku tidak mengajakmu berbicara!” ketus Calla tidak suka, meski Calla sendiri akan menolak tawaran Theodor, namun ketika mendengar suara Aric, tiba-tiba Calla merasa marah dan kesal sendiri. “Aku juga tidak bicara padamu. Aku bicara pada Theodor.” Sangkal Aric terdengar menyebalkan dan kembali membuat Calla merasa terpancing untuk berdebat dengannya. Melihat ke tidak sukaan Calla terhadap Aric membuat Theodor merasakan peluang yang lebih besar untuk memenangkan taruhannya terlebih Calla adalah sosok gadis yang berpikir rasional dalam setiap langkah yang akan dia ambil. “Baguslah. Jika perlu jangan pernah bicara denganku selamanya.” Balas Calla. “Tidak bisa, karena sekarangpun kita bicara.” Calla langsung diam dan tidak menimpali perkataan Aric, cemberutan di bibirnya kembali berubah menjadi senyuman ramah tertuju pada Theodor. “Terima kasih atas tawaranmu. Jarak dari apartement sampai bar sangat dekat, aku bisa berjalan kaki.” Theodor mengangguk. “Jika butuh sesuatu, hubungi saja aku.” Bibir Calla terangkat hendak menjawab. “Dia sangat mandiri, jadi tidak butuh bantuan apapun.” Jawab Aric lagi mendahului Calla. “Dia bicara padaku.” Koreksi Calla. Aric langsung mengedikan bahunya terlihat tidak peduli. Theodor terlihat sedang mengamati bagaimana perubahan sikap Aric dalam memperlakukan Calla sangat berbeda dengan perlakuannya kepada wanita lain.  Kepala Theodor bergerak ke samping dan melihat kini banyak orang yang melihat kearah mereka. Theodor bisa merasakan bahwa Calla akan menjadi bahan gosip hanya karena dia makan bersama Aric dan Theodor. Theodor mendorong piring kecil isi potongan daging lezat berkualitas tinggi dan memberikannya kepada Calla. “Kau terlihat sangat menyukainya, makanlah ini. Aku tidak terlalu suka daging merah.” Bibir Calla sedikit terbuka dan terlihat kaget, Calla selalu menghemat uang makannya sendiri karena biaya hidup di Neydish sangatlah mahal meski sekarang dia sekolah gratis, namun biaya makan cukup mahal meski ada beberapa makanan gratis lezat yang bisa dia dapatkan. Namun makanan gratis itu memiliki batasan jumlah yang bisa di ambil di setiap minggunya. Tidak hanya sampai di situ, keperluan jasa juga sangatlah mahal, barang-barang yang di perlukan mahal, karena itu Calla selalu berusaha menghemat dan terus maju bekerja keras. “Kau serius?. Kau belum memakannya.” Kata Calla dengan sedikit ragu untuk menerimanya. “Aku bisa memesan menu lain lagi.” “Baiklah” Calla tersenyum lebar tampak bersemangat, namun belum sempat dia mengambil piring di hadapannya, dengan cepat Aric menarik piring itu dan memakannya mendahului Calla. “Aku masih lapar.” Kata Aric menghabiskan daging di piring Theodor tanpa sisa. Calla hanya melongo kaget dengan menggenggam garpu di tangannya dengan erat. “Aku akan memesan lagi untukmu” hibur Theodor melihat kemarahan Calla atas sikap Aric, sikap Aric semakin menambah keyakinan Theodor jika pria itu memang tertarik dengan Calla karena itu Aric terus menerus mengganggu gadis itu hanya untuk bertengkar dan berbicara. “Tidak perlu. Aku sudah kenyang. Kau bisa meneraktirku lain waktu” senyum Calla segera menyelesaikan makannya agar bisa kembali ke kelas dan terlepas dari pria menyebalkan seperti Aric. Calla sungguh tidak ingin memiliki komunikasi apapun dengan seorang Aric Hemilton, sampai kapanpun dia tidak akan pernah mau berhubungan dengan pria yang tidak pernah menghormati seorang wanita. ***   Pintu loker terbuka di depan Calla, gadis itu mengambil buku catatannya dan memasukannya kedalam tas.  Hari ini Calla bisa pulang lebih awal dan pergi ke toko untuk mengambil beberapa pesanan pakaian pengunjung bar, lalu mengantarnnya ke berbagai tempat. “Kau sungguh tidak mendapatkannya?. Kau cantik dan cerdas Zea, kau juga sudah pernah menjadi miss Sky University tahun lalu, bagaimana bisa Madam Prada tidak melihatmu?. Ibumu salah satu donatur pentas, harusnya dia memiliki hak dalam mengatur siapa yang pantas mendapatkan undangan.” Komentar seorang wanita melihat Zea yang menangis bersedih. Zea menangis terisak terlihat tidak terima karena tidak mendapatkan undangan dari madam Prada. Mendengar nama Zea yang di panggil, Calla langsung menunduk dan menyembunyikan wajahnya di balik pintu loker. Calla diam tidak bergerak menunggu Zea untuk lewat. “Diamlah. Ini sangat menyebalkan. Madam Prada memperlakukanku dengan tidak adil, aku tidak dapat menerima ini semua, aku memiliki bakat yang bisa aku tunjukan bahwa aku layak. Tapi madam Prada menolak memberikan alasan apapun kepadaku mengenai mengapa aku tidak di pilih. Aku akan membicarakannya dengan ibuku untuk mendapatkan keadilanku.” Isak Zea penuh amarah. “Kau memang pantas meminta bantuan ibumu Zea. Ini penghinaan.” Timpal teman Zea memanas-manasi. Zea membuang mukanya dengan mengusap wajahnya yang sudah di penihi oleh air mata, gadis itu tidak bisa berhenti menangis karena kekecewaannya. Teman Zea tersenyum samar seraya mengusap bahu Zea untuk menenangkannya. “Aku percaya kau bisa mendapatkan peran utama.” Hiburnya dengan lembut. Calla semakin tertunduk menyembunyikan wajahnya di balik pintu loker ketika Zea dan temannya lewat.  Calla sungguh tidak menyangka jika formulir yang di berikan oleh Madam Prada seberharga itu. Jika Madam Prada memberikan formulir itu padanya, itu artinya Calla cukup beruntung. Calla membuka tasnya dan menarik selembaran formulir yang terselip di balik buku, Calla harus menjaganya dengan baik sebagai bentuk penghormatan, terlepas dari apakah akhrinya Calla akan menerimanya atau menolaknya. Suara siulan seseorang menyentak fokus Calla, gadis itu terburu-buru memasukan kembali surat undangannya ke dalam tas,  Calla langsung berbalik dengan wajah pucat panik takut orang lain selain Leti dan Jerome mengetahui bahwa Calla mendapatkan surat undangan. “Kau” panggil Calla dengan napas tertahan melihat Aric Hemilton berdiri di hadapannya. “Kenapa?. Kau terlihat kaget sekali.” Sudut mata Calla melihat ke sisi kiri dan kanan khawatir bahwa Zea masih berada di sekitar dan melihat keberadaan Calla. Rupanya Zea sudah tidak ada. “Di sini bukan tempat lokermu berada.” bisik Calla dengan gugup. “Untuk apa kau kesini?.” “Siapa bilang aku kesini karena mencari loker.” Jawab Aric dengan senyuman menawannya, “Aku kesini tentu saja untuk bertemu denganmu.” Tangan Calla bergerak perlahan memeluk tasnya dengan erat takut bahwa Aric Hemilton akan merebut surat undangan yang Calla miliki sekarang. “Kebetulan sekali.” Aric tersenyum lebar melihat tas yang di peluk Calla, Aric sudah melihat undangan yang di pegang Calla.  Perlahan Aric mendekat menekan Calla di lokernya hingga gadis itu mundur ketakutan dan masuk kedalam loker besar miliknya yang masih kosong melompong. Kini Aric seperti berdiri di depan lokernya sendiri karena Calla masuk ke dalam loker memeluk erat tasnya terlihat ketakutan. “Madam Prada sangat tahu wajah cantik artistikmumu bisa menjual, di sukai penonton dan menarik perhatian banyak petinggi agensy.” Ucap Aric dengan senyuman, memperhatikan penampilan Calla yang dari ke hari semakin luar biasa karena tuntutan pekerjaan paruh waktunya. “Itu bukan urusanmu.” Balas Calla dengan punggung yang bersandar pada dinding loker. Kaki Aric bergerak semakin mendekat ikut sedikit masuk ke dalam loker dan mengurung pergerakan Calla agar tidak bisa pergi ke manapun. Pria itu kembali tersenyum menunjukan sorot mata yang tidak dapat di tebak begitu saja. “Menjauh dariku.” Geram Calla mengambil  penggaris di sisi loker dan menodongkannya pada Aric seperti sebuah pedang. “Aku tidak akan segan memukulmu jika kau tidak berhenti menggangguku. Jangan pernah berpikir bahwa karena kau anak mafia, kau bisa lepas dari semua peraturan norma dan hukum undang-undang Negara.” Seketika Aric tergelak tertawa merasa terhibur. “Melihat keberanianmu seperti ini, aku harap kau mendapatkan peran utamanya kucing kecil. Semua orang harus melihat kecantikanmu. Tapi, aku lebih berharap kau terlihat cantik di hadapanku saja.” Goda Aric dengan senyuman menawannya yang sering dia pamerkan di wajah tampannya. “Tidak usah ikut campur urusanku.” Tanpa terduga, dengan cepat tangan Aric bergerak cepat merebut penggaris dari tangan Calla dan melemparnya ke bawah. Dan kini Calla tidak memiliki senjata apapun lagi untuk melawannya.  “Karena aku suka padamu, sepertinya aku ingin terus ikut campur urusanmu.” Jawab Aric yang tidak mempedulikan tatapan permusuhan Calla. “Aku tidak meminta di sukai oleh orang sepertimu brings*k” maki Calla dengan tajam. “Kau akan berhenti memanggilku pria brings*k jika sudah mengenalku.” “Terserah apapun yang kau katakan!. Berhenti menggangguku. Berhenti bersikap kau bisa melakukan apapun yang kau mau dan menyakiti siapapun yang menjadi sasaranmu karena kau memiliki uang dan status yang kuat. Itu sungguh menjijikan.” Kritik Calla dengan pedas. Alih-alih marah dengan kritikan yang terlontar dari mulut Calla. Aric langsung terdiam dan menatap gadis itu dengan lekat karena Calla wanita pertama yang berkata seperti itu kepadanya secara langsung tidak mempedulikan apa yang akan terjadi selama apa yang ada di pikirannya benar-benar sudah terucap. Aric kembali berdiri dengan tegak dan tanpa terduga pria itu meraih kepala Calla dan mengusap rambutnya dengan senyuman lebarnya. “Baiklah. Karena hari ini kau tidak suka aku ikut campur urusanmu. Mungkin nanti malam saja aku mengganggumu. Sampai jumpa.” Aric mundur perlahan dengan senyuman lebar yang terlukis di bibirnya, pria itu berbalik. “Aku melupakan sesuatu.” Gumam Aric pelan. Aric kembali berbalik dan mendekat masuk ke dalam loker dalam dua langkah lebarnya, pria itu membungkuk meraih wajah Calla dan mengecup pipinya dengan cepat. Tubuh Calla terdiam mematung di tempatnya karena tindakan tidak terduga Aric. Perlahan Aric mundur dan berbalik lagi, pria itu segera pergi meninggalkan Calla yang masih berada di dalam lokernya sendiri. Calla membuang napasnya dengan kasar mengatur detak  jantungnya yang tiba-tiba berdegup dengan cepat. Perasaan muak di hatinya di khianati oleh matanya yang terpesona melihat senyuman menawan seorang Aric Hemilton dan sentuhan lembut pria itu di kepalanya. “Sadarlah Calla. Berhenti bersikap memalukan.” Bisik Calla mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak terkecoh dengan fisik sempurna bak Dewa milik seorang Aric Hemilton, Calla harus sadar bahwa hati pria itu tidak ada bedanya dengan mahluk terkutuk. To Be Continue...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN