Farras?

1508 Kata
“Gak mampir dulu? Adel bilang, kamu yang beliin sayur kan?” Tahan Farras siang itu. Tapi ia malah menggeleng dengan sok cool. Padahal perasaan udah kacau. Ia tahu kenapa ia seperti ini. Yah siapa lagi kalau bukan gara-gara lelaki yang juga ikut bersama mereka ke kantor yayasan? Farrel yang tahu gelagatnya malah menahan senyum. Kentara banget kalau sebenarnya lelaki itu sedang meledek Ando yang tiba-tiba menjadi pengecut.“Aku ada kerja kelompok, kak. Gak bisa lama,” bohongnya walau hati langsung merasa bersalah.  Farras menghela nafas. Entah kenapa, ia jadi berat hati membiarkan lelaki itu pergi. “Wassalamualaikum,” pamitnya yang dibalas Farras dalam hati. Hingga perasaannya makin kacau saat masuk ke dalam mobil. Meninggalkan yayasan itu dengan gamang. Pun hari ini. Ia tersadar dari lamunannya ketika sang resepsionis berkata, “bapak di ruangannya, Mas.” Ia mengangguk lalu berjalan memasuki lift. Tadi pagi, Feri sudah berpesan padanya untuk datang ke kantor setelah pulang sekolah, untuk membantu beberapa tugas daddy-nya. Lelaki yang semakin renta itu masih saja kekeuh bekerja. Padahal mommy-nya sudah berpesan agar banyak isti-rahat di rumah saja. Apalagi kesehatannya agak membuat jantung sekeluarga deg-degan. Semenjak Feri sempat terkena stroke ringan beberapa bulan lalu, Ando jadi ikut-ikutan membantu pekerjaan kantor. Biar kata baru bisa me-meriksa laporan sama ikut rapat yang dikawal Fadli. Bagaimana pun, kelak ia lah yang akan menggantikan Feri. “Nah, akhirnya abang datang!” seru daddy-nya saat melihat anaknya masuk. Ando berjalan mendekatinya. Ia baru saja sampai, namun tugas kantor daddy-nya sudah menyapa. Ini lebih berat dari UN, pikirnya. “Ando ngapain?” ia bingung. “Duduk di sini lalu periksa laporan-laporan itu. Daddy capek. Mau istirahat dulu,” tutur lelaki itu kemudian menepuk-nepuk bahu Ando dan mendudukan-nya di kursi yang ia duduki tadi. Ando hanya bisa pasrah. Membiarkan daddy-nya berleha ria di sofa sambil mengangkat kaki. Menatap sekilas lelaki paruh baya itu, Ando jadi iba. Kerja siang-malam pasti lelah sekali. “Woi, bang!” suara berat Regan hadir di balik pintu. Disusul Tio lalu Shakeera yang langsung rusuh saat melihat Ando. Pasalnya, gadis itu tahu kalau Ando akan ke kantor. Tahu dari mana? Duh! Apa sih yang gak dia tahu tentang Ando? Makanya, ia rela-relain bolos les lalu menyusul papanya yang kerja di sini. Shakeera hendak memeluk Ando yang cold duduk di kursi Feri itu, namun segera dihalang Tio yang sampai jumpalitan melompat, takut anaknya khilaf dan benar-benar memeluk Ando. Kadang Tio heran sendiri akan perilaku anaknya yang satu ini. Luar biasa genit dan tiada duanya. Padahal istrinya kalem sekali. “Iih papa!” Ia mencebik lalu terpaksa duduk di sofa saat Tio menyeretnya tanpa ampun. Lelaki itu bahkan melotot dan memintanya duduk dengan kalem melalui isyarat mata. “Kalau masih mau ketemu Ando, duduk yang manis!” ancam Tio. Regan dan Feri kompak terbahak. Geleng-geleng kepala akan kelakuan Tio dan anaknya yang absurd itu. “Udah nikahin aja, Yo! Dari pada lo jumpalitan gitu jagain dia!” tutur Regan yang seenaknya ngomong gak pakek saringan. “Kamu cinta kan sama Ando, Ra?” “Bangeeeeeeeet, Oooooom!” Keera heboh lagi. Kali ini sambil mengedip-edip genit ke arah Feri. “Boleh yaaaa daddy mertuaa?” rayunya yang membuat Regan tergelak. Memang ajaib kelakuan gadis yang satu ini. “Emang udah nyiapin apa aja untuk jadi istrinya Ando?" Feri malah senang menanggapi gadis labil ini. Tio memutar bola matanya dengan jengah. Tahu kalau Feri tak serius. Ia juga tak mau berharap. Apalagi melihat Ando yang cold bin kalem itu yang gak ada reaksi tiap dideketin anaknya. Nolak kagak, nerima apalagi. Gimana anaknya gak berhenti nempel-nempel kayak ulat bulu? Kalau tak diberi kepastian sama sekali? Tapi seakan ngasih harapan! Makanya, ia juga mati-matian menjaga Shakeera dan perasaan gadis itu. Walau ia tahu, Shakeera akan berjuang mati-matian demi Ando. Kadang ia bertanya, kenapa anaknya suka sama cowok cold satu ini? Namun beberapa detik kemudian, ia akan sadar bahwa pertanyaan yang ia lontar kan itu adalah pertanyaan yang bodoh! Kok bodoh? Iya lah! Jelas-jelas Ando seganteng itu, sesoleh itu, sesayang itu sama Allah dan orang tua. Cewek mana yang gak suka? Sementara Shakeera dengan senang hati menjawab. “Nyiapin cinta aja hehehehehe,” ia terkekeh lalu garuk-garuk kepala. Masak? Kagak bisa. Sama anak kecil? Gak suka. Apalagi kalau ketemu Adel. Duh! Itu musuh bebuyutan dia. Sama Tiara apalagi! Gak pernah akur! Anne? Jangan ditanya! Apalagi cewek bule yang satu itu! Baru ngeliat dia aja, Anne langsung buang muka. Ia sampai pengin nyekik Tiara dan Anne kalau nantinya bener-bener jadi istrinya Ando. Ngarep! “Gimana, Ndo?” Feri malah melempar pada Ando. “Diterima gak?” Ando menggaruk-garuk malas. Terlebih kalau menyangkut Shakeera. Ia tidak illfeel sih hanya saja, ia tak suka. Ia bisa bersikap sewajarnya pada gadis itu walau dua tahun lalu sempat galau. Namun ternyata hatinya malah condong pada gadis yang gak kalah bawelnya dengan Shakeera namun tidak segenit Shakeera. Bahkan Farras terkesan cold terhadap lelaki yang punya niat mendekatinya walau gadis itu terlihat ramah. “Diam itu artinya iya loh, daddy mertua!” celetuknya. Hal yang membuat Regan dan Feri terbahak lagi. Sementara Ando? Kalem aja. ♡♡♡ “Menurut kamu, si Keera gimana, Ndo?” Feri masih menggoda. Entah kenapa, ia suka menggodanya walau tahu bahwa Ando tak kan memberikan reaksi apa-apa. Apalagi kini Ando malah naik ke atas. Berjalan menuju kamarnya. Ia malas meladeni daddy-nya yang terus berceloteh tentang Shakeera sejak di mobil tadi. Kayak gak ada omongan yang menarik aja, begitu dumelnya dalam hati. Tapi ia malas menyahut. Jadi cuma deham-deham aja. Membiarkan daddy-nya ngoceh sampai capek sendiri. “Iiih Ann gak suka tahu, daad, sama gadis genit itu!” Malah Anne yang angkat suara. Gadis itu baru saja keluar dari kamar. Kini malah berjalan menuruni tangga. “Kenapa memangnya?” Sara melempar senyum geli. Sebenarnya, wanita itu tahu apa sebabnya. “Genit begitu ih! Malu-maluin perempuan!” tuturnya. Sara mengusap rambutnya sepintas sebelum berjalan ke dapur. “Ya....tapi untuk ukuran abangmu yang dingin itu, cocok banget!” timpal Feri. “Oh iya, Aya mana?” Ia baru teringat anak gadisnya yang belum pulang. Gadis 25++ itu belum kunjung menikah. Jangan tanya pacar pula, ia sudah malas cari pacar. Ta'aruf? Ia selalu beralibi, kenal lama aja ditinggalin apalagi kenal sebentar? Eeeh.... “Di jalan. Tadi dia ngambil barang dulu sekalian ke kantor produksi. Ada pesenan dari Farras. Banyak banget katanya.” Feri ber-oh ria. “Tuh! Mending sama Kak Farras! Anggun!” Anne menyeletuk ketika Sara menyebut nama Farras. Feri terkekeh lalu berjalan menaiki tangga. Tidak tahu saja, kalau ucapan Anne tadi membuat d**a Ando berdesir seketika. Ah.....ia menggeleng. Tak mau banyak-banyak mengingat Farras menilik kejadian kemarin saat ia bertemu gadis itu dan lelaki masa lalunya. Andra. Cemburu? Jangan ditanya lah! Kalau enggak? Ya mana mungkin dia langsung pulang dengan muka masam? Belum lagi diledek Farrel semalaman di Line. Patah hati, bro! Lagian Farrel bukannya menghibur tapi malah meledeknya! “Emangnya kamu mau, abangmu dapat yang kayak Farras?” Sara bertanya. Anne terkekeh. “Mau sih, mom. Kak Farras bawelnya berguna loh kalau udah ngisi acara. Kece banget!” jawabnya kemudian mengangkat jempol. Lalu ia menepuk kening, teringat sesuatu ketika ngomong 'acara' tadi. “OH IYA! ABANG! TADI PAGI KAN JANJI MAU BELIIN ANN ICE CREAM SEBAGAI UPAH BUKAIN KADO?!” teriaknya. Sara geleng-geleng kepala. Ando yang sedang berada di dalam kamar mandi, segera berteriak, “BELI SENDIRI GIH. TADI ABANG LUPA MAMPIR!” Anne mendengus. Lagu lama! Gumamnya. Ia tahu kalau sebenarnya, abang-nya emang selalu lupa. Jadi percuma berharap juga. Lalu ia berjalan menaiki tangga, menuju kamar abangnya. “Dompetnya mana?” “Di atas laci!” Anne mengangguk lalu berjalan menuju laci di dekat tempat tidur Ando. “ANN AMBIL ATM-NYA AJA YA!” teriaknya lalu terkekeh-kekeh jahil. Lihat aja! Dia bakal belanja banyak! Tapi tunggu Tiara pulang dulu, nanti gadis itu mengecoh belanjaannya kalau mereka gak belanja bareng. Bahkan, makanannya bisa dirampas kakaknya itu kalau gak ngajak-ngajak belanja bareng untuk menguras isi dompet Ando. “Ya terserah lah,” Ando malas mencegahnya. Apalagi kalau lagi mandi begini. Namun saat membuka dompet Ando, ketika hendak mengambil kartu ATM lelaki itu, Anne termangu. Matanya menyipit dan menatap lamat-lamat. Memastikan kalau penglihatannya tak salah. “Kak Farras?” suaranya berbisik. Lalu dengan sigap mengeluarkan foto gadis berjilbab itu di samping foto Ando. Kenapa ada disini? tanyanya dalam hati. “Assalamualaikum!” Dari luar sana terdengar suara berisik. Anne yang tadi terpaku segera ter-sadar. Buru-buru ia kembali kan foto Farras ke tempatnya. Lalu melempar dompet karena kaget saat mendengar suara pintu kamar mandi dibuka. Ando muncul sambil terburu-buru memakai kaos bajunya lalu berlari ke depan. Meninggalkan Anne yang masih terpaku dengan jantungnya yang jumpalitan gila-gilaan. Kaget luar biasa. Kenapa kak Farras? tanyanya dalam hati. Ia masih tak mengerti sampai saat ia menyusul ke ruang tamu kemudian menemukan Farras dan Farrel di sana. “Hei, Ann! Abang bawain kamu oleh-oleh nih!” Suara Farras menyadarkan ketermanguannya. Gadis itu menyodorkan oleh-oleh dari Farrel. Namun mata Anne malah tak lepas dari Ando yang garuk-garuk kepala dengan rambut basah, malu-malu pula menatap Farras. Lelaki itu benar-benar membuat tanda tanya besar dalam benak Ann. Terlebih dengan sikap tak biasa Ando yang repot-repot membawa oleh-oleh itu ke ruang keluarga. Lalu memanggil Feri dan menitahkan Farrel dan Farras segera me-nyalami daddy mereka. Anne tidak buta. Anne bisa membedakan sikap Ando pada perempuan selain Farras. Anne yakin kalau ia tidak salah! Apalagi saat melihat tingkah Ando yang nampak tak lepas memandang Farras dari tadi. Anne meneguk ludah dalam-dalam. Tak menyangka kalau dunia akan sesempit ini. “Ann!” Farras mengejutkannya. Ia malah garuk-garuk kepala. “Mana jilbab-nya?” bisik gadis itu. Sesuatu yang kemudian menyadarkan Ann saat me-nyentuh kepalanya. Lalu ia berteriak sambil berlari ke kamar. “AAAAA BANG FARREL JANGAN LIATIN AAAANN!” Farrel terkekeh lalu geleng-geleng kepala. Anne lupa sejenak, tanya-tanya tentang Farras dalam benaknya tadi. Kini Anne terburu-buru memakai khimar-nya sambil mengomel-omeli diri sendiri yang teledor. Ini lah akibatnya kalau terlalu mengurusi orang lain. Sampai-sampai diri sendiri pun tak terurus dengan baik. Sementara tawa membahana di bawah sana terdengar riuh. Feri yang paling kuat tawanya. Tak tahan melihat tingkah konyol gadis kelas 1 SMA itu. ♡♡♡
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN